Beranda / Rumah Tangga / Permintaan Gila Adikku / 113. Kenapa Semua Ingin Mika Pergi?

Share

113. Kenapa Semua Ingin Mika Pergi?

Penulis: Evie Edha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 23:47:40

"Gimana? Kamu suka?" tanya Noval ketika dia baru saja mengantarkan Mika untuk melihat-lihat rumah baru mereka.

Mika tersenyum, dia masih mengedarkan pandangan ke segala ruangan mengamati interior yang dipakai oleh Noval. Dia baru saja berkeliling melihat kamar, ruang tamu dan juga dapur.

Mika menatap Noval lalu mengangguk bersemangat. "Suka. Terima kasih, ya," ucapnya tulus. Sebenarnya Mika merasa malu saat ini, tetapi juga merasa bahagia.

"Ada yang kurang menurut kamu?" Noval bertanya.

"Ha?" Mika segera menggeleng. "Tidak. Tidak ada kok. Semuanya bagus. Aku suka," ujar Mika.

"Syukurlah. Aku sengaja mengosongkan rumahnya karena aku ingin kamu yang mendesain perabotannya. Adil bukan? Aku yang mendesain rumahnya, kamu yang mengatur rumahnya." Nival menjelaskan.

"Boleh?" tanya Mika bersemangat.

Nova menggeleng. "Tentu saja. Kenapa tidak? Ini, kan rumah kamu juga."

"Terima kasih." Mika benar-benar terharu.

"Sebenarnya, dulu aku berniat bertanya sama kamu mengenai rumah yang kamu inginkan.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Permintaan Gila Adikku   114. Olip Kembali Terusir

    Mika berdiri tegak di depan Pak Purnomo dan Bu Tuti yang terlihat sangat terkejut. Suasana di ruang tamu itu begitu tegang, hanya terdengar desahan napas mereka yang berusaha menenangkan diri. Mika menatap keduanya dengan tatapan yang tajam, seolah-olah sedang menimbang sesuatu yang besar.“Jika kalian tidak mau masalah ini menjadi lebih buruk, kalian harus berhenti melakukan apa yang kalian lakukan pada saya dan rumah ini,” ujar Mika dengan suara yang datar namun penuh ancaman. "Jika tidak, maka aku benar-benar akan melaporkan kalian ke polisi atas tuduhan perampasan aset rumah mendiang ibu kandungku."Pak Purnomo terdiam sejenak, wajahnya berubah pucat. Bu Tuti, yang berada di sebelahnya, langsung menggenggam tangan suaminya dengan ketakutan. "Mika ... kamu pasti tidak serius, kan?" kata Bu Tuti, suaranya terdengar gemetar. "Kami sudah merawat kamu sejak kecil. Tega kamu melakukan ini? Kamu pasti tidak akan melaporkan kami, bukan?"Namun, Mika hanya tersenyum sinis. "Kalian mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Permintaan Gila Adikku   115. Ridwan Tidak Percaya

    Ridwan melangkah keluar dari rumah orang tuanya dengan wajah masam. Suasana tegang masih terasa di dalam rumah, terutama setelah Pak Eko, ayahnya, mengusirnya tanpa basa-basi tepat setelah sarapan. Dengan napas panjang dan langkah tergesa dia menaiki motornya untuk pergi, Ridwan terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kontrakannya.“Heran sama Bapak ini. Seperti nggak sayang sama anak sendiri. Anak ada masalah bukannya didukung malah diusir. Heran,” gumamnya sambil menarik gas dengan kencang dan lirih. Di kepalanya, percakapan panas dengan Pak Eko terus terngiang. Ridwan merasa diperlakukan tidak adil, seperti selalu menjadi kambing hitam dalam setiap masalah keluarga.Padahal dia yang salah memangSaat sampai di kontrakan, Ridwan mencoba membuka pintu, tetapi pintunya terkunci. Dia pun membuka dengan kunci cadangan. Namun, pandangannya langsung mengitari ruangan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Olip, istrinya. Rumah yang biasanya dipenuhi suara Olip kini terasa sunyi senyap. Ri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Permintaan Gila Adikku   116. Ternyata Olip Berbohong

