Home / Rumah Tangga / Permintaan Gila Adikku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Permintaan Gila Adikku: Chapter 111 - Chapter 120

136 Chapters

111. Kalian Mau Usir Aku?

Bu Tuti terkejut dengan perkataan Mika. "Mak---Maksud kamu?" tanya Bu Tuti kemudian. Dia tampak gelisah.Sedangkan Mika masih menatap ibu tirinya lamat-lamat. "Iya. Ibu mau ngusir aku dari rumah aku sendiri?" Mika kembali mengulang pertanyaannya."Siapa yang bilang begitu?" Bu Tuti mengelak. Dia menggeleng pelan. "Ibu tidak mengusir kamu kok," ujarnya kemudian. Akan tetapi Bu Tuti tidak berani menatap Mika.Namun, beberapa detik kemudian dia kembali menatap putri tirinya itu. "Ibu itu hanya memberi saran sama kamu. Secara kamu, kan sejak lahir berpisah dari keluarga kandung kamu. Dan sekarang sudah bertemu. Apa salahnya kalau kamu tinggal bersama mereka? Bukankah itu lebih baik?""Terserah Mika dong mau tinggal di mana." Mika memberi jawaban yang membuat Bu Tuti kesal.Namun, Bu Tuti menahanya. "Kasihan, Mika nenek kamu. Dia Pasti ingin sekali tinggal sama kamu. Apa salahnya kamu memberi kebahagiaan untuk nenek kamu?""Pertama." Mika mengangkat satu jarinya. "Terserah Mika mau tinggal
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

112. Pergi nggak, Ridwan?

Menguap lebar, Ridwan baru saja terbangun dari tidurnya. Dia duduk lalu menggaruk kepalanya yang terasa gatal dan merembet pada ujung bibir."Udah pagi aja," ujarnya ketika dia lihat kilatan cahaya dari sela-sela lubang ganteng rumah.Ridwan mengelus perutnya yang rata. "Udah laper aja." Dia pun bangkit lalu keluar daru kamar.Mengedarkan pandangan dia tak mendapati siapa pun di sana. "Sepi banget nih rumah," ujarnya kemudian. Dia memasang ekspresi berpikir kemna orang-orang di duma ini mengingat ini hari minggu.Ya. Meskipun Ridwan tidak bekerja, dia masih bisa mengingat hari. Biasanya, kan orang yang tidak bekerja akan lupa hari karena merasa itu tidak penting. Mau hari libur atau Tidak, dia juga tetap tidak bekerja.Mengedikkan bahu, dia bersikap acuh. "Biarin lah. Lebih baik aku cari makan saja," ujarnya kemudian yang berjalan menuju meja makan.Pria itu membuka tudung saji dan melihat makanan sudah tersedia di sana. Ridwan tampak menjilat ludahnya sendiri merasa tidak sabar untuk
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

113. Kenapa Semua Ingin Mika Pergi?

"Gimana? Kamu suka?" tanya Noval ketika dia baru saja mengantarkan Mika untuk melihat-lihat rumah baru mereka.Mika tersenyum, dia masih mengedarkan pandangan ke segala ruangan mengamati interior yang dipakai oleh Noval. Dia baru saja berkeliling melihat kamar, ruang tamu dan juga dapur.Mika menatap Noval lalu mengangguk bersemangat. "Suka. Terima kasih, ya," ucapnya tulus. Sebenarnya Mika merasa malu saat ini, tetapi juga merasa bahagia."Ada yang kurang menurut kamu?" Noval bertanya."Ha?" Mika segera menggeleng. "Tidak. Tidak ada kok. Semuanya bagus. Aku suka," ujar Mika."Syukurlah. Aku sengaja mengosongkan rumahnya karena aku ingin kamu yang mendesain perabotannya. Adil bukan? Aku yang mendesain rumahnya, kamu yang mengatur rumahnya." Nival menjelaskan."Boleh?" tanya Mika bersemangat.Nova menggeleng. "Tentu saja. Kenapa tidak? Ini, kan rumah kamu juga.""Terima kasih." Mika benar-benar terharu."Sebenarnya, dulu aku berniat bertanya sama kamu mengenai rumah yang kamu inginkan.
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

