Share

Bab 420

Author: Clarissa
Sinar matahari menyinari masuk melalui jendela besar. Wajah Tiffany tampak merah. Dia menggigit bibirnya. "Setidaknya tutup tirainya ...."

"Nggak ada yang lihat." Sean tertawa kecil. "Kalau kamu benaran malu, katakan saja beberapa kali kalau kamu mencintaiku. Mungkin aku akan tutup tirainya untukmu."

Tiffany belum pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!

Pada akhirnya, tirai benar-benar ditutup. Bukan karena Tiffany memintanya, tapi karena Sean kepanasan. Sinar matahari di pantai sangat terik, apalagi dia sedang berolahraga!

Setelah waktu yang sangat lama, Tiffany akhirnya makan satu cup mie instan dan langsung tertidur. Dia sungguh lelah.

Sean duduk di tepi ranjang, memandang wajah Tiffany yang sedang tidur dengan tenang. Kemudian, dia menghela napas lega. Mata Tiffany masih bengkak karena menangis hebat tadi.

"Dasar bodoh." Sean menggeleng dengan ringan.

"Dasar cengeng." Sean menunduk dan menciumnya bibir Tiffany.

"Sean ...." Tiffany setengah sadar. Dia memeluk leher Sean sa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
kayaknya mereka jodoh deh...awalnya mmang kayak tom jarry...tapi lama² jadi bucin...
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 421

    Tiffany bermimpi panjang sekali. Di dalamnya mimpinya, pamannya meminta maaf padanya. Kemudian, muncul wajah mengerikan Sanny.Wanita itu tersenyum dingin dan terus berteriak kepadanya, "Kamu nggak pantas untuk adikku!""Tiff.""Tiff.""Tiff."Suara rendah pria terus terdengar di telinga Tiffany. Wajah Sanny yang menakutkan perlahan-lahan menghilang.Pada akhirnya, yang ada di depan matanya adalah sosok Sean yang berdiri di tepi laut. Sean yang berdiri di sana tampak sangat gagah.Sean tersenyum lebar dan terus memanggil namanya. Seketika, kesedihan dalam hati Tiffany sirna. Dia pun merentangkan tangannya dan berlari menghampiri Sean. "Sayang!"Tiffany berjanji tidak akan pernah mengatakan ingin berpisah lagi. Sekalipun seluruh dunia memaksanya untuk meninggalkan Sean, dia tidak akan melakukannya ....Namun, sebelum Tiffany sempat jatuh ke pelukan Sean, tiba-tiba muncul seseorang dengan pisau di belakang Sean.Orang itu ingin menyerang Sean, tetapi Sean malah tidak menyadari apa-apa.T

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 422

    "Kamu butuh garam, 'kan?"Tiffany mengangguk.Sean yang bertubuh tegap pun segera bangkit dan turun ke lantai bawah.Setengah menit kemudian, Sean kembali dengan membawa sebuah botol kaca berisi kristal putih.Tiffany menerimanya dan menaburkan sedikit ke dalam mie. Setelah diaduk ... kenapa rasanya manis?Tiffany mencicipi isi botol itu. Rasanya juga manis. Dia sontak merasa lucu. Ini 'kan gula pasir!Setelah menahan diri untuk tidak tertawa, Tiffany turun dari ranjang. "Aku saja yang pergi ambil."Sean menahannya. "Aku saja, kamu butuh apa?"Tiffany mengernyit. Dia cukup terkejut dengan Sean yang tiba-tiba memasak untuknya hari ini. Namun, kenapa sikap Sean juga begitu lembut?Sebuah firasat buruk muncul di hati Tiffany. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menyingkirkan tangan Sean. "Biar aku saja."Usai berbicara, Tiffany segera memakai sandal kelinci berwarna merah muda dan turun.Begitu turun, Tiffany langsung mencium bau gosong dari dapur. Dia lantas mengernyit dan perlahan-lahan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 423

    Setelah membereskan dapur, Tiffany menghela napas dan pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa cup mie instan dan meletakkannya di meja."Sayang, lain kali kalau kamu ingin masak untukku, masak ini saja. Ini lebih mudah."TIffany mengambil teko air panas dan menjelaskan dengan tenang kepada Sean. "Buka ini, lalu tuang air panas ke dalam dan tutup rapat. Cukup ditunggu 3 hingga 5 menit.""Ada telur juga." TIffany mengeluarkan beberapa telur yang dibungkus vakum."Kamu bisa pakai ini sebagai pengganti."Tatapan Tiffany tampak tulus dan serius, membuat Sean merasa dirinya ... sangat bodoh.Sean menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum menatap TIffany. "Oke, aku sudah tahu."Dalam hatinya, Sean bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki di dapur lagi! Ini pertama kalinya dia dihina seperti ini, bahkan oleh istrinya yang bodoh!"Hm." Tiffany menggigit bibirnya, melihat ekspresi Sean yang agak masam. Dia merangkul lengan Sean dan menggoyangkannya. "Aku bukan menganggapmu bodo

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 424

    Xavier terus mengulangi betapa intimnya hubungan Tiffany dengan Sean.Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya dengan suara agak melengking, "Kenapa meneleponku di saat seperti ini?"Sebelumnya saat Xavier terus mengganggunya, Tiffany merasa sebal dan mengira Xavier punya niat lain terhadapnya. Bagaimanapun, pria ini selalu memanggilnya dengan mesra.Namun, sekarang Tiffany merasa pemikirannya terlalu sempit. Xavier tidak senakal yang terlihat. Setidaknya, dia punya kemampuan saat menghadapi masalah."Aku ingin berpamitan denganmu." Suara Xavier terdengar tenang. "Dari suaramu, sepertinya kamu sangat bahagia? Seharusnya nggak ada masalah lagi, 'kan? Kamu ini memang kelinci kecil yang gampang terpengaruh!"Tiffany terkekeh-kekeh dengan agak malu. "Kamu sudah mau pergi?""Ya." Xavier tersenyum tipis. "Aku sudah di bandara. Kali ini kepala keluarga minta aku bawa seseorang pulang. Aku sudah menemukannya, jadi nggak bisa menemanimu belajar lagi.""Tapi, kalau kamu ingin bertemu den

