Share

38. Akhirnya Mengaku

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-16 12:56:00

Xavier ambruk begitu saja di ruang tengah. Tubuhnya yang tinggi beruntungnya dapat ditahan oleh Kasih agar tak jatuh tersungkur. Dengan sekuat tenaga Kasih menarik tubuh tinggi dan besar itu agar dapat berbaring di atas sofa.

"Xavi ... Kenapa kamu tiba-tiba pingsan?" gumam Kasih merasa bersalah. Gadis itu duduk di sebelah tubuh suaminya yang berbaring memejamkan kedua matanya rapat-rapat.

Keringat dingin ia lihat jatuh mengucur membasahi tubuh tinggi besar itu. Menunjukkan bahwa Xavier benar-benar merasakan kesakitan yang tak tertahan.

"Xavi ...." panggil Kasih dengan lembut sembari menyeka keringat suaminya.

"Biar Kakek panggilkan dokter," ucap Wibowo segera menghubungi seorang dokter.

Kini Kasih duduk di samping suaminya. Tepatnya duduk di bawah, beralaskan karpet tebal sembari terus mengusap peluh yang keluar dari tubuh suaminya.

Xavier memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Seolah pria itu merasakan sakit kepala yang tak tertahankan. Deru napasnya pun kembali mulai beraturan. Sejen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Billionaire Bodoh   39. Pengakuan Kasih untuk Xavier

    Setelah sedikit lebih tenang, Kasih melepaskan pelukannya. "Makasih, Kek ....""Sama-sama. Lalu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya, Kasih?" tanya Wibowo.Gadis itu diam sejenak memikirkan jawabannya. "Saya akan berhenti kuliah supaya tidak mempermalukan Kakek dan Xavi ...." cicit Kasih dengan suara sedikit terisak.Wibowo duduk di samping cucu menantunya. "Kamu nggak perlu melakukannya. Tetaplah kuliah seperti biasa," ucap pria tua itu dengan suara tenang.Kasih menatap heran pada sang kakek mertua. "Tapi, Kek. Meski foto-foto itu hasil jebakan dari Arina, tapi di dalam foto itu benar-benar saya, Kek ....""Kalau begitu biarkan sepupumu yang bernama Arina itu yang berhenti kuliah. Kakek akan meminta orang untuk menyelidikinya dan menghentikan masalah ini," tegas Wibowo."Ta-tapi, Kek ...."Pria tua itu tersenyum lembut kemudian mengusap bahu Kasih. "Tenang saja. Semuanya akan segera berakhir. Orang jahat harus dihentikan. Bahkan kita masih punya tugas untuk mencari tahu siapa yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Menikahi Billionaire Bodoh   40. Ciuman Tak Langsung

    Xavier sudah sadar. Pria itu mengerjapkan kedua matanya dengan gerakan pelan. Rasa sakit di kepalanya masih terasa berdenyut-denyut namun tak separah tadi setelah Xavier melihat foto-foto lama Kasih.Perlahan pria itu menoleh dan mendapati seorang gadis cantik yang tertidur di sampingnya. Wajah Kasih yang mulus benar-benar terlihat lesu. Gadis itu kelelahan setelah mengalami masalah yang cukup berat.Tangan kekar Xavier bergerak dan meraih pipi halus Kasih. Dengan lembut pria itu mengusap pipi Kasih. Merasakan kehangatan dari tubuh gadis cantik itu. Dengan suasana yang sunyi dan tenang, Xavier merasakan kedamaian. Sebuah senyuman pun muncul di wajahnya.'Cantik ....' gumam pria tampan itu dalam hati. Dadanya langsung bergemuruh. Ada rasa lega, sedih, dan juga marah yang menjadi satu."Ahhhh." Xavier mendesah pelan sembari kembali memegangi kepalanya. Pria itu memeluk selimut dan kemudian mengamati tangannya."Hmmmm?" Gadis yang tertidur di sampingnya bergumam pelan. Lalu perlahan mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Menikahi Billionaire Bodoh   41. Xavi Sudah Tak Polos Lagi

