All Chapters of Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Chapter 261 - Chapter 270

401 Chapters

[S2] Duh, si Nana!

"Iya De, aku baru ingat seseorang.""Oh ya? Siapa?""Nana..." Nilam tersenyum sumringah ketika menyadari jika ada satu orang yang bisa membantunya."Bener juga. Kalian kan temenan udah lama."Nayya tersenyum lebar. Dia merasa bangga dengan otaknya yang bisa berpikir cepat. Namun sayangnya, senyuman Nilam tak berlangsung lama karena teringat sesuatu."Kenapa? Kok kamu kayak bingung gitu?""Aku gak bisa nemuin Nana sekarang, De. Kan dia lagi di Surabaya ikut suaminya." Tubuh Nilam langsung longsor ke sandaran kursi. Wajahnya berubah lesu dan bibirnya menekuk ke bawah."Kan kamu bisa telfon dia, Nilam?""Kamu kayak gak tau si Nana aja. Dia itu sejak punya suami dan anak susah banget di telfonnya.""Ya udah, kita temuin aja dia di Surabaya.""Itu lebih mustahil lagi, Dewaaaa...""Kenapa? Gak diijinin Mama kamu?"Nilam menganggukkan kepalanya. "Umph.""Terus gimana?""Aku coba telfon dia dulu deh. Siapa tau dia senggang kan?"“Coba aja dulu, Nilam. Gak ada salahnya kan?” Dewa menepuk bahu
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

[S2] Mau Taruhan?

"Mau taruhan?""Taruhan apa?""Taruhan gimana reaksi Pak Jean pas liat kamu udah masuk. Dan aku tebak, dia pasti happy banget liat kamu.""Gak mungkin.""Ya udah sih, ayo taruhan!" Talita tetap maksa. "Yang kalah wajib traktir makan siang seminggu? Gimana?"Nilam menggembungkan pipinya. "Kalau Mba kalah?""Ganti aku yang traktir kamu. Gimana?"Jean bilang dia hanya menganggap Nilam sebagai sekretarisnya saja kan? Jadi Nilam yakin kalau saat mereka bertemu nantinya, Jean akan bersikap acuh padanya dan biasa saja. Lagipula dia juga sudah memperingatkan pria itu agar bersikap sewajarnya kan? So— sepertinya taruhan dengan Talita tidak ada salahnya.Nilam menatap Talita dengan penuh keyakinan sebelum akhirnya mengangguk. "Oke, aku setuju. Kalau aku kalah, aku traktir kamu makan siang seminggu. Tapi kalau aku menang— kamu gak boleh kabur Mba," balas Nilam sambil menyeringai."Deal!" Talita tersenyum lebar, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Dan kebetulan, beberapa detik kemudian, suara
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

[S2] Klien Penting

Sekitar jam 11 kurang, Nilam menemani Jean menuju hotel tempat pertemuan dengan klien diadakan.Keduanya naik mobil dengan seorang supir di depan sementara keduanya duduk berdampingan di bangku belakang. Situasi di sana cukup canggung. Nilam sibuk mengerjakan sesuatu di tab-nya sementara Jean juga sibuk membalas beberapa chat penting dari kolega.Sekitar 25 menit kemudian mereka tiba di lokasi. Keduanya berjalan menuju lobi hotel tempat makan siang dengan klien Singapura, Nilam melirik sekilas ke arah Jean dan langsung menyadari sesuatu—dasi pria itu agak miring. Ia menggigit bibir, ragu apakah harus mengatakannya atau tidak. Tapi kalau ia diam saja, bisa-bisa klien nanti malah memperhatikan dan itu mungkin sedikit mengurangi kesan profesional Jean. Setelah beberapa detik mempertimbangkan, Nilam akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. “Pak Jean…” panggilnya pelan. Jean yang sedang sibuk mengecek ponselnya menoleh. “Hm?” “Dasi Bapak…” Nilam menunjuk ke arah leher Jean, la
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

