Home / Rumah Tangga / Permintaan Gila Adikku / 114. Olip Kembali Terusir

Share

114. Olip Kembali Terusir

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2025-01-27 21:09:05

Mika berdiri tegak di depan Pak Purnomo dan Bu Tuti yang terlihat sangat terkejut. Suasana di ruang tamu itu begitu tegang, hanya terdengar desahan napas mereka yang berusaha menenangkan diri. Mika menatap keduanya dengan tatapan yang tajam, seolah-olah sedang menimbang sesuatu yang besar.

“Jika kalian tidak mau masalah ini menjadi lebih buruk, kalian harus berhenti melakukan apa yang kalian lakukan pada saya dan rumah ini,” ujar Mika dengan suara yang datar namun penuh ancaman. "Jika tidak, maka aku benar-benar akan melaporkan kalian ke polisi atas tuduhan perampasan aset rumah mendiang ibu kandungku."

Pak Purnomo terdiam sejenak, wajahnya berubah pucat. Bu Tuti, yang berada di sebelahnya, langsung menggenggam tangan suaminya dengan ketakutan. "Mika ... kamu pasti tidak serius, kan?" kata Bu Tuti, suaranya terdengar gemetar. "Kami sudah merawat kamu sejak kecil. Tega kamu melakukan ini? Kamu pasti tidak akan melaporkan kami, bukan?"

Namun, Mika hanya tersenyum sinis. "Kalian mungkin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Permintaan Gila Adikku   115. Ridwan Tidak Percaya

    Ridwan melangkah keluar dari rumah orang tuanya dengan wajah masam. Suasana tegang masih terasa di dalam rumah, terutama setelah Pak Eko, ayahnya, mengusirnya tanpa basa-basi tepat setelah sarapan. Dengan napas panjang dan langkah tergesa dia menaiki motornya untuk pergi, Ridwan terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kontrakannya.“Heran sama Bapak ini. Seperti nggak sayang sama anak sendiri. Anak ada masalah bukannya didukung malah diusir. Heran,” gumamnya sambil menarik gas dengan kencang dan lirih. Di kepalanya, percakapan panas dengan Pak Eko terus terngiang. Ridwan merasa diperlakukan tidak adil, seperti selalu menjadi kambing hitam dalam setiap masalah keluarga.Padahal dia yang salah memangSaat sampai di kontrakan, Ridwan mencoba membuka pintu, tetapi pintunya terkunci. Dia pun membuka dengan kunci cadangan. Namun, pandangannya langsung mengitari ruangan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Olip, istrinya. Rumah yang biasanya dipenuhi suara Olip kini terasa sunyi senyap. Ri

    Last Updated : 2025-01-28
  • Permintaan Gila Adikku   116. Ternyata Olip Berbohong

    Pagi hari di rumah tangga Olip kembali dipenuhi kegaduhan. Suara bentakan dan amarah terdengar dari dalam kontrakan, menyebar ke seluruh sudut kontrakan. Ridwan berdiri di depan kasur lipat dengan ekspresi marah, tangannya terkepal di sisi tubuhnya."Olip! Aku sudah bangunkan kamu tadi, sudah kasih uang buat belanja! Kenapa kamu masih tidur dan belum buat sarapan?" suaranya menggelegar, memenuhi ruangan.Olip mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang baru saja menyambutnya di pagi hari. Dia menatap Ridwan dengan mata yang masih mengantuk, malas beranjak dari tempat tidur."Aku capek," jawabnya lirih. "Kenapa aku yang harus masak? Kenapa kamu nggak beli saja di luar kalau memang butuh sarapan?"Ridwan semakin tersulut amarahnya."Kamu istri, tugasmu ngurus rumah! Apa susahnya bangun lebih awal dan masak buat suami sendiri?"Olip memalingkan wajahnya, enggan terlibat lebih jauh dalam pertengkaran yang sudah menjadi rutinitas mereka. Namun, sikapnya itu justr

    Last Updated : 2025-01-29
  • Permintaan Gila Adikku   117. Nasihat Dari Pak Purnomo?