114. Olip Kembali Terusir

Mika berdiri tegak di depan Pak Purnomo dan Bu Tuti yang terlihat sangat terkejut. Suasana di ruang tamu itu begitu tegang, hanya terdengar desahan napas mereka yang berusaha menenangkan diri. Mika menatap keduanya dengan tatapan yang tajam, seolah-olah sedang menimbang sesuatu yang besar.“Jika kalian tidak mau masalah ini menjadi lebih buruk, kalian harus berhenti melakukan apa yang kalian lakukan pada saya dan rumah ini,” ujar Mika dengan suara yang datar namun penuh ancaman. "Jika tidak, maka aku benar-benar akan melaporkan kalian ke polisi atas tuduhan perampasan aset rumah mendiang ibu kandungku."Pak Purnomo terdiam sejenak, wajahnya berubah pucat. Bu Tuti, yang berada di sebelahnya, langsung menggenggam tangan suaminya dengan ketakutan. "Mika ... kamu pasti tidak serius, kan?" kata Bu Tuti, suaranya terdengar gemetar. "Kami sudah merawat kamu sejak kecil. Tega kamu melakukan ini? Kamu pasti tidak akan melaporkan kami, bukan?"Namun, Mika hanya tersenyum sinis. "Kalian mungkin
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

115. Ridwan Tidak Percaya

Ridwan melangkah keluar dari rumah orang tuanya dengan wajah masam. Suasana tegang masih terasa di dalam rumah, terutama setelah Pak Eko, ayahnya, mengusirnya tanpa basa-basi tepat setelah sarapan. Dengan napas panjang dan langkah tergesa dia menaiki motornya untuk pergi, Ridwan terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kontrakannya.“Heran sama Bapak ini. Seperti nggak sayang sama anak sendiri. Anak ada masalah bukannya didukung malah diusir. Heran,” gumamnya sambil menarik gas dengan kencang dan lirih. Di kepalanya, percakapan panas dengan Pak Eko terus terngiang. Ridwan merasa diperlakukan tidak adil, seperti selalu menjadi kambing hitam dalam setiap masalah keluarga.Padahal dia yang salah memangSaat sampai di kontrakan, Ridwan mencoba membuka pintu, tetapi pintunya terkunci. Dia pun membuka dengan kunci cadangan. Namun, pandangannya langsung mengitari ruangan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Olip, istrinya. Rumah yang biasanya dipenuhi suara Olip kini terasa sunyi senyap. Ri
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

116. Ternyata Olip Berbohong

Pagi hari di rumah tangga Olip kembali dipenuhi kegaduhan. Suara bentakan dan amarah terdengar dari dalam kontrakan, menyebar ke seluruh sudut kontrakan. Ridwan berdiri di depan kasur lipat dengan ekspresi marah, tangannya terkepal di sisi tubuhnya."Olip! Aku sudah bangunkan kamu tadi, sudah kasih uang buat belanja! Kenapa kamu masih tidur dan belum buat sarapan?" suaranya menggelegar, memenuhi ruangan.Olip mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang baru saja menyambutnya di pagi hari. Dia menatap Ridwan dengan mata yang masih mengantuk, malas beranjak dari tempat tidur."Aku capek," jawabnya lirih. "Kenapa aku yang harus masak? Kenapa kamu nggak beli saja di luar kalau memang butuh sarapan?"Ridwan semakin tersulut amarahnya."Kamu istri, tugasmu ngurus rumah! Apa susahnya bangun lebih awal dan masak buat suami sendiri?"Olip memalingkan wajahnya, enggan terlibat lebih jauh dalam pertengkaran yang sudah menjadi rutinitas mereka. Namun, sikapnya itu justr
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

117. Nasihat Dari Pak Purnomo?

Olip yang baru saja ditampar oleh Ridwan pun langsung kabur kembali ke rumah orang tuanya. Dia datang dengan keadaan menangis dan langsung memeluk Bu Tuti."Ibu," panggilnya dengan menangis sesenggukan.Bu Tuti yang memang baru saja menyediakan kopi untuk suaminya, dan Pak Purnomo yang belum berangkat kerja pun terkejut melihat hal itu. "Ada apa, Lip?" tanya mereka.Olip masih sesenggukan. Dia pun mulai menceritakan apa yang telah terjadi. "Kak Ridwan, Bu, Pak. Kak Ridwan.""Ada apa dengan Ridwan?" tanya Pak Purnomo. Melihat putrinya menangis seperti itu tiba-tiba saja perasaan khawatir menyeruak dalam dirinya.Apakah terjadi sesuatu pada menantunya itu?"Kak Ridwan, Pak. Dia menampar aku," ujar Olip kemudian. Tangisannya semakin menjadi saat mengisahkan bagaimana Ridwan menamparnya. Ia merasa diperlakukan dengan tidak adil, merasa tersakiti bukan hanya fisiknya, tetapi juga harga dirinya.Ekspresi terkejut terlihat di saja Bu Tuti. Perempuan itu menatap suaminya dengan bola mata mel
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