[S2] Makan Berdua

Sepanjang perjalanan kembali ke kantor, suasana di dalam mobil cukup hening. Jean terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Nilam menatap ke luar jendela.'Ehm, makan bakso enak kali ya?' gumam Nilam saat mobil mereka melewati beberapa warung bakso pinggir jalan. 'Udah lama gak makan bakso abang-abang gitu. Ngebayangin makan bakso urat, sambelnya pedes, kasih kecap plus cuka dikit pasti mantap,' Nilam menelan ludah.'Hmm, jadi lap—'KryuuuukJean yang sedang fokus dengan hapenya tiba-tiba mendengar suara perut Nilam yang keroncongan. Dia melirik ke samping dan menahan senyum. Sedangkan Nilam sendiri langsung memejamkan mata seraya menunduk dalam. Merasa malu."Kamu lapar?" tanya Jean sambil menoleh ke arah Nilam."Enggak!" bantah gadis itu. "Kan tadi udah makan siang, Pak."Jean mendengkus. "Terus barusan bunyi apa?""Gak tau, Pak. Aku gak denger apa-a—"Kryuuuuk'Shit! Perut sialan!' maki Nilam dalam hati."Gak usah sungkan Nilam! Kalau emang kamu masih lapar, kita bisa mampir dulu
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

[S2] Ke Makan Seseorang

"Btw, kamu belum jawab pertanyaanku, Mba. Kok kamu keliatan happy banget pulang meeting? Apa ada sesuatu?"Nilam menyipitkan kelopak matanya sambil tersenyum. "Iih, kepo...""Yang serius dong, Mba. Kalau semisal emang Pak Jean hdah ke mode semula berarti kamu kalah," Talita menunjuk Nilam dengan jari telunjuknya. "Ayo siap-siap traktir aku makan siang seminggu loh."Nilam mengerutkan keningnya sambil menggembungkan sedikit pipinya. "Kan aku gak bilang happy kenapa. Jadi kamu belum tentu menang dong Mba.""Bodo amat. Pokoknya aku yakin kamu dan Pak Jean udah baikan.""Tapi— mba! Mba Talita..." Nilam menghentakkan kakinya saat melihat perempuan itu pergi menjauh. "Uuh, dasar."Karena sudah tidak ada lagi bestie yang mengajaknya bicara, Nilam pun memutuskan untuk kembali ke ruangannya sendiri.***Suasana kantin siang itu cukup ramai. Beberapa karyawan duduk berkelompok, menikmati makan siang sambil mengobrol santai. Di salah satu sudut, Nilam, Talita, dan Rina duduk di meja biasa mereka
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

[S2] Misi Pertama

"Gimana Mba? Kamu setuju atau enggak?" tanya Talita tidak sabaran. Nilam menghela napas panjang, menimbang-nimbang tawaran gila dari Talita dan Rina. Otaknya berkata ini konyol, tapi hatinya juga ikut penasaran sebenarnya. "Ya deh, aku ikut," ujar Nilam akhirnya. Talita dan Rina langsung bersorak pelan. "Yes!" Keduanya terlihat happy. "Tapi kita harus bikin ini natural. Dan jangan sampek ada yang tau niat kita ini," tambah Nilam sambil melirik mereka dengan waspada. "Tenang aja, Mba. Ini bakal jadi rahasia kita bertiga," ucap Talita percaya diri. "Besok, kamu harus mulai akting sibuk chatting atau telponan sama 'pacar' barumu di kantor. Jangan langsung heboh, cukup kasih kesan kalau kamu lagi deket sama seseorang." Rina mengangguk setuju. "Yup. Kamu harus akting seolah-olah sedang kasmaran." Nilam menyipitkan mata. "Itu cringe banget gak sih?" Talita tertawa. "Ya biar terasa nyata, Mba. Lagian, Pak Jean pasti penasaran kalau kamu tiba-tiba sering senyum-senyum sendiri." Nila
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

[S2] Cie, Cemburu

"Nyariin apa?"Itulah yang Jean tanyakan saat setelah tim devisi Nilam memberikan presentasi mengenai solusi pengembangan marketing perusahaan. Semua anggota tim satu persatu keluar dari ruangan Jean, kecuali Nilam yang masih terlihat kebingungan."Nyariin pulpen Pak.""Jatuh?" tanya Jean sambil ikut ngintip di bawah meja."Enggak tau." Nilam membuka file-file di atas meja. Barang kali pulpennya terselip di sana."Ya udah, beli lagi aja! Kan cuma pulpen.""Enggak bisa gitu Pak.""Kenapa gak bisa?""Itu pulpen hadiah dari mas crush," jawab Nilam yang kini mulai mencari di bawah meja. Tapi benda itu tidak ada di sana. "Itu pulpen penting banget buat saya. Soalnya kalau pake itu pulpen saya jadi kebayang-bayang wajah mas crush."Mendengar penjelasan Nilam, Jean langsung berhenti membantunya untuk mencari benda tersebut. Duda 32 tahun ini malah merebahkan punggungnya di kursi kerjanya dan membiarkan Nilam sibuk sendiri."Oh si Dewa ya? Jadi— kalian pacaran?" tanya Jean dengan nada tak ser
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

