Share

Bab 426

Penulis: Clarissa
Tiffany mengangkat kepalanya. Pandangannya tidak fokus. "Kak Ethan, kamu bilang pamanku nggak menginginkanku lagi?"

"Bukan begitu!" Ethan menarik napas dalam-dalam, lalu menoleh melirik Sean. "Pak Sean, cukup dia yang menggila. Kamu mau membiarkannya menggila?"

Sean mengernyit, lalu menghampiri dan mendekapkan Tiffany ke pelukannya. Kemudian, mereka mengikuti Ethan ke rumahnya.

"Bibi Indira, Jonas, Jones, dan Nenek Bertha sudah pindah beberapa hari lalu." Ethan duduk di ambang pintu sambil menatap Tiffany yang bengong. "Aku juga nggak tahu alasannya. Paman Kendra bilang dia harus sembunyi."

"Aku sudah berusaha membujuk. Aku bilang desa kita bisa melindungi mereka dan bilang orang-orang di sini sangat menghormati mereka. Tapi, Paman Kendra bilang nggak ingin melibatkan penduduk desa, jadi mereka harus pergi."

Tiffany duduk di kursi, membiarkan istri Ethan menyeka air hujan di kepalanya. "Apa lagi yang dibilang Paman?"

"Dia suruh kamu jaga diri baik-baik." Ethan menyalakan rokok dan meng
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 427

    Hujan masih sangat lebat. Tiffany berlari keluar dari rumah Ethan, menuju rumah keluarganya.Gadis itu meraih gembok besar di gerbang dan memeluknya. Tatapannya tampak hampa."Paman, Bibi, Nenek, Jonas, Jones, Maxi. Aku ingin pulang ...."Di depan matanya seolah-olah ada film yang diputar tanpa henti, memperlihatkan kenangan masa lalu.Saat Tiffany berusia 5 tahun, dia menggandeng tangan Jonas dan Jones sambil berkeliling di halaman.Neneknya akan mengayunkan kipas sambil tertawa ringan. "Kamu masih anak-anak, tapi sudah bergaya seperti orang dewasa yang bawa anak jalan-jalan. Dasar kamu ini.""Makanya." Bibinya akan tersenyum menyipitkan mata sambil mencuci aprikot dan memasukkannya ke keranjang di samping. "Dia seperti pamannya, sejak kecil sudah berpura-pura dewasa."Kendra yang bertelanjang dada pun mengambil sebuah aprikot dan menggigitnya. "Memangnya aku seperti itu?"Indira sontak menepuknya. "Ini untuk anak-anak, kamu nggak boleh makan!"Bertha tertawa melihatnya. "Indira pilih

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 428

    Tiffany pun terkejut setelah ditampar. Dia mendongak, menatap Indira yang berdiri di depannya. Jika dibandingkan dengan terakhir kali mereka bertemu, Indira yang sekarang tampak lebih kurus dan lesu.Indira menatap Tiffany dari atas dan berkata, "Kalau Pak Sean nggak mencariku, aku nggak akan tahu kamu bisa segila ini."Tiffany termangu sejenak. Air mata mulai berderai. "Bibi ...."Gadis yang basah kuyup itu langsung melemparkan diri dan memeluk kaki Indira. Indira memalingkan wajahnya, tetapi terlihat tidak tega. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Siapa bibimu?""Tiffany, kamu punya orang tua kandung. Kamu punya paman dan bibi kandung. Aku dan Kendra nggak punya hubungan darah denganmu."Tiffany lagi-lagi tertegun. Kemudian, dia mendongak, memperlihatkan matanya yang merah dan bingung. "Bibi ... kamu nggak mau aku lagi?""Kenapa aku harus menginginkanmu?" Indira tersenyum dingin. "Aku punya anak, anakku dua. Kamu cuma anak yang kubesarkan seperti hewan peliharaan."Indira

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 429

    Di luar Desa Maheswari, di dalam sebuah mobil. Indira membuka pintu mobil dan masuk. "Pak Charles, aku sudah mengatakan semua yang perlu kukatakan. Apa kamu bisa mengantarku kembali?""Ya." Charles bersandar di kursi pengemudi dan melirik Indira dengan tatapan datar. "Bibi, aku nggak ngerti kenapa kamu harus bicara sekasar itu."Charles bisa melihat Tiffany yang menangis karena dimarahi.Indira bersandar di jendela mobil, lalu memejamkan matanya. "Kalau nggak kasar, gimana dia bisa dengar? Masa aku harus memberitahunya kalau aku nggak menikah lagi dan hidup susah dengan anak-anak dan ibu mertuaku?""Dengan sifatnya itu, dia pasti akan membawa kami tinggal bersamanya." Indira tersenyum tidak berdaya. "Aku nggak ingin menjadi bebannya. Dia punya kehidupan sendiri dan akan punya anak ke depannya."Charles menyalakan mobilnya. "Keluarga kalian memang sangat menarik. Seingatku, orang desa sering bilang punya anak supaya ada yang menjaga di masa tua. Itu artinya, kalian membesarkan anak supa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 430