    Olip yang baru saja ditampar oleh Ridwan pun langsung kabur kembali ke rumah orang tuanya. Dia datang dengan keadaan menangis dan langsung memeluk Bu Tuti."Ibu," panggilnya dengan menangis sesenggukan.Bu Tuti yang memang baru saja menyediakan kopi untuk suaminya, dan Pak Purnomo yang belum berangkat kerja pun terkejut melihat hal itu. "Ada apa, Lip?" tanya mereka.Olip masih sesenggukan. Dia pun mulai menceritakan apa yang telah terjadi. "Kak Ridwan, Bu, Pak. Kak Ridwan.""Ada apa dengan Ridwan?" tanya Pak Purnomo. Melihat putrinya menangis seperti itu tiba-tiba saja perasaan khawatir menyeruak dalam dirinya.Apakah terjadi sesuatu pada menantunya itu?"Kak Ridwan, Pak. Dia menampar aku," ujar Olip kemudian. Tangisannya semakin menjadi saat mengisahkan bagaimana Ridwan menamparnya. Ia merasa diperlakukan dengan tidak adil, merasa tersakiti bukan hanya fisiknya, tetapi juga harga dirinya.Ekspresi terkejut terlihat di saja Bu Tuti. Perempuan itu menatap suaminya dengan bola mata mel

    Last Updated : 2025-01-30
  • Permintaan Gila Adikku   118. Rencana Syukuran

    Mika menatap rumah di depannya dengan penuh perasaan campur aduk. Sepertinya dia masih belum bisa menormalkan perasaannya akan kejutan dari Noval yang satu ini. Dia ... merasa sangat-sangat bahagia. Namun, dia juga merasa sedikit gugup. Rumah ini bukan sekadar bangunan bagi mereka, akan tetapi bisa juga disebut sebagai sebuah awal baru. Dia menoleh ke arah Noval yang berdiri di sampingnya. "Kapan kita bisa menempati rumah ini?" tanyanya dengan mata berbinar-binar. Dia tampak bersemangat. Noval tersenyum lembut, menatap wajah istrinya yang penuh antusiasme. "Kapan saja kamu mau, kota bisa menempatinya. Semua sudah siap, tinggal kita bawa barang-barang yang masih tertinggal di rumah itu." Dia menunjuk ke rumah orang tua Mika. "Atau tidak perlu membawa barang-barang dan kita beli semuanya saja yang baru," lanjut Noval memberi saran. Mika menggigit bibirnya, berpikir sejenak. Kemudian, sebuah ide melintas di benaknya. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita mengadakan syukuran rumah

    Last Updated : 2025-01-31
  • Permintaan Gila Adikku   119. Negosiasi

    "Kenapa nggak mau, Bu?" tanya Pak Purnomo yang tiba-tiba berdiri di samping Mika. Entah muncul dari mana pria itu karena Mika tadi pun tidak melihat keberadaan bapaknya itu.Pak Purnomo menatap Mika sebentar lalu memasuki kamar. "Bu. Bantulah Mika untuk acaranya nanti." Dia membujuk istrinyaBu Tuti mendengus. "Nggak ah."Mika masih merasa terkejut. "Ibu nggak mau?" tanya Mika dengan mengangkat satu alisnya.Bu Tuti mengangguk. "Iya.""Bu." Pak Purnomo mengingatkan."Kenapa?" tanya Mika penasaran.Bu Tuti menggeleng. "Nggak papa. Nggak pengen aja," ujarnya santai."Kecuali ...." Dia tidak melanjutkan kalimatnya, menggantungkan kalimatnya disertai lirikan ke arah Mika.Mika menatap Bu Tuti dengan tatapan memicing. Dia mulai bisa menebak permainan Bu Tuti dan kini hanya tersenyum santai. Dia tahu bahwa Bu Tuti menginginkan sesuatu darinya, tapi dia tidak akan masuk ke dalam jebakan itu."Kecuali apa, Bu?" tanya Mika kemudian."Kecuali. Kamu memberi izin untuk Olip tinggal di sini," kat

    Last Updated : 2025-02-02
  • Permintaan Gila Adikku   120. Undangan Makan Malam Nenek Saseka