    Pagi hari di rumah tangga Olip kembali dipenuhi kegaduhan. Suara bentakan dan amarah terdengar dari dalam kontrakan, menyebar ke seluruh sudut kontrakan. Ridwan berdiri di depan kasur lipat dengan ekspresi marah, tangannya terkepal di sisi tubuhnya."Olip! Aku sudah bangunkan kamu tadi, sudah kasih uang buat belanja! Kenapa kamu masih tidur dan belum buat sarapan?" suaranya menggelegar, memenuhi ruangan.Olip mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang baru saja menyambutnya di pagi hari. Dia menatap Ridwan dengan mata yang masih mengantuk, malas beranjak dari tempat tidur."Aku capek," jawabnya lirih. "Kenapa aku yang harus masak? Kenapa kamu nggak beli saja di luar kalau memang butuh sarapan?"Ridwan semakin tersulut amarahnya."Kamu istri, tugasmu ngurus rumah! Apa susahnya bangun lebih awal dan masak buat suami sendiri?"Olip memalingkan wajahnya, enggan terlibat lebih jauh dalam pertengkaran yang sudah menjadi rutinitas mereka. Namun, sikapnya itu justr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Permintaan Gila Adikku   117. Nasihat Dari Pak Purnomo?

    Olip yang baru saja ditampar oleh Ridwan pun langsung kabur kembali ke rumah orang tuanya. Dia datang dengan keadaan menangis dan langsung memeluk Bu Tuti."Ibu," panggilnya dengan menangis sesenggukan.Bu Tuti yang memang baru saja menyediakan kopi untuk suaminya, dan Pak Purnomo yang belum berangkat kerja pun terkejut melihat hal itu. "Ada apa, Lip?" tanya mereka.Olip masih sesenggukan. Dia pun mulai menceritakan apa yang telah terjadi. "Kak Ridwan, Bu, Pak. Kak Ridwan.""Ada apa dengan Ridwan?" tanya Pak Purnomo. Melihat putrinya menangis seperti itu tiba-tiba saja perasaan khawatir menyeruak dalam dirinya.Apakah terjadi sesuatu pada menantunya itu?"Kak Ridwan, Pak. Dia menampar aku," ujar Olip kemudian. Tangisannya semakin menjadi saat mengisahkan bagaimana Ridwan menamparnya. Ia merasa diperlakukan dengan tidak adil, merasa tersakiti bukan hanya fisiknya, tetapi juga harga dirinya.Ekspresi terkejut terlihat di saja Bu Tuti. Perempuan itu menatap suaminya dengan bola mata mel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Permintaan Gila Adikku   118. Rencana Syukuran

    Mika menatap rumah di depannya dengan penuh perasaan campur aduk. Sepertinya dia masih belum bisa menormalkan perasaannya akan kejutan dari Noval yang satu ini. Dia ... merasa sangat-sangat bahagia. Namun, dia juga merasa sedikit gugup. Rumah ini bukan sekadar bangunan bagi mereka, akan tetapi bisa juga disebut sebagai sebuah awal baru. Dia menoleh ke arah Noval yang berdiri di sampingnya. "Kapan kita bisa menempati rumah ini?" tanyanya dengan mata berbinar-binar. Dia tampak bersemangat. Noval tersenyum lembut, menatap wajah istrinya yang penuh antusiasme. "Kapan saja kamu mau, kota bisa menempatinya. Semua sudah siap, tinggal kita bawa barang-barang yang masih tertinggal di rumah itu." Dia menunjuk ke rumah orang tua Mika. "Atau tidak perlu membawa barang-barang dan kita beli semuanya saja yang baru," lanjut Noval memberi saran. Mika menggigit bibirnya, berpikir sejenak. Kemudian, sebuah ide melintas di benaknya. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita mengadakan syukuran rumah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Permintaan Gila Adikku   119. Negosiasi