    "Baiklah." Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu merangkul leher Sean. Dia masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi pandangannya tiba-tiba menggelap. Seketika, dia jatuh pingsan di pelukan Sean.Di kamar Sean, Charles sedang memasang infus untuk Tiffany. Dia menghela napas, lalu melirik Sean. "Dia diguyur hujan selama berjam-jam, wajar kalau jatuh pingsan. Sebenarnya gadis ini cukup beruntung.""Kalau Kendra dan Indira punya niat jahat sedikit saja, dia nggak mungkin dilindungi oleh mereka dengan begitu baik.""Kamu benar." Sean menggeleng dengan pasrah. "Sayangnya, anak sepolos ini malah harus bertemu dengan orang tua seperti itu."Di layar komputer di depan Sean, terlihat rekaman CCTV yang baru saja diambil oleh Sofyan dari bandara. Rekaman menunjukkan bahwa Kendra yang memakai seragam pengawal, mengikuti Xavier dan Jayla untuk naik pesawat pribadi yang disiapkan oleh Sean untuk Zara.Sean sama sekali tidak menyangka Zara tidak akan mengenali Kendra. Zara pasti mengira orang yang men

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 431

    Tiffany demam selama sehari penuh.Ketika dia bangun keesokan harinya, waktu yang tersisa untuk ujian akhir hanya tinggal satu hari. Namun, pikirannya penuh dengan pamannya, sehingga dia sama sekali tidak punya waktu untuk memikirkan ujian. Dia bahkan berpikir untuk tidak ikut ujian."Aku nggak mau belajar lagi."Gadis itu menarik napas dalam-dalam, lalu mendorong tumpukan buku teks setinggi gunung di depannya ke lantai.Seiring dengan suara gebrakan, semua materi belajarnya berserakan di lantai. Dia memandangi buku-buku yang berserakan itu, untuk pertama kalinya dia tidak ingin memungutnya kembali.Dulu, dia selalu menganggap belajar sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebab dia tahu, hanya dengan mendapatkan nilai terbaik, dia bisa membuktikan bahwa dia benar-benar berusaha dan benar-benar bisa membuat keluarganya tenang.Tiffany selalu ingin keluarganya bisa menjalani kehidupan yang baik.Saat pertama kali masuk sekolah, gurunya pernah mengatakan bahwa jika dia ingin keluar dari de

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 432

    "Dia melakukannya dengan sengaja.""Sengaja membuat kita tahu bahwa dia datang ke Kota Aven, dan sengaja memastikan kita tahu bahwa Kendra dibawa olehnya," ujar Sean dengan nada dingin.Tiffany menggigit bibirnya. "Lalu sebenarnya ...." Apa yang ingin dia lakukan?"Aku belum sepenuhnya tahu."Sean tertawa dingin. "Tapi, Tiffany, jelas ini adalah jebakan. Kamu tetap mau pergi?"Tiffany menoleh menatap layar komputer yang menampilkan Kendra sedang menarik koper Xavier dan Jayla. Setelah beberapa saat, gadis itu mengangguk tegas dan serius. "Aku ingin pergi.""Aku nggak tahu apa yang Xavier rencanakan, tapi Paman ada bersamanya. Meski itu jebakan, aku tetap harus pergi."Setelah berkata demikian, Tiffany bahkan menatap Sean dengan sungguh-sungguh. "Sayang, kalau ini terlalu berbahaya, kamu nggak perlu ikut. Biar Chaplin yang temani aku saja."Namun, setelah berkata demikian, dia menggelengkan kepala. "Sebenarnya, aku juga bisa pergi sendiri. Xavier memang orang yang aneh, tapi dia nggak m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 433