    Malam itu, Mika dan Noval duduk berdampingan di dalam mobil yang melaju tenang di jalanan kota. Lampu-lampu jalan menerangi kaca jendela, memantulkan cahaya yang berpendar di wajah mereka. Hawa di dalam mobil terasa hangat, bercampur dengan wangi lembut parfum Noval yang khas.Mika memperhatikan interior mobil dengan seksama. Ini bukan pertama kalinya mereka bepergian dengan mobil ini, tapi ada sesuatu yang membuatnya mulai berpikir. Selama ini, setiap kali mereka pergi bersama, Noval selalu menggunakan mobil yang sama. Sesuatu dalam benaknya mulai mengusik."Aku penasaran." Mika membuka percakapan, suaranya terdengar menggantung.Noval melirik sekilas ke arah istrinya sebelum kembali fokus pada jalan. "Penasaran apa?"Mika menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi sambil melipat tangannya di dada. "Kenapa setiap kali kita pergi, kita selalu memakai mobil ini? Jangan-jangan ini sebenarnya mobil kamu sendiri, bukan mobil teman kamu yang biasa kamu katakan?"Dia menatap Noval curiga. "Ma

    Last Updated : 2025-02-03
  • Permintaan Gila Adikku   121. Apa Noval Akan Jujur?

    Noval duduk di ruang tamu bersama papanya, yang sedang membaca koran. Suasana sore itu tenang, hanya terdengar suara burung berkicau di luar jendela."Mika sudah bertemu dengan keluarga kandungnya. Mereka menerima keberadaannya dengan sangat baik."Untuk ejenak, papanya Noval terdiam. Kemudian, dia menghela napas lega dan tersenyum. "Syukurlah. Itu berita yang sangat baik, Nak. Aku tahu selama ini dia mencari keluarganya. Jika mereka menerimanya dengan baik, itu berarti dia bisa merasakan cinta yang seharusnya dia dapatkan sejak dulu."Noval mengangguk. "Iya, Pa. Aku juga senang untuknya.Papanya Noval menarik napas dalam. "Itu artinya, kamu juga harus segera mengatakan pada Mika tentang kamu yang sebenarnya." Dia menasihati Noval.Noval tersenyum tipis, walaupun ada sedikit keraguan di matanya. "Aku akan menunggu waktu yang tepat, Pa. Aku ingin melakukannya dengan cara yang tidak menyakitinya. Aku tidak ingin dia merasa dikhianati atau kecewa."Papanya Noval mengangguk dengan penuh p

    Last Updated : 2025-02-04
  • Permintaan Gila Adikku   122. Cerita Dua Sahabat

    "Kamu ngapain sih nutup tokonya buru-buru amat?" tanya Mika ketika melihat Sinta menutup toko mereka, sedangkan Mika sendiri sedang menunggu mie ayam yang mereka pesan dibuatkan.Sinta baru saja selesai mengunci toko dan dia kini berdiri di samping Mika. "Aku sudah nggak sabar tahu, Mik. Aku nggak sabar untuk mendengarkan cerita kamu tentang keluarga kandung kamu itu. Udah sejak beberapa hari lalu aku menunggunya karena kamu nggak masuk. Dan tadi, waktu aku mau tanya sama kamu, toko lagi banyak orang. Jadi, aku putuskan untuk menundanya lagi. Bisa bayangkan nggak betapa stresnya aku menunggu hal ini?" jelas Sinta panjang kali lebar.Mika terkekeh. "Yelah gitu aja. Lagian nih mie ayam kita juga belum selesai," ujar Mika menunjuk ke arah penjual mie ayam keliling yang sedang meracik pesanan mereka.Sinta langsung menatap ke arah penjual mie ayam. Dia menepuk pundaknya. "Cepetan, Bang. Kami sedang dikejar deadline kehidupan," ujarnya kemudian."Kamu ini." Mika menggeleng pelan. Tak lama,

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Permintaan Gila Adikku   162

    Pak Eko dan Bu Lestari pun menoleh ke arah pemilik suara. Terlihat Pak Purnomo baru saja keluar dati dalam rumah."Ada apa ini berisik-berisik?" tanya Pak Purnomo."Ini Pak. Ada besan datang. Katanya mau ketemu Olip," ujar Bu Tuti."Kenapa ngga diminta duduk?" tanya Pak Purnomo."Iya nih Bu Tuti. Kok saya datang nggak diminta duduk. Bagaimana sih?" tanya Bu Lestari dengan senyum simpul. Dia sepertinya senang kalau melihat besannya yang satu ini dimarahi oleh istrinya.Bu Lestari pun segera menarik suaminya untuk duduk. "Sini, Pak.""Bu. Ambilkan minim dan panggilkan Olip sama Ridwan," ujar Pak Purnomo memerintah sang istri."Iya-oya." Bu Tuti pun bangkit dari tempat duudknyadan masuk untuk memanggil anak dan menantunya juga membuatku minum."Apa kabar, besan?" tanya Pak Purnomo."Baik." Pak Eko menjawab."Pak Purnomo ini gimana aih? Olip hamil kok nggak ngasih tahu kami?" tanya Bu Lestari kemudian.Pak Purnomo terkejut. "Loh? Ridwan tidak menceritakan semua ini ke kalian?" tanyanya ke

