Home / Romansa / Menikahi Billionaire Bodoh / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Menikahi Billionaire Bodoh: Chapter 31 - Chapter 40

110 Chapters

31. Cemburu

Kasih mendongak untuk menatap wajah orang yang ia tabrak. Kedua matanya membulat saat mengenali wajah itu."Kak Harun ...." cicit Kasih memanggil nama seorang pria yang ia tabrak."Iya. Kamu Kasih, kan?" tanya pria bernama Harun itu sembari melepaskan rambut Kasih yang terkait di resleting jaketnya."Iya, Kak. Ah. Makasih," ucap gadis cantik itu lagi setelah rambutnya terlepas dari resleting jaket."Jadi kamu kuliah di sini?" tanya Harun."Iya, Kak. Kakak juga kuliah di sini?" Kasih balas bertanya."Iya. Ambil prodi apa?""Aku ... Manajemen, Kak," jawab Kasih.Harun tersenyum. "Kalau begitu kita sama. Barengan aja kita," ajaknya kemudian.Kasih menoleh ke kanan dan ke kiri. Tiba-tiba ia merasa waspada. Apa lagi Harun merupakan seorang pria, meski mereka berdua sudah saling kenal."Ada apa?" tanya Harun."Ah. Nggak ada apa-apa, Kak," jawab Kasih sembari tersenyum. Padahal gadis itu sedikit takut pada Harun. Ia takut jika kakak tingkatnya itu tahu mengenai skandalnya di kampung.Harun k
Read more

32. Bertemu Kembali

"Xavi pokoknya kalau mau ikut jemput nggak boleh aneh-aneh. Tetap di dalam mobil. Oke?" Kasih memperingatkan suami bocahnya sebelum gadis itu turun dari mobil yang mengantarnya kuliah."Kok gitu?" tanya Xavier mulai protes."Nurut aja, ya? Atau kamu nggak boleh ikut jemput lagi?" ancam Kasih.Xavier mengerucutkan bibirnya. "Iya, deh. Iya. Yang penting Sisi nggak boleh deket-deket sama cowok."Kasih menghela napas dan gadis itu mengusap lembut pipi Xavier. "Iya, Xavi. Tenang saja. Bukankah selama ini yang terlalu dekat denganku itu kamu?" sindirnya."Ya kan Xavi suaminya Sisi ...." Pria itu mengedikkan kedua bahunya saat mengatakannya."Hm. Itu kamu mengerti.""Kalau begitu kapan Sisi hamil? Kita udah sering tidur bareng, loh," tanya pria itu dengan polosnya."Ssshh. Jangan bicara begitu. Sudah, ah. Aku harus segera masuk kelas. Dah, Xavi ... Ah!" Kasih yang hendak membuka pintu mobil terpekik saat suaminya menarik tangannya dan membuat gadis itu duduk dalam pangkuan Xavier."Peluk dan
Read more

33. Digendong Pulang

Arina yang tengah mengagumi sosok tampan itu, tak menyadari bahwa Kasih sudah menyusulnya keluar dengan penampilan yang basah kuyup.'Dia noleh ke sini ....' gumam Arina dalam hati. Gadis itu malah girang sendiri."Sisi ...." Pria tampan itu adalah Xavier yang tengah mencari sang istri. Ia pun berjalan mendekati Kasih.Sementara orang yang dicari tengah mencoba menutupi tubuhnya yang terbuka karena kancing kemejanya lepas. Kasih kaget karena suaminya malah turun dari mobil. Meski ia akui penampilan Xavier kali ini begitu rapi dengan setelan kemeja hitam dan celana hitam. Bahkan pria itu memakai sepatu kulit berwarna cokelat tua yang menambah kesan elegan dan mahal.'Bagaimana ini?' gumam gadis itu dalam hati. Ia khawatir jika Arina akan menyakiti suaminya yang bodoh.Xavier semakin mendekat. Arina pun menahan napasnya karena senang dihampiri oleh seorang pria tampan. Namun nampaknya gadis itu harus kecewa karena Xavier melewatinya begitu saja dan menghampiri Kasih dengan tatapan kaget
Read more

