Home / Rumah Tangga / Permintaan Gila Adikku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Permintaan Gila Adikku: Chapter 101 - Chapter 110

136 Chapters

101. Ridwan Menggila

"Ibu ngagetin aja," Ridwan sdah merasa deg-degan. Dia pikir tadi adalah bapaknya. Tentu saja diamerasa takut kalau bertemu kembali dengan Pak Eko. Dia yakin kalau dia akan dihajar kembali jika bapaknya itu melihat keberadaan dirinya di sini."Makan," jawab Ridwan pada pertanyaan ibunya tadi. Tanpa sungkan dia langsung mengambil nasi dan lauknya cukup banyak dan memakannya dengan lahap.Bu Lestari duduk di hadapan putranya. "Makanmu kayak orang yang nggak makan satu bulan aja.""Aku belum makan sejak pagi," jawab Ridwan di sela makannya dengan mulut penuh."Olip nggak masak?" Bu Lestari kembali bertanya."Ibu kayak nggak tahu aja," jawab Ridwan. Bu Lestari pun membiarkan anaknya makan."Kok bisa sih kamu sama Olip punya vidio kek gitu?" tanya Bu Lestari dengan kesal.Ridwan melirik ke arah ibunya beberapa kali sebelum menjawab. "Ya namanya juga pasangan, Bu. Ya wajarlah."Bu Lestari langsung memukul lengan putranya. "Kok bisa kamu melakukan itu sebelum menikah? Bikin malu aja.""Ya gim
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

102. Tawaran Jadi Istri Kedua?

"Apa?" Tentu saja Mika merasa syok. Bahkan toples permen yang ada di tangannya dan akan dipindahkan ke dalam toko sebab toko akan tutup langsung terjatuh. Untung saja isinya tidak berceceran. "Biar aku bantu," ujar Ridwan ketika melihat toples itu jatuh. "Nggak usah nggak usah," ujar Mika cepat. Dia pun lebih memilih mengambilnya sendiri daripada menerima bantuan Ridwan. Bukan apa. Dia hanya takut kalau Noval salah paham saja melihatnya nanti mengingat suaminya itu akan datang. "Ngapain sih kamu di sini?" tanya Mika sekali lagi. Dia tak sungkan memperlihatkan wajah bencinya pada Ridwan. "Untuk menanyakan hal tadi," ujar Ridwan kemudian. "Wan. Kamu sudah gila, mending kamu ke rumah sakit sana. Jangan di sini," ujar Mika kemudian dengan menunjuk ke segala arah. Ridwan terkejut Mika mengatai dirinya gila. "Mik. Aku nggak gila." Dia menggeleng cepat. "Kalau nggak gila apa? Sinting? Mabok? Atau syarafmu sudah putus?" tanya Mika kemudian. Dia berkacak pinggang dengan tatapan tajam pad
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

103. Olip Cemburu

Untuk sesaat keduanya saling tatap satu sama lain. Mika yang menunggu jawaban Noval, dan Noval yang merasa tertegun dengan pertanyaan dari Mika."Kok diam?" tanya Mika kemudian.Noval pun tersadar. Dia mengedipkan matanya beberapa kali lalu melanjutkan aktivitasnya. "Lebih ke arah kebersihan. Secara Ridwan adalah orang yang jorok," ujar Noval kemudian yang tentu itu hanya alasan."Oh gitu?" Mika mengangguk beberapa kali. Keduanya pun keluar dari kamar mandi lalu keluar dari toko."Aku kira kamu cemburu," ujar Mika ketika melihat suaminya yang sedang menutup toko. Rupanya tugasnya berganti pada Noval.Noval membalikkan badan menatap Mika ketika sudah mengunci toko. Dia meraih tangan Mika lalu memberikan kunci toko pada Mika. "Kenapa kamu tanyanya sejak tadi itu mulu?"Mika menggenggam kunci yang diberikan Noval lalu memasukkannya pada tas yang dia bawa. Mika menggeleng. "Nggak papa. Cuma mau tanya aja?"Noval menaiki motornya lebih dulu. "Kamu ingin tahu aku cemburu apa tidak?" tanyany
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