    Meskipun Sean sering mengatakan bahwa Tiffany itu bodoh, sebenarnya dalam hal belajar, Tiffany sama sekali tidak bodoh. Sejak tadi pagi ketika Sean menetapkan hukuman jika dia tidak belajar dengan baik, Tiffany menghabiskan seluruh sore di ruang belajar untuk menghafal semua isi buku-bukunya dengan tekun.Setelah makan malam, Sean duduk di atas karpet ruang belajar sambil memegang buku catatan kuliahnya dan mengajukan pertanyaan satu per satu.Tiffany yang berbaring di pangkuannya, menjawab setiap pertanyaan sambil menguap. Namun, semua jawabannya benar, tanpa ada satu pun kesalahan.Sean agak terkejut. Dia mengangkat tangannya dan mencubit pipi Tiffany yang putih dan halus. "Ingatanmu sebagus ini?""Ya," Tiffany menjawab dengan bangga, sambil mengangguk. "Bukan cuma ingatanku yang baik, tapi kemampuan menghitung dan logikaku juga sangat kuat, lho."Setelah itu, dia menggigit bibirnya dengan malu-malu. "Tapi sering kali, aku tetap nggak bisa berpikir cepat. Guru pernah bilang, otakku i

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 434

    "Sejak kecil dia dibawa ke organisasi pembunuh dan dijadikan bahan percobaan. Mereka menyuntikkan banyak obat ke tubuhnya," ujar Sean sambil mengemudikan mobil dengan santai dan senyuman tipis menghiasi wajahnya."Ditambah lagi, waktu kecil dia cuma menjalani pelatihan dan nggak pernah punya teman, makanya dia sekarang jadi nggak banyak bicara."Sean melirik Tiffany sekilas. "Kenapa tiba-tiba kamu tertarik sama Chaplin?"Tiffany menggigit bibirnya. "Chaplin dulu ... seorang pembunuh?""Ya." Sean tersenyum tipis sambil tetap fokus pada jalan. "Dia adalah pembunuh genius.""Tiga tahun lalu, waktu usianya baru sepuluh tahun, dia sudah bisa membunuh anjing pelatih di markas pembunuh tanpa ragu-ragu. Jadi, organisasi mencoba mengirimnya untuk membunuh manusia."Mata Tiffany membelalak takjub. Anak sepuluh tahun ... membunuh manusia ...?"Aku adalah target pertamanya dan juga yang terakhir."Sean tetap memandang lurus ke depan, senyum kecil di bibirnya tidak bisa disembunyikan. "Mereka yang

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 585

    Tiffany terpaku menatap video di ponsel Brandon, lalu menyeka ujung matanya yang basah. Wanita itu menarik napas dalam-dalam. "Bisa nggak kamu kirimkan video ini ke aku?""Tentu saja!" Brandon mengangguk dengan cepat, lalu langsung mengirimkan video itu ke e-mail Tiffany."Ngomong-ngomong, Dok Tiff, setelah melihat semua yang sudah dilakukan Kak Sean untukmu, kamu nggak merasa terharu?"Tiffany menerima file video itu dan mengangguk pelan. "Tentu saja aku terharu.""Kalau begitu, apakah kalian akan berdamai?" Brandon masih menatap Tiffany dengan ekspresi penuh harapan. "Kalau kamu merasa terharu, bukankah itu berarti hatimu sudah nggak terlalu menolaknya lagi?"Brandon menatap Tiffany dengan serius. "Kak Sean benar-benar tulus sama kamu, Dok Tiff.""Waktu makan siang tadi, dia menunjukkan video ini ke aku dan menceritakan banyak hal tentang perjalanan panjangnya mencarimu selama bertahun-tahun. Waktu itu, aku tiba-tiba menyadari betapa jauhnya perbedaan antara aku dan dia.""Aku bilang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 584

    Mendengar hal itu, Julie melirik Tiffany. "Kalau aku nggak bilang, kamu sendiri nggak kepikiran?"Tiffany menatapnya sejenak, lalu menggeleng pelan. Sebenarnya, dalam hatinya, dia sudah memiliki keputusannya sendiri mengenai Sean. Bahkan tanpa Julie mengatakannya sekalipun, dia tetap bisa mempertimbangkannya.Namun, bagaimanapun juga, masa lalunya dengan Sean masih menjadi luka yang belum sembuh. Dia tidak bisa merelakan masalah itu begitu saja. Kata-kata Julie sebenarnya memberikan dorongan, sekaligus alasan baginya untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri.Ternyata, bukan hanya dia yang berpikir seperti ini. Orang-orang di sekitarnya juga mendukungnya."Kamu ini ...." Julie mengusap kepala Tiffany dengan lembut. "Bi Nancy sudah lama meninggal. Relakanlah hal-hal yang seharusnya dilepaskan. Dia nggak pernah memilih untuk terlahir dari keluarga seperti itu, dengan ayah seperti itu.""Sama seperti dulu, waktu kamu nggak percaya bahwa pamanmu bisa membakar rumah dan membunuh orang,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 583