  • Permintaan Gila Adikku   161

    Bu Lestari dan Pak Eko menuju rumah Pak Purnomo untuk menemui anak dan juga menantunya. Kabar kehamilan Olip yang didapat membuat mereka kesal sekaligus bahagia."Udah, Bu. Nggak usah ngomel-ngomel mulu," ujar Pak Eko ketika mereka berada di atas motor dan Bu Lestari tampak menggerutu tanpa henti sejak tadi."Ibu ini sedang kesal, Pak," ujar Bu Lestari memberi tahu."Iya Bapak tahu. Tapi udah dong keselnya. Jangan nyerocos terus. Nanti kalau bapak ngga bisa fokus nyeri gara-gara suara Ibu bagaimana?" tanya Pak Eko. Dia melirik keberadaan istrinya melalui kaca spion.Bu Lestari langsung menepuk pundak Pak Eko dari belakang. "Bapak ini. Memangnya suara ibu ini sura apaan sampai-sampai bisa membuat Bapak ngga konsen naik motor?" Dia bersungut-sungut."Ibu hnaya kesal aja, Pak. Kenapa Ridwan dan Olip itu tidak bilang sejak awal kalau dia pindah dari kontrakan ke rumahnya besan. Kalau dia bilang sejak awal, kan kita nggak perlu ke kontrakan dia dulu. Buang waktu. Buang bensin. Capek." Bu L

  • Permintaan Gila Adikku   160

    Sinta memberikan minuman pada Mika. Setelah ditinggal Nyonya Saseka dan juga Noval, beberapa waktu dari itu Mika bangun dari tidurnya. Sinta segera membantu ketika melihat sahabatnya itu ingin minum."Noval mana, Sin? Kok kamu yang ada di sini?" tanya Mika kemudian.Sinta mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Mika. "Kamu nggak suka kalau aku ada di sini?" tanyanya kemudian.Nika mengembuskan napas kasar. "Bukan gitu.""Iya-iya aku paham," ujar Sinta kemudian."Kamu ini dalam keadaan seperti ini masih saja mau bercanda." Mika menyeka keringat yang ada di keningnya."Dia lagi pergi. Katanya cari makan," ujar Sinta kemudian."Astaga. Aku memang belum masak lagi." Mika memegang kepalanya dan merutuki diri."Ya udah sih. Toh keadaan kamu masih nggak baik-baik aja gini. Lagi pun Noval juga nggak masalah kalau beli di luar. Kaya ini. Kalau aku, pasti mau beli tiap hari aja. Biar nggak capek-capek masak dan badan bau bawang," ujar Sinta dengan kekehannya.Mika berdecak. "Kamu ini." Dia

  • Permintaan Gila Adikku   159

    "Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Pak Bowo pada Ridwan ketika mereka sudah berada di rumah. Pria itu begitu marah oda menantunya akan kejadian hari ini.Selain membuat kerusuhan, kejadian kali ini juga membahayakan Olip dan kandungannya. "Bapak ini kenapa sih malah marah-marah sama Kak Ridwan? Marah tuh sama Kak Mika tuh yang udah dorong aku sampai aku jatuh," ujar Olip membela suaminya."Iya nih Bapak. Bapak kenapa malah marahin Rid---""Diam!" bentak Pak Purnomo sekali lagi. Pria itu menatap ketiganya dengan raut kemarahan. Terutama pada Ridwan."Sudah berapa kali Bapak katakan saka kalian. Noval bukan tipikal orang yang akan sapa mukul orang kain kalau tidak ada apa-apa." Dia bersungut-sungut. Heran sama anak dan istrinya ini. Kenapa masih saja bodoh."Pasti. Bapak yakin. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan sama kamu Ridwan!" Dia menunjuk ke arah Ridwan.Ridwan yang sudah smrasa ketakutan karena yadi dia mendengar jika neneknya Mika akan membawa kasus ini ke jalu