34. Perkara Pacaran

"Ahhh." Kasih mendesah pelan saat tangan Xavier dengan lembut mengusap pipinya."Kenapa bisa sampai seperti ini, Sisi?" tanya pria itu dengan tatapan khawatir.Pipi Kasih terlihat memerah karena tamparan dari Arina. Gadis itu terus mengganggunya saat tahu Kasih berada dalam gedung fakultas yang sama."Ini hanya ....""Sisi nggak boleh bohong," desak Xavier sembari menatap tajam ke arah Kasih.Gadis cantik itu menghela napasnya."Xavi akan mendengarkan cerita Sisi. Jangan khawatir," ucap pria itu dengan wajah seriusnya yang terlihat menggemaskan.Kasih tersenyum simpul. Ia tahu meski suaminya bertingkah seperti anak kecil, namun pria itu juga memiliki kepedulian terhadapnya."Sisi cerita aja, biar Xavi yang gantiin baju Sisi," ucap pria itu dengan tatapan lembut.Xavier perlahan mengulurkan tangannya untuk melepaskan pakaian Kasih. Gadis itu menahannya karena merasa malu."Aku bisa sendiri, Xavi," cicit Kasih."Sisi ...." panggil Xavier kemudian, masih dengan suara yang lembut. "Xavi t
Read more

35. Ayam Kampus

"Apa maksudnya?" tanya Kasih dengan tatapan kesal. Pertanyaan itu jelas merendahkan dirinya.Tiga mahasiswa laki-laki itu menyeringai. "Jangan sok polos, deh. Kamu kan suka jual diri. Ayam kampus ternyata."Kasih membulatkan kedua matanya. Ia kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Jelas terlihat bahwa mahasiswa dan mahasiswi yang berada di tempat itu sedang membicarakannya.Perasaan Kasih mulai tak tenang. Ada bayang-bayang masa lalu yang mengerikan mulai muncul. Bahkan kini ia mulai mendengar ucapan-ucapan merendahkannya seolah ia adalah manusia yang paling hina di dunia."Hei!" Salah satu dari mahasiswa yang menghadangnya itu menjawil dagu Kasih. Membuat gadis itu kaget dan mundur dua langkah."Wah. Baru dipegang bentar aja dia kaget. Apa lagi kalau nanti di kamar, ya? Ayo katakan. Berapa tarifmu dalam sejam?" tanya laki-laki itu lagi kembali merendahkan Kasih dengan ucapan dan tatapan matanya."Hentikan!" sentak Kasih menepis tangan laki-laki yang tak ia kenal itu.Kasih mulai mera
Read more

36. Skandal yang Tersebar

Kasih mencoba mengatur napasnya. Ia harus segera pergi dari tempat yang penuh tekanan itu. Sementara Arina masih tertawa senang karena berita tentang skandal Kasih sebelum hari kelulusannya telah tersebar dengan baik. Perlahan Arina melangkah mendekati Kasih. "Kamu nggak pantes kuliah di sini. Sebaiknya pergi dengan sugar daddy mu itu," bisiknya dengan sebuah seringaian.Kedua tangan Kasih mengepal erat. Gadis itu pun menoleh menatap wajah sepupunya. "Jaga ucapanmu, Arina. Aku yakin kamu yang akan hancur karena telah menjebakku," sahutnya.Arina mendorong tubuh Kasih dan membuat gadis cantik itu terhuyung. "Duh. Jangan ajak aku open BO, dong! Aku nggak mau ...!" serunya dengan sengaja sehingga orang-orang yang menyaksikannya merasa bersimpati."Kamu benar-benar keterlaluan, Arina!" geram Kasih dengan kedua alis saling bertaut. Ternyata sepupunya itu kini menunjukkan secara terang-terangan sifat buruknya."Ya ampun, Arina." Teman-teman satu geng Arina mulai mendekatinya. Mereka menata
Read more

37. Foto di Tangan Kakek

"Apakah benar ini foto kamu?"Pertanyaan Wibowo membuat jantung Kasih berdegup kencang. Kengerian menyelimuti pikirannya saat kakek mertuanya itu mulai menyerahkan ponselnya.Di dalam ruang tengah, Wibowo duduk di hadapan Kasih dan Xavier. Dengan ketegangan yang tiba-tiba tercipta."Apa itu, Kek?" tanya Xavier dengan polosnya. Namun Wibowo seolah mengabaikannya dan membiarkan Kasih yang melihat sesuatu di dalam ponselnya lebih dulu.Kasih merasa bingung dan takut secara bersamaan. Ia bertanya-tanya dalam hati mengenakan apa yang sebenarnya terjadi. Lalu pikirannya melayang menuju ke sebuah pertanyaan, apakah kakek mertuanya sudah menemukan foto-foto lama yang seharusnya tidak dilihat siapa pun? Atau mungkin ada sesuatu yang lebih buruk? Ketakutan itu berkecamuk di dalam pikirannya. Kasih ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tapi ia juga tak ingin mengecewakan Xavier yang selama ini selalu mempercayai dirinya.Kasih terkesiap saat kakek mertuanya tiba-tiba menyerahkan ponsel
Read more