    "Kenapa nggak mau, Bu?" tanya Pak Purnomo yang tiba-tiba berdiri di samping Mika. Entah muncul dari mana pria itu karena Mika tadi pun tidak melihat keberadaan bapaknya itu.Pak Purnomo menatap Mika sebentar lalu memasuki kamar. "Bu. Bantulah Mika untuk acaranya nanti." Dia membujuk istrinyaBu Tuti mendengus. "Nggak ah."Mika masih merasa terkejut. "Ibu nggak mau?" tanya Mika dengan mengangkat satu alisnya.Bu Tuti mengangguk. "Iya.""Bu." Pak Purnomo mengingatkan."Kenapa?" tanya Mika penasaran.Bu Tuti menggeleng. "Nggak papa. Nggak pengen aja," ujarnya santai."Kecuali ...." Dia tidak melanjutkan kalimatnya, menggantungkan kalimatnya disertai lirikan ke arah Mika.Mika menatap Bu Tuti dengan tatapan memicing. Dia mulai bisa menebak permainan Bu Tuti dan kini hanya tersenyum santai. Dia tahu bahwa Bu Tuti menginginkan sesuatu darinya, tapi dia tidak akan masuk ke dalam jebakan itu."Kecuali apa, Bu?" tanya Mika kemudian."Kecuali. Kamu memberi izin untuk Olip tinggal di sini," kat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Permintaan Gila Adikku   120. Undangan Makan Malam Nenek Saseka

    Malam itu, Mika dan Noval duduk berdampingan di dalam mobil yang melaju tenang di jalanan kota. Lampu-lampu jalan menerangi kaca jendela, memantulkan cahaya yang berpendar di wajah mereka. Hawa di dalam mobil terasa hangat, bercampur dengan wangi lembut parfum Noval yang khas.Mika memperhatikan interior mobil dengan seksama. Ini bukan pertama kalinya mereka bepergian dengan mobil ini, tapi ada sesuatu yang membuatnya mulai berpikir. Selama ini, setiap kali mereka pergi bersama, Noval selalu menggunakan mobil yang sama. Sesuatu dalam benaknya mulai mengusik."Aku penasaran." Mika membuka percakapan, suaranya terdengar menggantung.Noval melirik sekilas ke arah istrinya sebelum kembali fokus pada jalan. "Penasaran apa?"Mika menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi sambil melipat tangannya di dada. "Kenapa setiap kali kita pergi, kita selalu memakai mobil ini? Jangan-jangan ini sebenarnya mobil kamu sendiri, bukan mobil teman kamu yang biasa kamu katakan?"Dia menatap Noval curiga. "Ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Permintaan Gila Adikku   121. Apa Noval Akan Jujur?

    Noval duduk di ruang tamu bersama papanya, yang sedang membaca koran. Suasana sore itu tenang, hanya terdengar suara burung berkicau di luar jendela."Mika sudah bertemu dengan keluarga kandungnya. Mereka menerima keberadaannya dengan sangat baik."Untuk ejenak, papanya Noval terdiam. Kemudian, dia menghela napas lega dan tersenyum. "Syukurlah. Itu berita yang sangat baik, Nak. Aku tahu selama ini dia mencari keluarganya. Jika mereka menerimanya dengan baik, itu berarti dia bisa merasakan cinta yang seharusnya dia dapatkan sejak dulu."Noval mengangguk. "Iya, Pa. Aku juga senang untuknya.Papanya Noval menarik napas dalam. "Itu artinya, kamu juga harus segera mengatakan pada Mika tentang kamu yang sebenarnya." Dia menasihati Noval.Noval tersenyum tipis, walaupun ada sedikit keraguan di matanya. "Aku akan menunggu waktu yang tepat, Pa. Aku ingin melakukannya dengan cara yang tidak menyakitinya. Aku tidak ingin dia merasa dikhianati atau kecewa."Papanya Noval mengangguk dengan penuh p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04

Bab terbaru

  • Permintaan Gila Adikku   132.

