Share

Bab 416

Author: Clarissa
Sambil berkata demikian, Sanny menoleh dan menatap Xavier dengan tajam. "Jangan bilang kamu nggak ingin menjadi kepala keluarga."

"Kamu sudah mencari Tiffany setahun lebih, 'kan? Kalau nggak ingin menikahinya, ngapain repot-repot mencarinya? Sekarang kamu sudah menemukannya, tapi kamu nggak berusaha dan ingin dia kembali dengan adikku."

Sanny menggeleng dengan tidak berdaya. "Aku belum pernah melihat orang sebodoh kamu. Kita sebenarnya bisa kerja sama."

"Aku nggak ingin kerja sama dengan monster sepertimu." Xavier melipat tangan di depan dada sambil bersandar di pintu. Bibirnya tampak menyunggingkan senyuman dingin.

"Aku bisa mendapat apa yang kuinginkan dengan tanganku sendiri. Aku nggak butuh bantuan dari monster yang terus sembunyi sepertimu."

Wajah Sanny seketika menunjukkan kilatan amarah. "Kamu bilang siapa monster?"

"Kamu. Bukan cuma penampilan, tapi perbuatanmu juga sangat mirip." Xavier menguap. "Omong-omong, aku datang hari ini bukan untuk menonton drama Keluarga Tanuwijaya."
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
apa yang d rasakan Tiffany...Sean juga merasakannya.........
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 417

    "Sean!" Tiffany menggertakkan giginya. Wajah yang sebelumnya merah karena menangis kini berubah pucat karena tegang. Dia memelotot. "Pelankan mobilnya!""Nggak mau." Sean tertawa dingin dan mempercepat laju mobil seperti anak kecil yang merajuk.Jantung Tiffany berdebar kencang, seolah-olah hampir meledak! Dengan kecepatan mobil yang begitu tinggi, mereka bisa langsung mati jika menabrak sesuatu atau genggaman Sean kurang kuat!"Jangan bercanda!" Tiffany menggertakkan gigi lagi. Air mata hampir menetes karena marah. "Kamu jangan menggila ya!"Melihat Sean masih tidak mendengarkan, Tiffany akhirnya menarik napas panjang. "Siapa yang tadi malam bilang mau punya anak denganku? Gimana kita bisa punya anak kalau kamu begini?"Sean tersenyum tipis dan menurunkan kecepatan mobil sedikit. "Tapi, kamu nangis.""Aku nggak nangis lagi, pelankan mobilnya!"Sean menurunkan kecepatan lagi. Namun, mobil mereka tetap masih lebih cepat daripada mobil lainnya.Tiffany sungguh tak berdaya. Dia menarik na

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 418

    Bagaimana Tiffany harus menghadapi dirinya sendiri? Dia tidak berhak menyalahkan pamannya, karena pamannya melakukan kesalahan demi dirinya.Dia tidak berhak menghibur Sean, karena dulu pamannya yang telah menyakitinya. Segala hal ini berputar-putar di kepalanya.Tiffany menarik napas panjang. Suaranya bergetar dengan disertai isak tangis, "Sayang ... maksudku, Sean."Tiffany ingin mengatakan kata perpisahan, tetapi kata-kata itu tak kunjung keluar. Begitu dia berpikir akan berpisah dari Sean, hidung dan matanya mulai terasa perih. Air mata terus mengalir tanpa bisa dihentikan.Dia benar-benar tidak ingin berpisah dari Sean. Sean sangat baik. Dia adalah sumber kebahagiaan Tiffany dan motivasi hidupnya. Namun, Tiffany benar-benar tidak punya hak untuk itu ...."Kamu nggak mau panggil aku sayang lagi?" Sean tertawa pelan, lalu mengangkat tangannya untuk menghapus air mata di sudut mata Tiffany. "Nggak apa-apa. Kalau nggak mau panggil aku sayang, ya sudah.""Aku saja yang panggil kamu say

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 419

    "Bodoh, kalau begitu ya jangan berpisah." Sean memeluk dengan erat dan menciumnya berulang kali. "Hal-hal yang sudah berlalu biarlah berlalu.""Kita memang nggak bisa mengubah masa lalu. Tapi, di masa depan ... kita masih punya banyak waktu."Sean menyandarkan kepalanya di dada Tiffany, menggosokkannya seperti anak kecil. "Kita hitung begini saja.""Dulu karena kamu sakit, aku harus menanggung penghinaan dan dianggap sebagai orang buta selama 13 tahun.""Sebagai gantinya, seharusnya kamu menemaniku selama 13 tahun, 'kan? Kalau ditambah bunga, totalnya jadi 20 tahun. Temani aku 20 tahun untuk bayar utangmu padaku dulu, gimana?"Tiffany merasa agak bingung, ini cara hitung seperti apa?"Sayang." Sean jarang sekali menunjukkan ekspresi menggemaskan seperti ini kepadanya. "Setuju ya? Hm?"Suara beratnya yang menggoda dipadukan dengan wajah tampannya yang manja, membuat Tiffany tidak bisa menolak sedikit pun. Dengan pasrah, dia hanya bisa menggeleng dan tersenyum. "Ya sudah, aku setuju.""H