104. Kenapa Nyalahin Mika?

"Kamu gila, Kak?" tanya Olip tak habis pikir. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Istri mana yang tidak akan marah kalau mendengar suaminya menawari perempuan lain untuk menjadi istri? Dengan kata lain dia mau dimadu. "Bisa-bisanya Kak Ridwan menawari Kak Mika menjadi istri Kakak? Kakak sudah tidak waras!" bentak Olip. Ridwan yang merasa pusing mendengar teriakan Olip, langsung menatap Olip dengan tajam. "Hah! Bisa tidak kamu diam! Setiap hari bisanya hanya teriak saja. Pusing kepala aku!" Ridwan ikut berteriak! "Aku berteriak juga karena Kak Ridwan. Istri mana yang tidak akan marah kalau suaminya menawarkan perempuan lain untuk menikah dengannya. Kakakku pula yang kamu tawari," ujar Olip marah. Rasanya dia ingin berteriak dengan kencang saja. "Semua itu karena aku baru sadar. Kalau Mikalah yang aku butuhkan. Mika yang aku cintai. Aku hanya bernafsu saja dengan kamu," ujar Ridwan dengan menunjuk istrinya. Tatapannya masih tajam dan penuh kemarahan. Olip semakin merasa tida
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

105. Punya Istri Kok Gini Amat

Ridwan merasa bingung malam ini. Setelah keluar dari kontrakan, dia tidak tahu harus pergi ke mana. "Balik ke kontrakan males. Pulang ke ruang Ibu, apa iya nggak bakal diajar lagi?" Ridwan bertanya pada dirinya sendiri.Kini, Ridwan tengah berada di sebuah warung kopi. Dia ingin menenangkan dirinya dari rasa stress yang ditimbulkan oleh Olip. "Punya istri gini amat. Bayangannya habis nikah enak ada yang ngurusin, malah kek gini." Dia mendengus.Malam semakin gelap, udara juga semakin dingin. Dia pun memutuskan untuk pulang. Pulang ke kontrakan, bukan ke rumah orang tuanya. Dia masih waras untuk pergi ke sana mengingat bagamana seramnya sang Bapak kalau mengamuk.Bukannya dia merasa takut. Ridwan hanya menghomarti bapaknya. Kalau masalah duel, sih dia yakin bakalan menang melawan bapaknya. Hanya saja, kembali pada kenyataan kalau pria itu adalah orang tuanya. Mana Berani dia melawan? Takut dianggap durhaka nanti.Motor berhenti di depan kontrakan. Dia memasuki kontrakan dan melihat ist
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

106. Rumah Baru di Depan Rumah

Datangnya Olip pagi itu je rumahnya Pak Purnomo membuat dia lebih sering datang. Bahkan dia sudah berani menginap di rumah orang tuanya meski di awal-awal dia mendapatkan penolakan dari Mika.Olip tidak peduli, dia tetap menginap. Rumah tangga Olip dan Ridwan semakin hari semakin renggang. Mereka lebih sering menginap di rumah orang tua masing-masing.Contohnya saja hari ini. Hari minggu setelah sarapan, Olip memilih duduk santai di depan rumah, melihat orang-orang yang berlalu kalang. "Paling enak emang tinggal di rumah orang tua." Dia menyandarkan punggung pada sandaran kursi.Tatapan Olip mengarah pada tanah yang ada di depan rumahnya. Dulu tanah itu kosong, Sekarang sudah berdiri sebuah rumah megah berlantai dua. "Rumahnya sangat cantik. Seperti rumah yang dulu aku impikan," ujar Olip dengan senyuman."Andi saja ruamh itu adalah rumahku." Olip beramgan. Sayangnya itu hanya khayalannya saja. Perempuan itu pun mengembuskan napas kasar dan menurunkan kesua bahunya."Apa iya mimpiku
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

107. Rumahnya Mika dan Noval

Olip yang mulai muak mendengar perkataan warga pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya saja. Apalagi banner yang ingin dia ketahui tulisannya apa tidak kunjung dibuka. Membuat moodnya semakin buruk saja."Sudah ah. Saya pulang saja. Nggak penting juga di sini." Dia menggerutu."Ya ... nggak ada yang ngajak kamu ke sini juga," ujar Sinta yang tiba-tiba sudah ada di sana.Olip menatap Sinta. "Ngapain lo di sini?" tanyanya sewot."Dih. Terserah gue mau gue ada di mana. Mending lo pulang sana. Lo tadi bi lang kan mau pulang, kan? Sana-sana. Hus-Hus," ujar Sinta mengusir Olip layaknya unggas. Apa yang dilakukan Sinta pun membuat warga yang lain tertawa.Olip tak menggubris dan dia terus melangkah meninggalkan lokasi. Namun, sebelum dia sampai ke rumah orang tuanya, dia melihat Noval dan Mika yang keluar dari rumah.Langkah Olip pun terhenti, menatap kedua pasangan suami istri itu dengan aneh. "Ngapain mereka begitu?" tanyanya pada diri sendiri. Dia masih berdiri di tempatnya me
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