    Olip meringkuk ketakutan. Dia menunduk sembari menangis, sesekali melirik ke arah keberadaan suaminya dengan tubuh bergetar.Bagamana tidak? Ridwan yang biasanya akan selalu menurutmu kemauannya, selalu mengalah kikadia marah, kini berubah seratus delapan pukul derajat. Bahkan kini Olip sangat ketakutan melihat suaminya itu."Enak?" tanya Ridwan dengan senyum miring. Pria itu pun bangkit lalu mengenakan pakaianya secara cepat semampu melirik sinis ke arah Olip.Terlihat ekspresi penuh kepuasan di wajah pria itu. Setelah mengenakan pakaiannya dengan lengkap, dia pun mendekati Olip.Hal itu membuat Olip kembali merasakan takut. Dia menarik tubuhnya untuk semakin merapat ke dinding yang ada di belakangnya. Sedikit gerakan saja dia sudah berdesis.Olip merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya karena mendapat penyiksaan dari Ridwan. Yang paling parah adalah bagian intinya karena Ridwan sudah menggangg*hinya secara brutal dan kasar."Jangan," bisik Olip.Ridwan pun hanya terkekeh. Tak ada ra

  • Permintaan Gila Adikku   131. Hukuman Untuk Olip

    Ridwaan measa maah dan kesal ddengan insiden yaang teerjadi paadanya di warung koi tadi. Niat hati bertemu temaan laaaa yang duluyaa sama-sama bekerja mejai guru, ia malaah dipeermaalukaan oleh iu merrtuanya."Sial*n! Kurang ajar seki orang tua itu. Beraani-beraninya dia mempermalukan aku di tempatt umum," ujar Ridwan yaang terus emnggerutu sepanjang perjlanaan tadi."Mana pukulannya sakit semua lagi?" Dia masih di atas motor menuju kontrakannya Sesekali Ridwan meelihat lengannya yang tadi juga terkena pukulan dari Bu Tuti.Tib-tiba pandangannya menajam lurus ke arah depan. Giginya bergemerut satu sama lain menandakan amarah pria itu. "Olip" Dia mengucapkan nama istrinya dengan suara menggeram. Kilat emossi terpancar di soorot matanya. Entaah seberapa marah ppriaa itu saat ini."Awas saja kau Olip. Kau sudah memebuat aku dipermalukan oleh ibumu di tempat umum. Tungu saja pembalasan aku," ujarnya kemudian. Meski sejak dipukuli tadi dda terus mncobaa menghindar dari serangan mertuanya,

  • Permintaan Gila Adikku   131. Hukuman Untuk Olip

    Ridwaan measa maah dan kesal ddengan insiden yaang teerjadi paadanya di warung koi tadi. Niat hati bertemu temaan laaaa yang duluyaa sama-sama bekerja mejai guru, ia malaah dipeermaalukaan oleh iu merrtuanya."Sial*n! Kurang ajar seki orang tua itu. Beraani-beraninya dia mempermalukan aku di tempatt umum," ujar Ridwan yaang terus emnggerutu sepanjang perjlanaan tadi."Mana pukulannya sakit semua lagi?" Dia masih di atas motor menuju kontrakannya Sesekali Ridwan meelihat lengannya yang tadi juga terkena pukulan dari Bu Tuti.Tib-tiba pandangannya menajam lurus ke arah depan. Giginya bergemerut satu sama lain menandakan amarah pria itu. "Olip" Dia mengucapkan nama istrinya dengan suara menggeram. Kilat emossi terpancar di soorot matanya. Entaah seberapa marah ppriaa itu saat ini."Awas saja kau Olip. Kau sudah memebuat aku dipermalukan oleh ibumu di tempat umum. Tungu saja pembalasan aku," ujarnya kemudian. Meski sejak dipukuli tadi dda terus mncobaa menghindar dari serangan mertuanya,