    "Sudah kubilang Sean bukan orang seperti itu."Di dalam kantor, Julie menuangkan secangkir teh untuk Tiffany sambil menggeleng pelan. "Brandon itu memang selalu di luar dugaan. Percaya sama dia lebih baik percaya sama anjing kampung di luar sana."Tiffany terkulai lesu di atas meja kerja. "Aku benar-benar salah paham sama Sean." Dia menutup matanya dan bayangan pria itu di depan hotel kembali terlintas dalam pikirannya. Sean tampak begitu kesepian dan begitu menyedihkan.Sean tidak melakukan apa pun yang membahayakan pasiennya. Namun, Tiffany malah menuduhnya macam-macam.Tiffany menghela napas panjang, lalu menutupi wajahnya dengan tangan. "Lalu, aku harus bagaimana?"Sean pasti menganggapnya keterlaluan, menganggapnya tidak masuk akal, dan terlalu keras kepala. Semua ini gara-gara Brandon!"Kenapa nggak minta maaf saja?"Julie duduk di hadapannya sembari menyeruput kopi dan membalik halaman majalah. "Kalau nggak, mau gimana lagi?""Dia datang jauh-jauh untuk mendekatimu. Ini baru har

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 582

    Mungkin sejak lima tahun lalu, saat Sean memilih Sanny dan meninggalkannya, Tiffany sudah tidak berani lagi memercayainya ....Julie menghela napas, lalu mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Tiffany. "Tunggu saja sampai Brandon sadar, nanti kita akan tahu semuanya."Tiffany mengangguk.Dua wanita itu menunggu di luar ruang gawat darurat selama lebih dari setengah jam. Setelah setengah jam berlalu, pintu ruang gawat darurat akhirnya terbuka. Seorang perawat mendorong ranjang Brandon menuju kamar perawatan.Dokter yang menangani Brandon keluar dan menepuk bahu Tiffany. "Pasien ingin ketemu kamu."Tiffany segera berdiri dan melangkah cepat menuju kamar perawatan.Di dalam kamar, Brandon yang wajahnya masih pucat bersandar di ujung ranjang. Matanya berkaca-kaca saat menatap Tiffany. "Dokter Tiffany ...."Melihat pria dewasa menangis seperti ini, Tiffany merasa tidak tega. Dia menggigit bibirnya, lalu melangkah mendekat dan menyerahkan selembar tisu kepadanya. "Aku di sini."Brandon ter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 581

    Setelah berkata demikian, wanita itu langsung melepaskan tangan Sean dan berlari menuju kamar tempat Brandon berada. Sean tetap berdiri di tempatnya dan matanya menyipit tajam.Tak lama kemudian, ambulans rumah sakit pun tiba. Tiffany bersama staf hotel mengangkat Brandon ke atas tandu dan ikut pergi bersama ambulans.Saat hendak naik ke ambulans di luar hotel, dia melihat Sean berdiri di pintu masuk hotel dan memandangnya dengan tatapan suram. Wanita itu menggertakkan giginya dan langsung menutup pintu ambulans.Sean ... tidak pantas!Jelas-jelas hubungan mereka sudah berbeda dari lima tahun lalu. Meskipun Sean ingin mendekatinya kembali, itu tetap membutuhkan waktu. Sekarang hubungan mereka masih terasa asing, tetapi Sean sudah berani melakukan hal seperti itu terhadap orang yang mendekatinya.Selain itu, Brandon adalah seorang pasien!Tadi Brandon sudah memberi tahu Sean bahwa jantungnya bermasalah. Namun, Sean tetap saja bertarung dengan Brandon hingga membuatnya pingsan.Setelah l