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 425

    Saat Tiffany dan Sean tiba di kantor polisi Kota Aven, waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang lewat.Ketika turun dari mobil, Tiffany memeriksa penampilannya dengan cermat, memastikan pamannya tidak akan tahu dia baru saja menangis. Setelah itu, dia tersenyum dan merangkul lengan Sean untuk berjalan masuk."Kalian mau mengunjungi Kendra?" Polisi mengernyit dan tampak agak bingung. "Kalian nggak tahu ya?""Tahu apa?" tanya Tiffany dengan heran."Kendra sudah dibebaskan." Polisi meletakkan berkas di depan Sean dan TIffany. "Ini karena Sanny telah mencabut gugatannya.""Kejadian 13 tahun lalu memang sulit untuk diselidiki, apalagi nggak ada bukti yang substansial. Satu-satunya saksi juga mencabut gugatan, jadi pemimpin kami memutuskan untuk membebaskannya."Polisi melihat jam. "Dia keluar sekitar jam 8 pagi. Sekarang seharusnya sudah sampai rumah."Tiffany termangu. Tebersit keterkejutan pada tatapannya. Pamannya sudah bebas! Dia menggenggam tangan Sean dengan gembira. "Ayo, kita ke desa!"

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 426

    Tiffany mengangkat kepalanya. Pandangannya tidak fokus. "Kak Ethan, kamu bilang pamanku nggak menginginkanku lagi?""Bukan begitu!" Ethan menarik napas dalam-dalam, lalu menoleh melirik Sean. "Pak Sean, cukup dia yang menggila. Kamu mau membiarkannya menggila?"Sean mengernyit, lalu menghampiri dan mendekapkan Tiffany ke pelukannya. Kemudian, mereka mengikuti Ethan ke rumahnya."Bibi Indira, Jonas, Jones, dan Nenek Bertha sudah pindah beberapa hari lalu." Ethan duduk di ambang pintu sambil menatap Tiffany yang bengong. "Aku juga nggak tahu alasannya. Paman Kendra bilang dia harus sembunyi.""Aku sudah berusaha membujuk. Aku bilang desa kita bisa melindungi mereka dan bilang orang-orang di sini sangat menghormati mereka. Tapi, Paman Kendra bilang nggak ingin melibatkan penduduk desa, jadi mereka harus pergi."Tiffany duduk di kursi, membiarkan istri Ethan menyeka air hujan di kepalanya. "Apa lagi yang dibilang Paman?""Dia suruh kamu jaga diri baik-baik." Ethan menyalakan rokok dan meng

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 427

    Hujan masih sangat lebat. Tiffany berlari keluar dari rumah Ethan, menuju rumah keluarganya.Gadis itu meraih gembok besar di gerbang dan memeluknya. Tatapannya tampak hampa."Paman, Bibi, Nenek, Jonas, Jones, Maxi. Aku ingin pulang ...."Di depan matanya seolah-olah ada film yang diputar tanpa henti, memperlihatkan kenangan masa lalu.Saat Tiffany berusia 5 tahun, dia menggandeng tangan Jonas dan Jones sambil berkeliling di halaman.Neneknya akan mengayunkan kipas sambil tertawa ringan. "Kamu masih anak-anak, tapi sudah bergaya seperti orang dewasa yang bawa anak jalan-jalan. Dasar kamu ini.""Makanya." Bibinya akan tersenyum menyipitkan mata sambil mencuci aprikot dan memasukkannya ke keranjang di samping. "Dia seperti pamannya, sejak kecil sudah berpura-pura dewasa."Kendra yang bertelanjang dada pun mengambil sebuah aprikot dan menggigitnya. "Memangnya aku seperti itu?"Indira sontak menepuknya. "Ini untuk anak-anak, kamu nggak boleh makan!"Bertha tertawa melihatnya. "Indira pilih

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 428

    Tiffany pun terkejut setelah ditampar. Dia mendongak, menatap Indira yang berdiri di depannya. Jika dibandingkan dengan terakhir kali mereka bertemu, Indira yang sekarang tampak lebih kurus dan lesu.Indira menatap Tiffany dari atas dan berkata, "Kalau Pak Sean nggak mencariku, aku nggak akan tahu kamu bisa segila ini."Tiffany termangu sejenak. Air mata mulai berderai. "Bibi ...."Gadis yang basah kuyup itu langsung melemparkan diri dan memeluk kaki Indira. Indira memalingkan wajahnya, tetapi terlihat tidak tega. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Siapa bibimu?""Tiffany, kamu punya orang tua kandung. Kamu punya paman dan bibi kandung. Aku dan Kendra nggak punya hubungan darah denganmu."Tiffany lagi-lagi tertegun. Kemudian, dia mendongak, memperlihatkan matanya yang merah dan bingung. "Bibi ... kamu nggak mau aku lagi?""Kenapa aku harus menginginkanmu?" Indira tersenyum dingin. "Aku punya anak, anakku dua. Kamu cuma anak yang kubesarkan seperti hewan peliharaan."Indira

Pinakabagong kabanata

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status