108. Sosok Sebenarnya Mika

Bu Tuti dan Olip sama-sama melotot dan membuka mulutnya lebar-lebar kala semua warga bersorak seiring bersamanya banner yang sejak tadi ditunggu kini sudah terbuka menampilkan sebuah tulisan yang tidak bisa dia percaya."Jadi itu beneran rumah mereka?" tanya Olip kemudian. Entah kenapa tiba-tiba saja dia merasakan panik saat ini.Mata perempuan itu tiba-tiba saja berkaca-kaca, dia menggeleng pelan dan meremas rambutnya dengan kasar. "Tidak mungkin!" teriaknya kemudian.Dia menatap ibunya dengan tangis yang mana air matanya sudah berjatuhan banyak. "Bu. Tidak mungkin, kan, Bu? Tidak mungkin, kan itu rumah Noval dan Kak Mika?" Dia bertanya pada ibunyaSedangkan Bu Tuti yang mendengar pertanyaan putrinya pun merasa bingung harus menjawab apa. Dia menatap putrinya yang menangis lalu menatap kumpulan para warga yang ikut Noval memberi kejutan pada Mika."Em ... em ...." Bu Tuti bingung harus mengatakan apa. Mau dibilang tidak pun nyatanya itu memang rumahnya Noval dan Mika."Bu. Kok diam s
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

109. Keluarga Kandung

"Lah? Dia pingsan?" Para warga menatap heran Olip."Dia kenapa?" tanya pria yang tadi datang bersama perempuan tua yang memanggil Mika cucu."Biasa itu, Om. Drama queen lagi tantrum," ujar Sinta yang sudah berhasil menguasai rasa terkejutnya melihat adegan sang sahabat bersama orang-orang yang baru dia lihat keberadaannya."Astaga. Ada-ada saja." Pria bernama Andra itu menggeleng pelan menatap Olip.Sedangkan Bu Tuti yang melihat putrinya tak sadarkan diri langsung panik. Dia berjongkok di samping Olip. "Olip. Olip. Bangun Olip. Bangun. Kamu kenapa pingsan di sini sih?" Astaga. Itu pertanyaan macam apa? Bukankah orang pingsan tak bisa merencanakan di mana dia akan pingsan?"Aduh." Bu Tuti pun langsung menatap orang-orang yang berkumpul di depan ruang baru Mika."Hei kalian! Kenapa diam aja sih? Bantuin dong. Angkatin kek minimal," ujar Bu Tuti yang merasa mesa sebab anaknya pingsan malah dilihatin saja tanpa ada yang membantu.Para warga saling tatap satu sama lain. "Kita tolongin jan
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

110. Bu Tuti Mau Rumah Ini

"Sumpah. Ibu nggak pernah menyangka kalau keluarga kandung mendiang ayahnya Mika akan datang, Pak," ujar Bu Tuti dengan menggeleng pelan.Pasangan suami istri itu tengah duduk di ranjang kamar Olip sembari menjaga anak mereka yang masih belum sadarkan diri. Mereka menatap ke depan sembari memikirkan apa yang baru saja mereka lewati."Bapak juga, Bu," sambung Pak Purnomo. Pria itu menunpu dagu pada kepalan tangannya."Mengingat bagaimana hubungan mendiang orang tuanya Mika dulu, rasa-rasanya seperti mustahil kalau mereka akan memikirkan satu sama lain," lanjut Pak Purnomo."Ya, kan tapi dulu yang marah akan hubungan kedua orang tua Mika itu yang pria, Pak. Kita dengar sendiri tadi kalau dia sudah meninggal." Bu Tuti berujar dengan ingatannya akan pemicaraan Mika tadi."Bisa jadi, Bu. Neneknya juga, kan yang mencari. Apalagi neneknya tadi sedang sakit, bukan?"Dua orang itu mengangguk beberapa kali. Tiba-tiba saja Bu Tuti mengingat sesuatu. "Pak. Kira-kira Mika akan tinggal di rumah kel
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status