    "Pelan-pelan, Sisi!" seru Xavier sembari mengambil gelasnya kembali dan meletakkannya di atas meja.Kasih masih terbatuk-batuk dengan hebat. Seolah air tehnya sudah masuk memenuhi paru-parunya. Xavier pun tak tinggal diam, pria itu mengusap punggung Kasih dengan lembut karena ingin menghentikan Kasih yang tersedak."Astaga ...." Kasih memegangi dadanya setelah ia tenang. Lalu Xavier menatap sang istri yang matanya sudah berair."Sisi nggak papa?" tanya pria itu dengan polosnya.Kasih menatap gemas ke arah suaminya. Memangnya gara-gara siapa dia jadi tersedak hebat seperti itu?"Aku nggak papa.""Beneran?""Iya.""Tapi kenapa Sisi tersedak? Apakah minuman itu beracun?" tanya pria itu dengan kedua alis saling bertaut."Nggak, Xavi. Minuman ini nggak beracun.""Terus kenapa Sisi tersedak?" Pria itu masih saja mengejar Kasih agar memberikannya jawaban.Kasih pun menautkan kedua alisnya. Lalu gadis itu mencubit pelan kedua pipi Xavier. "Memangnya gara-gara siapa? Ini gara-gara kamu, Xavi."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Menikahi Billionaire Bodoh   42. Minta Cium

    Xavier malah terkekeh pelan melihat kepanikan istri kecilnya. Sementara Kasih mulai mengomeli suaminya yang selalu bertingkah seenaknya.Kini setelah beberapa drama, Xavier akhirnya memakai pakaiannya dengan lengkap. Pria itu pun duduk di salah satu sisi tempat tidur sembari menghadap Kasih yang tengah berkacak pinggang di depannya."Sisi jangan marah ...." cicit pria itu."Habisnya ... Kamu bilang kamu udah gede, harusnya kamu paham kalau kamu nggak boleh telanjang seperti itu," omel Kasih lagi."Tapi kan ini kamarku, Sisi. Biasanya juga nggak masalah, kan?" Xavier masih saja pintar menjawab."Astaga ...." Kasih menggeleng pelan. Meski tingkah Xavier yang seperti itu sering dilakukan, namun Kasih tak ingin terus-menerus menyaksikan tubuh kekar Xavier yang telanjang."Ya udah, maaf, deh. Tapi kan Xavi suami Sisi." Pria itu mengerucutkan bibirnya."Tapi malu, Xavi ...." Kasih kembali gemas."Jangan malu, Sisi ....""Ihhh. Nggak ngerti juga.""Enggak. Hehehe." Pria itu malah terkekeh la

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Menikahi Billionaire Bodoh   43. Si Bocah Cemburu

    Hari itu Kasih kembali masuk kuliah. Entah ia harus merasa senang atau malu dan tak enak hati setelah tahu bahwa keluar suaminya memang bukanlah dari keluarga sembarangan."Sisi mau kuliah? Ikut, ya?" Pagi-pagi Xavier sudah mulai merengek minta ikut.Kasih menoleh menatap suaminya. "Nggak boleh, Xavi. Kamu di rumah saja, ya? Kaya biasanya. Lagian aku pulangnya nggak lama, kok," bujuk gadis itu.Xavier mengerucutkan bibirnya. Membuat sang istri menghela napas panjang. Perlahan Kasih mendekati suaminya."Nanti setelah aku pulang, kita main, deh," bujuk gadis itu lagi.Xavier terdiam sejenak seolah sedang memikirkan sesuatu. Lalu pria itu pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Oke. Xavi nurut, deh. Tapi nanti mainnya beda, ya?" ujar peiabiru dengan senyuman lebar penuh arti."Asal jangan kuda-kudaan aja," sahut Kasih."Hahaha. Ya enggak, lah. Pokoknya rahasia," ucap Xavier sembari tertawa.*Saat Kasih kembali berkuliah, reaksi teman-temannya langsung berubah. Mereka bahkan tiba-ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Menikahi Billionaire Bodoh   44. Ingin Sisi (18+)