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 580

    "Pertama, aku nggak enak membicarakan masa lalu di antara kami di depannya secara langsung. Aku takut itu akan membangkitkan kenangan menyakitkan baginya.""Kedua, Dokter Tiffany masih belum kenyang. Nggak mungkin kita mengganggunya bahkan saat dia sedang makan, 'kan?"Brandon berpikir sejenak dan merasa itu masuk akal. Dia pun bangkit dan berucap, "Dokter Tiffany, silakan lanjut makan. Kami akan keluar sebentar untuk mengobrol."Tiffany bahkan belum sempat bereaksi. Kedua pria itu sudah bangkit dan turun dengan lift bersama.Tiffany termangu sesaat. Kemudian, dia berdiri untuk mengejar mereka. Namun, setelah mengambil dua langkah, akhirnya dia berhenti.Sudahlah. Terserah mereka mau melakukan apa. Lagi pula, dia ingin menjauh dari kedua pria ini. Jadi, kalau mereka pergi bersama, itu justru lebih baik.Dengan tenang, Tiffany melanjutkan makannya. Sesudah selesai, dia bahkan membayar tagihan di restoran.Sepuluh menit kemudian, saat turun ke lobi hotel, dia mendengar suara panik dari m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 579

    Restoran di Grand Oriental, restoran bintang lima, sunyi senyap.Demi mengundang Tiffany dan Sean makan, Brandon meminta manajer hotel untuk mengosongkan seluruh restoran. Di dalam restoran yang luas itu, hanya ada tiga orang, yaitu Brandon, Tiffany, dan Sean.Di sebuah meja persegi panjang, ketiganya duduk dalam posisi yang aneh. Tiffany duduk di satu sisi, sementara Brandon dan Sean duduk di sisi lainnya.Dari sudut pandang mereka berdua, Tiffany seperti sedang berhadapan langsung dengan masing-masing dari mereka.Tak lama setelah mereka duduk, pelayan mulai menyajikan semua hidangan. Sean duduk di kursi yang empuk, tersenyum tipis sambil menatap meja makan di depannya.Jelas sekali, Brandon benar-benar telah berusaha keras untuk Tiffany. Jika tidak, bagaimana mungkin seluruh meja dipenuhi makanan yang sesuai dengan selera Tiffany?Memikirkan hal ini, Sean mengangkat alisnya sedikit, lalu menatap Tiffany sambil bertanya kepada Brandon dengan suara datar, "Semua ini makanan favorit Ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 578

    Brandon mengernyit, menatap Tiffany dengan curiga. "Jadi, kalian berdua di dalam itu ...."Tiffany hanya merasa kepalanya semakin pusing. Dia menarik napas dalam-dalam. "Barusan mantan suamiku sakit, aku hanya merawatnya."Brandon memiliki banyak koneksi di rumah sakit. Tiffany tidak ingin semua orang di rumah sakit mengetahui hubungan serta perkembangan antara dirinya dan Sean.Jadi, dia tersenyum tipis ke arah Brandon. "Kamu juga tahu, dokter harus memiliki hati yang penuh belas kasih.""Dia memang mantan suamiku, tapi saat dia sakit dan butuh perawatan, aku nggak mungkin tinggal diam."Brandon langsung menatap Tiffany dengan mata berbinar. "Dokter memang seperti yang aku bayangkan, benar-benar malaikat kecil yang baik hati!"Tiffany terdiam untuk sesaat. Kemudian, dia berdeham pelan. "Bukannya kamu bilang ingin aku memeriksamu? Kemarilah ...."Brandon langsung berlari kecil ke arah Tiffany. "Maaf sudah merepotkanmu."Tiffany berdeham dua kali. "Duduk dulu, aku akan memeriksamu ...."

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 577

    Usai berbicara, Tiffany mengambil jasnya dan keluar dari kamar.Di luar, Brandon menatapnya dengan penuh kekaguman. "Dokter, sudah setengah bulan kita nggak bertemu, kamu tetap secantik seperti biasanya."Tiffany mengerutkan alisnya, lalu meliriknya sekilas dengan ekspresi datar. "Cari tempat duduk saja. Sebenarnya jantungmu sudah nggak ada masalah lagi. Tapi kalau kamu masih merasa khawatir, aku akan melakukan pemeriksaan sederhana.""Baik! Baik!" Brandon menatapnya dengan terkagum-kagum. "Aku akan pesan kamar sekarang ...."Tiffany langsung mengernyit. "Kita cuma berdua, jangan pesan kamar."Setelah berkata demikian, Tiffany melirik ke arah area duduk di kejauhan yang biasanya digunakan untuk menikmati pemandangan dari atas. "Kita duduk di sana saja."Brandon menggigit bibir dan bergumam, "Justru aku suka kalau cuma berdua denganmu ...."Tiffany mengambil barang-barangnya, lalu berjalan ke tempat duduk itu. Sementara itu, Brandon tampak sedikit enggan, tetapi tetapi mengikuti dari be

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status