38. Akhirnya Mengaku

Xavier ambruk begitu saja di ruang tengah. Tubuhnya yang tinggi beruntungnya dapat ditahan oleh Kasih agar tak jatuh tersungkur. Dengan sekuat tenaga Kasih menarik tubuh tinggi dan besar itu agar dapat berbaring di atas sofa."Xavi ... Kenapa kamu tiba-tiba pingsan?" gumam Kasih merasa bersalah. Gadis itu duduk di sebelah tubuh suaminya yang berbaring memejamkan kedua matanya rapat-rapat.Keringat dingin ia lihat jatuh mengucur membasahi tubuh tinggi besar itu. Menunjukkan bahwa Xavier benar-benar merasakan kesakitan yang tak tertahan."Xavi ...." panggil Kasih dengan lembut sembari menyeka keringat suaminya."Biar Kakek panggilkan dokter," ucap Wibowo segera menghubungi seorang dokter.Kini Kasih duduk di samping suaminya. Tepatnya duduk di bawah, beralaskan karpet tebal sembari terus mengusap peluh yang keluar dari tubuh suaminya.Xavier memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Seolah pria itu merasakan sakit kepala yang tak tertahankan. Deru napasnya pun kembali mulai beraturan. Sejen
Read more

39. Pengakuan Kasih untuk Xavier

Setelah sedikit lebih tenang, Kasih melepaskan pelukannya. "Makasih, Kek ....""Sama-sama. Lalu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya, Kasih?" tanya Wibowo.Gadis itu diam sejenak memikirkan jawabannya. "Saya akan berhenti kuliah supaya tidak mempermalukan Kakek dan Xavi ...." cicit Kasih dengan suara sedikit terisak.Wibowo duduk di samping cucu menantunya. "Kamu nggak perlu melakukannya. Tetaplah kuliah seperti biasa," ucap pria tua itu dengan suara tenang.Kasih menatap heran pada sang kakek mertua. "Tapi, Kek. Meski foto-foto itu hasil jebakan dari Arina, tapi di dalam foto itu benar-benar saya, Kek ....""Kalau begitu biarkan sepupumu yang bernama Arina itu yang berhenti kuliah. Kakek akan meminta orang untuk menyelidikinya dan menghentikan masalah ini," tegas Wibowo."Ta-tapi, Kek ...."Pria tua itu tersenyum lembut kemudian mengusap bahu Kasih. "Tenang saja. Semuanya akan segera berakhir. Orang jahat harus dihentikan. Bahkan kita masih punya tugas untuk mencari tahu siapa yang
Read more

40. Ciuman Tak Langsung

Xavier sudah sadar. Pria itu mengerjapkan kedua matanya dengan gerakan pelan. Rasa sakit di kepalanya masih terasa berdenyut-denyut namun tak separah tadi setelah Xavier melihat foto-foto lama Kasih.Perlahan pria itu menoleh dan mendapati seorang gadis cantik yang tertidur di sampingnya. Wajah Kasih yang mulus benar-benar terlihat lesu. Gadis itu kelelahan setelah mengalami masalah yang cukup berat.Tangan kekar Xavier bergerak dan meraih pipi halus Kasih. Dengan lembut pria itu mengusap pipi Kasih. Merasakan kehangatan dari tubuh gadis cantik itu. Dengan suasana yang sunyi dan tenang, Xavier merasakan kedamaian. Sebuah senyuman pun muncul di wajahnya.'Cantik ....' gumam pria tampan itu dalam hati. Dadanya langsung bergemuruh. Ada rasa lega, sedih, dan juga marah yang menjadi satu."Ahhhh." Xavier mendesah pelan sembari kembali memegangi kepalanya. Pria itu memeluk selimut dan kemudian mengamati tangannya."Hmmmm?" Gadis yang tertidur di sampingnya bergumam pelan. Lalu perlahan mata
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status