  • Permintaan Gila Adikku   159

    "Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu. "Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi. Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan. Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan. "Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu. "Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika. "Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan

  • Permintaan Gila Adikku   157

    "Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu."Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi.Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan.Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan."Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu."Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika."Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan tidak

  • Permintaan Gila Adikku   156

    Mendengar cerita suaminya, tentu saja Olip menjadi marah. Perempuan itu meradang dan langsing bergegas pergi untuk menemui kakaknya. "Kurang ajar. Berani-beraninya Kak Mika ini." Dia bersungut-sungut.Ridwan yang terkejut dengan reaksi Olip pun ternyata langsung mengejar langkah sang istri. Dia menahan lengan Olip ketika berhasil mengejar langkah istrinya. "Kamu mau ke mana?" tanya Ridwan."Mau ke rumahnya Kak Mika." Olip pun menunjuk ke arah rumah Mika.Sudah Ridwan duga. "Ngapain?" tanyanya kemudian dengan ekspresi terkejut."Ya mau ngelabrak mereka lah," jawab Olip penuh dengan ambisi."Nggak suami nggak istri sama aja," sambung Olip.Bola matanya melotot, warna kulit wajahnya terlihat memerah pertanda kalau perempuan itu tengah menahan amarah. "Enak aja dia godain kamu. Nggak tahu malu. Udah punya suami juga. Masih aja godain suami orang. Mana suaminya gebukin kamu lagi. Harusnya tuh yang Noval gebukin istrinya yang ganjen itu."Noval ikut melotot. "Nggak usah." Dia menahan tangan

  • Permintaan Gila Adikku   155

    Ternyata, apa yang katakan Pak Purnomo membuat Olip berpikir. Perempuan itu merasa apa yang dikatakan bapaknya benar. Tidak mungkin Noval datang dan memukul Ridwan tanpa alasan. "Pasti ada sesuatu di balik semua ini," ujarnya kemudian."Udah dua hari ini suamiku nggak bisa nyari kerja gara-gara dihajar Noval tanpa jelas. Bikin kesel aja." Dia menggerutu."Sebaiknya aku tanyakan saja pada Kak Ridwan apa yang sebenarnya terjadi. Biar aku tahu alasan kenapa Noval main pukul Kak Ridwan. Biar aku ada penjelasan yang jelas ketika aku melaporkan Noval nanti." Dia menjentikkan jari dan tersenyum.Perempuan itu meletakkan gelas yang sebelumnya berisi susu nutrisi ibu hamil lalu pergi menuju kamarnya di mna Ridwan sedang beristirahat di sana."Loh, Lip? Mana minuman untuk aku?" tanya Ridwan yang melihat istrinya kembali tanpa membawa apapun padahal tadi dia meminta Olip untuk mengambilkan minuman.Olip tidak menjawab. Perempuan itu malah menaiki ranjang lalu duduk di hadapi Ridwan. Dia memberik

  • Permintaan Gila Adikku   154

    "Sekarang katakan. Apa yang sudah kamu lakukan sehingga Noval memukuli kamu?" tanya Pak Purnomo yang sudah mengantuk Ridwan ke ruang tamu rumah mereka.Sedangkan Ridwan yang ditanya seperti itu malah menghindari tatapan bapak mertuanya. Dia berdesis cukup keras sembari memegangi bagian-bagian tubuhnya yang dipukuli Noval seolah memberitahukan betapa sakitnya pukulan itu.Cara yang dilakukan oleh Ridwan berhasil menarik simpati Olip. Perempuan itu pun menatap bapaknya dan menepuk lengan bapaknya pelan. "Bapak ini. Kaka Ridwan lagi kesakitan ini. Kok malah ditanya-tanya sih?" "Ya bapak, kan hanya tanya. Apa susahnya dia tinggal jawab. Orang tinggal buka mulut aja. Nggak harus jalan kaki sepanjang lima kilo mereka." Pak Purnomo berujar."Ya, kan tapi suami aku ini sedang kesakitan. Lihat itu ujung bibirnya lebam. Pasti sakit kalau dibuat bicara," ujar Olip dengan menunjuk ke arah ujung bibir Ridwan yang terlihat merah."Harusnya Bapak itu tanya tuh menantu Bapak yang satunya. Kenapa dia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status