[S2] Bikin Salting

Nilam dan Rina berdiri di depan ruang rapat, menunggu Jean datang. Sambil menunggu, mereka bercakap-cakap dengan suara cukup keras agar Jean bisa mendengar begitu ia mendekat. "Nilaaam, gimana kencannya kemarin? Sukses gak?" tanya Rina memulai obrolan. Dia tampak tersenyum penuh arti ke arah kata Nilam. "Kalian jadi ke Bioskop?"Nilam tersenyum lebar sambil memegangi pipinya. "Jadi dong Mba.""Wiii, nonton film apa?""Horor sih Mba. Tapi aku gak ngeh ama plotnya."Rina mengerutkan keningnya. "Hah? Kok bisa? Kamu takut pasti ya pas nontonnya?"Nilam menggeleng. Ia terlihat malu-malu sesaat sebelum melanjutkan ceritanya. "Sebenarnya aku gak takut sih Mba. Tapi pura-pura takut aja biar bisa peluk dia.""Kyaaah..." Rina dan Nilam histeris. Suaranya yang heboh itu terdengar oleh Jean yang mulai berjalan mendekat."Terus gimana?" Rina melirik Jean dan kembali memancing Nilam untuk melanjutkan ceritanya. "Aku peluk lengan dia sampai filmnya mau abis Mba. Dan satu sih yang bikin aku kepiki
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

[S2] Fokus Saja Padaku!

"Coba ulangi, apa yang baru saja saya jelaskan!" Nilam langsung membeku. Rina buru-buru menunduk, menahan tawa. Semua mata di ruangan kini tertuju pada Nilam. Ia melirik catatannya, tapi yang tertulis di sana justru... coretan tanpa makna. "A-anu... emm..." Nilam mencoba tersenyum.Jean menaikkan sebelah alisnya. "Sudah aku duga, kamu pasti gak fokus!" ucap pria dengan setelan jas rapi itu dengan nada santai, tapi penuh sindiran.Seketika wajah Nilam terasa panas. Sementara itu, Jean masih menatapnya dengan ekspresi menang. "Saya... minta maaf, Pak," ucap Nilam akhirnya, menunduk dalam-dalam. Jean mendengus kecil. "Fokus, Nilam." "Siap, Pak," jawab Nilam cepat. Jean kembali menatap layar presentasi. Namun, sebelum melanjutkan rapat, ia berkata pelan, cukup untuk didengar Nilam. "Dan jangan terlalu sibuk memikirkan pria lain saat sedang bekerja. Fokus pada aku saja, oke!"Nilam menoleh cepat, tapi Jean sudah kembali serius dengan pembahasannya. Jantung Nilam kembali
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

[S2] Pak— Geli...

"Boleh cium gak Pak? Buat mastiin?" desis Nilam yang tiba-tiba mengikuti isi pikirannya.Jean tersenyum kecil, tapi matanya memancarkan rasa ketertarikan. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekati Nilam yang masih berusaha menata ekspresinya. "Tentu aja," jawabnya. "Kamu bisa menciumku sesukamu."Nilam menelan ludah. Ia tidak menyangka Jean akan benar-benar menanggapi ucapannya. Rina yang baru saja kembali ke ruangan untuk mengambil catatannya mendapati pemandangan itu dan langsung terbelalak. Ia buru-buru berbalik, tapi tetap mengintip dari celah pintu, terlalu penasaran untuk pergi begitu saja. "OMG! Mereka mau apa?!" jerit Rina dalam hati."Nunggu apa lagi, Nilam? Katanya mau mastiin?"Nilam menghela napas pelan dan berusaha mengendalikan kegugupannya. Perlahan, ia mendekatkan diri ke arah Jean, mencoba mencium aroma parfumnya dengan lebih jelas. Wangi sandalwood yang bercampur citrus segera menyapu indera penciumannya, kali ini lebih kuat karena jarak mereka yang
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
41
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status