  • Permintaan Gila Adikku   130. Peringatan Untuk Bu Tuti

    Tepat ketika mobil sampai di rumahnya Bu Tuti langsung turun dan berjalan cepat memasuki rumahnya."Ada apa, Bu?" tanya Pak Purnomo yang melihat istrinya baru datang. Namun, ekspresinya membuat dia bertanya-tanya.Bu Tuti hanya menoleh sekilas pada suaminya lalu kembali membuang muka dan melanjutkan langkah untuk memasuki rumah. Dia kembali merasa kesal pada sang suami kala mengingat kalau suaminy itu duku tidk mau membela Olip ketika mendapat perlakuan tidak baik dari Ridwan.Pak Purnomo semakin merasa bingung dengan keadaan istrinya. "Ada apa sih? Ditanya bukannya jawab malah nyelonong aja." Dia menggeleng pelan sembari berkacak pinggang.Pak Purnomo berniat duduk kembali ketika pandangannya menangkap keberadaan Bu Ane yang sedang menurunkan belanjaan dibantu sopir Mika.Dia pun mengurungkan niatnya untuk duduk dan memilih untuk membantu Bu Ane. "Banyak sekali belanjaannya, Bu?" tanya Oak Purnomo uang terkejut melihat isi bagasi mobil itu.Bu Ane mengangguk. "Iya, Pak. Ini saja belu

  • Permintaan Gila Adikku   129. Ngamuk

    "Dasar laki-laki tidak tahu diri. Tidak berguna. Bisanya hanya menyusahkan saja. Laki-laki macam apa kamu. Tidak bertanggung jawab. Pria macam apa kamu? Sukanya main tangan. Kurang ajar!" Bu Tuti terus menyerocos tiada henti untuk meluapkan kekesalannya. Tak lupa tangannya yang terus bergerak memukuli Ridwan."Berani-beraninya kamu, ya. Berani-beraninya kamu menampar putriku. Kurang ajar kamu. Laki-laki kurang ajar kamu," ujar Bu Tuti dengan terus memukuli pundak Ridwan."Apa sih, Bu?" tanya Ridwan yang mencoba menghindari pukulan Bu Tuti. Namun, ibu mertuanya itu terus saja memukulinya."Apa sih, Bu. Apa sih, Bu. Jangan pura-pura kamu. Laki-laki tidak tahu malu. Beraninya main tangan sama perempuan. Kamu laki-laki apa banc*?" Bu Tuti terus memberikan pukulan pada Ridwan.Ridwan yang terkejut akan kedatangan Bu Tuti dan segala tingkah lakunya kini mulai merasa kesal. Dia pun segera menepis tangan ibu mertuanya itu."Apa-apaan sih, Bu? Bikin malu aja," ujar Ridwan. Dia menatap ke seki

  • Permintaan Gila Adikku   128. Bu Lestari Semakin Menyesal

    "Ke mana sih si Ridwan ini? Udah beberapa hari kok nggak datang. Biasanya datang cari makanan?" tanya Bu Lestari yang merasa bingung karena tidak melihat Ridwan datang beberapa hari ini."Kan mau ada yang aku tanyakan," ujarnya sekali lagi. Dia bahkan mondar-mandir di ruang tamu sembari menggigit jarinya.Suara motor terdengar mendekat. Bu Lestari tahu itu suara motor siapa. "Itu suara motor Ridwan," ujarnya semangat.Bu Lestari pun dengan bersemangat langsung keluar dari rumah. Dia tersenyum melihat putranya memarkirkan motornya."Kamu ini ke mana aja sih, Wan? Kok dua hari ini nggak ke sini?" tanya Bu Lestari.Ridwan yang mendengar perkataan ibunya pun mengerutkan keningnya, merasa heran dengan ibunya. "Ada apa memang, Bu?" tanyanya kemudian."Ada yang mau ibu tanyain," ujar Bu Lestari. Dia langsung meraih tangan Ridwan dan menariknya memasuki rumah dan mengajaknya duduk."Ibu mau tanya," ujar Bu Lestari kemudian.Ridwan berdecak. "Nanti aja deh, Bu. Ridwan laper nih. Pengen makan,"