118. Rencana Syukuran

Mika menatap rumah di depannya dengan penuh perasaan campur aduk. Sepertinya dia masih belum bisa menormalkan perasaannya akan kejutan dari Noval yang satu ini. Dia ... merasa sangat-sangat bahagia. Namun, dia juga merasa sedikit gugup. Rumah ini bukan sekadar bangunan bagi mereka, akan tetapi bisa juga disebut sebagai sebuah awal baru. Dia menoleh ke arah Noval yang berdiri di sampingnya. "Kapan kita bisa menempati rumah ini?" tanyanya dengan mata berbinar-binar. Dia tampak bersemangat. Noval tersenyum lembut, menatap wajah istrinya yang penuh antusiasme. "Kapan saja kamu mau, kota bisa menempatinya. Semua sudah siap, tinggal kita bawa barang-barang yang masih tertinggal di rumah itu." Dia menunjuk ke rumah orang tua Mika. "Atau tidak perlu membawa barang-barang dan kita beli semuanya saja yang baru," lanjut Noval memberi saran. Mika menggigit bibirnya, berpikir sejenak. Kemudian, sebuah ide melintas di benaknya. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita mengadakan syukuran rumah
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

119. Negosiasi

"Kenapa nggak mau, Bu?" tanya Pak Purnomo yang tiba-tiba berdiri di samping Mika. Entah muncul dari mana pria itu karena Mika tadi pun tidak melihat keberadaan bapaknya itu.Pak Purnomo menatap Mika sebentar lalu memasuki kamar. "Bu. Bantulah Mika untuk acaranya nanti." Dia membujuk istrinyaBu Tuti mendengus. "Nggak ah."Mika masih merasa terkejut. "Ibu nggak mau?" tanya Mika dengan mengangkat satu alisnya.Bu Tuti mengangguk. "Iya.""Bu." Pak Purnomo mengingatkan."Kenapa?" tanya Mika penasaran.Bu Tuti menggeleng. "Nggak papa. Nggak pengen aja," ujarnya santai."Kecuali ...." Dia tidak melanjutkan kalimatnya, menggantungkan kalimatnya disertai lirikan ke arah Mika.Mika menatap Bu Tuti dengan tatapan memicing. Dia mulai bisa menebak permainan Bu Tuti dan kini hanya tersenyum santai. Dia tahu bahwa Bu Tuti menginginkan sesuatu darinya, tapi dia tidak akan masuk ke dalam jebakan itu."Kecuali apa, Bu?" tanya Mika kemudian."Kecuali. Kamu memberi izin untuk Olip tinggal di sini," kat
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

120. Undangan Makan Malam Nenek Saseka

Malam itu, Mika dan Noval duduk berdampingan di dalam mobil yang melaju tenang di jalanan kota. Lampu-lampu jalan menerangi kaca jendela, memantulkan cahaya yang berpendar di wajah mereka. Hawa di dalam mobil terasa hangat, bercampur dengan wangi lembut parfum Noval yang khas.Mika memperhatikan interior mobil dengan seksama. Ini bukan pertama kalinya mereka bepergian dengan mobil ini, tapi ada sesuatu yang membuatnya mulai berpikir. Selama ini, setiap kali mereka pergi bersama, Noval selalu menggunakan mobil yang sama. Sesuatu dalam benaknya mulai mengusik."Aku penasaran." Mika membuka percakapan, suaranya terdengar menggantung.Noval melirik sekilas ke arah istrinya sebelum kembali fokus pada jalan. "Penasaran apa?"Mika menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi sambil melipat tangannya di dada. "Kenapa setiap kali kita pergi, kita selalu memakai mobil ini? Jangan-jangan ini sebenarnya mobil kamu sendiri, bukan mobil teman kamu yang biasa kamu katakan?"Dia menatap Noval curiga. "Ma
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status