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 420

    Sinar matahari menyinari masuk melalui jendela besar. Wajah Tiffany tampak merah. Dia menggigit bibirnya. "Setidaknya tutup tirainya ....""Nggak ada yang lihat." Sean tertawa kecil. "Kalau kamu benaran malu, katakan saja beberapa kali kalau kamu mencintaiku. Mungkin aku akan tutup tirainya untukmu."Tiffany belum pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Pada akhirnya, tirai benar-benar ditutup. Bukan karena Tiffany memintanya, tapi karena Sean kepanasan. Sinar matahari di pantai sangat terik, apalagi dia sedang berolahraga!Setelah waktu yang sangat lama, Tiffany akhirnya makan satu cup mie instan dan langsung tertidur. Dia sungguh lelah.Sean duduk di tepi ranjang, memandang wajah Tiffany yang sedang tidur dengan tenang. Kemudian, dia menghela napas lega. Mata Tiffany masih bengkak karena menangis hebat tadi."Dasar bodoh." Sean menggeleng dengan ringan."Dasar cengeng." Sean menunduk dan menciumnya bibir Tiffany."Sean ...." Tiffany setengah sadar. Dia memeluk leher Sean sa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 421

    Tiffany bermimpi panjang sekali. Di dalamnya mimpinya, pamannya meminta maaf padanya. Kemudian, muncul wajah mengerikan Sanny.Wanita itu tersenyum dingin dan terus berteriak kepadanya, "Kamu nggak pantas untuk adikku!""Tiff.""Tiff.""Tiff."Suara rendah pria terus terdengar di telinga Tiffany. Wajah Sanny yang menakutkan perlahan-lahan menghilang.Pada akhirnya, yang ada di depan matanya adalah sosok Sean yang berdiri di tepi laut. Sean yang berdiri di sana tampak sangat gagah.Sean tersenyum lebar dan terus memanggil namanya. Seketika, kesedihan dalam hati Tiffany sirna. Dia pun merentangkan tangannya dan berlari menghampiri Sean. "Sayang!"Tiffany berjanji tidak akan pernah mengatakan ingin berpisah lagi. Sekalipun seluruh dunia memaksanya untuk meninggalkan Sean, dia tidak akan melakukannya ....Namun, sebelum Tiffany sempat jatuh ke pelukan Sean, tiba-tiba muncul seseorang dengan pisau di belakang Sean.Orang itu ingin menyerang Sean, tetapi Sean malah tidak menyadari apa-apa.T

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 422

    "Kamu butuh garam, 'kan?"Tiffany mengangguk.Sean yang bertubuh tegap pun segera bangkit dan turun ke lantai bawah.Setengah menit kemudian, Sean kembali dengan membawa sebuah botol kaca berisi kristal putih.Tiffany menerimanya dan menaburkan sedikit ke dalam mie. Setelah diaduk ... kenapa rasanya manis?Tiffany mencicipi isi botol itu. Rasanya juga manis. Dia sontak merasa lucu. Ini 'kan gula pasir!Setelah menahan diri untuk tidak tertawa, Tiffany turun dari ranjang. "Aku saja yang pergi ambil."Sean menahannya. "Aku saja, kamu butuh apa?"Tiffany mengernyit. Dia cukup terkejut dengan Sean yang tiba-tiba memasak untuknya hari ini. Namun, kenapa sikap Sean juga begitu lembut?Sebuah firasat buruk muncul di hati Tiffany. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menyingkirkan tangan Sean. "Biar aku saja."Usai berbicara, Tiffany segera memakai sandal kelinci berwarna merah muda dan turun.Begitu turun, Tiffany langsung mencium bau gosong dari dapur. Dia lantas mengernyit dan perlahan-lahan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 423

    Setelah membereskan dapur, Tiffany menghela napas dan pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa cup mie instan dan meletakkannya di meja."Sayang, lain kali kalau kamu ingin masak untukku, masak ini saja. Ini lebih mudah."TIffany mengambil teko air panas dan menjelaskan dengan tenang kepada Sean. "Buka ini, lalu tuang air panas ke dalam dan tutup rapat. Cukup ditunggu 3 hingga 5 menit.""Ada telur juga." TIffany mengeluarkan beberapa telur yang dibungkus vakum."Kamu bisa pakai ini sebagai pengganti."Tatapan Tiffany tampak tulus dan serius, membuat Sean merasa dirinya ... sangat bodoh.Sean menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum menatap TIffany. "Oke, aku sudah tahu."Dalam hatinya, Sean bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki di dapur lagi! Ini pertama kalinya dia dihina seperti ini, bahkan oleh istrinya yang bodoh!"Hm." Tiffany menggigit bibirnya, melihat ekspresi Sean yang agak masam. Dia merangkul lengan Sean dan menggoyangkannya. "Aku bukan menganggapmu bodo

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 424

    Xavier terus mengulangi betapa intimnya hubungan Tiffany dengan Sean.Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya dengan suara agak melengking, "Kenapa meneleponku di saat seperti ini?"Sebelumnya saat Xavier terus mengganggunya, Tiffany merasa sebal dan mengira Xavier punya niat lain terhadapnya. Bagaimanapun, pria ini selalu memanggilnya dengan mesra.Namun, sekarang Tiffany merasa pemikirannya terlalu sempit. Xavier tidak senakal yang terlihat. Setidaknya, dia punya kemampuan saat menghadapi masalah."Aku ingin berpamitan denganmu." Suara Xavier terdengar tenang. "Dari suaramu, sepertinya kamu sangat bahagia? Seharusnya nggak ada masalah lagi, 'kan? Kamu ini memang kelinci kecil yang gampang terpengaruh!"Tiffany terkekeh-kekeh dengan agak malu. "Kamu sudah mau pergi?""Ya." Xavier tersenyum tipis. "Aku sudah di bandara. Kali ini kepala keluarga minta aku bawa seseorang pulang. Aku sudah menemukannya, jadi nggak bisa menemanimu belajar lagi.""Tapi, kalau kamu ingin bertemu den

Pinakabagong kabanata

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status