  • Permintaan Gila Adikku   127. Memergoki Ridwan

    Mika mendekati ibunya dengan uang yang ada di tangan. pagi ini, Bu Tuti harus belanja ke pasar untuk membeli semua bahan makanan yang akan disajikan di acara syukuran rumah Mika nanti. Dia sudah membawa kertas berisi tulian daftar apa saja yang harus dia beli untuk ditunjukkan pada Mika. "Ini. Bahan-bahan yang harus dibeli." Bu Tuti memberikan kertas di tangan pada Mika. Mika mendorong tangan Bu Tuti kembali. "Sudah. Mika percaya sama Ibu. Ibu pasti lebih paham soal ini," ujarnya kemudian. Jujur saja, ada sedikit hal yang terasa aneh di hatinya kala mendengar Mika mengatakan hal itu. Mengedipkan mata beberapa kali, dia pun berdehem. "Ya sudah." Dia kembali melipat kertas berisi daftar belanjaan. "Ini uangnya, Bu untuk beli bahan masakannya," ujar Mika dengan memberikan lembaran kertas berwarna merah bergambar dua pria karismatik berpeci dengan senyum yang sangat menawan. Bu Tuti yang melihat itu langsung melotot. Bibirnya menyunggingka senyum lebar. Dia merasa segar melihat banya

  • Permintaan Gila Adikku   126. Keterkejutan Bu Lestari

    Noval dan Mika sampai di rumah keluarga Saseka. Setelah berbelanja hanya barang, keduanya memang menyempatkan diri untuk mampir ke rumah ini, karena Mika ingin membicarakan perihal mobil dan sopir yang kemarin ditawarkan oleh neneknya. "Kalian datang." Nyonya Saseka menyambut bahagia kedatangan cucunya. Mika pun langsung mendekati neneknya yang sedang duduk di sofa lalu memeluk sang nenek. "Selamat siang, Nek," ujar Mika. "Kamu kok nggak ngomong dulu kalau mau ke sini. Kan Nenek bisa minta pelayan masakin makanan buat kalian," ujarnya menatap Mika dan Noval secara bergantian. "Ah. Nggak usah, Nek." Pandangan Mika mengedar. "Om Andra mana?" "Om kamu ya lagi kerja." Nyonya Saseka berujar. "Kalau Tante?" "Lagi ngajar. Sepertinya sebentar lagi pulang." Nenek Saseka mengelus pundak cucunya. "Duduk gih. Kita ngobrol." Nenek Saseka menunjuk sofa sebelahnya. Dia juga meminta pelayan untuk membawakan camilan serta minuman. "Kalian ini habis dari mana? Atau dari rumah mau ke rumah Nene

  • Permintaan Gila Adikku   125. Belanja Properti

    "Jadi hari ini?" tanya Mika. Dia memberikan jus jeruk yang diinginkan Noval di hadapan pria itu. Noval menganngguk. "Terima kasih." Dia menerima jus jeruk buatan istrinya lebih dulu dan meneguknya sedikit. Setelahnya dia kembali mengangguk. "Iya jadi. Makanya aku tidak pergi ke bengkel." Noval menjawab. "Ya sudah. Kalau begitu aku siap-siap dulu." Mika melihat suaminya yang hanya mengangguk. Dia pun lekas pergi ke kamar untuk bersiap-siap. Sedangkan Noval memilih untuk sibuk dengan ponselnya. Namun, tak lama Mika sudah keluar dari kamar. "Yuk," ajak Mika. Noval mengangguk. "Yuk." Memasukkan ponsel pada saku celana, meneguk minumannya hingga tandas, dia langsung bangkit dari duduknya. "Kalian mau ke mana?" tanya Bu Tuti ketika melihat Noval dan Mika keluar bersama. Bukan hal aneh mereka keluar bersama. Anehnya, Noval berpakain normal, bukan pakaian bengkel yang penuh dengan Oli. "Kami mau beli perabotan untuk rumah baru, Bu," ujar Mika. "Oh." Hanya itu jawaban dari Bu Tuti. Dia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status