    Terkejut, Kasih membulatkan kedua matanya. "A-apa?""Xavi ingin Sisi," jawab Xavier dengan suara beratnya yang terdengar menggelitik telinga gadis dalam kungkungannya."Kita pacaran, kan?" tanya pria itu kemudian.Kasih hanya diam. Entah mengapa suami bocahnya itu saat ini terlihat berbeda. Tatapan Xavier yang biasanya polos, terlihat begitu dewasa dan memang seolah ingin memangsanya. Kasih pun mulai merasa gugup. Jantungnya berdegup kencang mendapatkan tatapan seintens itu dari suaminya."Xavi hanya ingin Sisi jadi milik Xavi," bisik pria itu mulai mendekatkan wajahnya. Xavier berbisik tepat di telinga kanan sang istri.Kasih yang masih bingung sekaligus tak percaya dengan tindakan suami bocahnya pun mencoba menahan dada bidang yang menghimpitnya dengan kedua tangannya. Xavier benar-benar berat dengan ukuran tubuhnya yang jauh lebih besar dari Kasih.CupTiba-tiba saja Xavier mencium pipi Kasih dengan lembut. Kasih yang kaget menoleh menatapnya dengan tatapan bingung. Sementara Xavie

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Menikahi Billionaire Bodoh   45. Maafkan Aku

    Tangan Kasih bergetar saat menyadari apa yang telah ia lakukan. Baru saja dia menampar wajah suaminya dengan cukup kuat. Menimbulkan rasa perih baik di telapak tangannya maupun di pipi Xavier.Namun Kasih tentu saja tak melakukannya semata-mata tanpa alasan. Baru saja sekelebat ingatan mengenai malam panasnya yang bergairah dan telah menghancurkannya muncul. Membuat Kasih tak menikmati ciuman dengan suami bocahnya."Ahhh ...." Gadis itu mulai merasa bersalah.Xavier masih saja diam. Pria itu kemudian menatap Kasih sembari memundurkan tubuhnya. Ekspresi kaget pria itu masih terlihat jelas. Lalu Xavier menatap Kasih dengan tatapan kecewa."Ahh. Xavi ... Aku nggak ...." Gadis itu kehilangan kata-katanya. Ia tentu saja takut ketika harus mengungkapkan ketakutan terbesarnya. Namun Xavier yang merupakan suami sahnya kini menatap sedih padanya."Kenapa Sisi menampar Xavi? Apakah Sisi nggak suka Xavi?" tanya pria itu dengan tatapan polos.Kasih menelan ludahnya. Xavier pun berguling ke sampin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Menikahi Billionaire Bodoh   46. Permintaan Xavier

    Malam itu Kasih duduk di atas tempat tidurnya. Sementara Xavier baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu berjalan pelan mendekati sang istri.Dengan warna piyama yang serasi dengan Kasih, pria itu duduk di salah satu sisi tempat tidur."Ada apa, Xavi?" tanya Kasih saat suaminya menoleh menatapnya.Xavier diam sejenak kemudian menaikkan kedua kakinya ke atas kasur. Dia meraih bantal guling dan meletakkannya di tengah-tengah. Lalu dengan gerakan cepat tanpa menjawab pertanyaan Kasih, Xavier memindahkan tubuh ramping itu pada salah satu sisi ranjang."Sisi bobok di sini, Xavi di sini. Jangan lewati bantal guling ini," tegasnya.Kasih menautkan kedua alisnya. "Kamu ... yakin?"Xavier menjawab dengan anggukan. "Tapi ... Bukannya kamu selalu minta peluk kalau tidur?" tanya Kasih khawatir.Xavier diam sejenak. "Iya, sih ... Tapi Sisi kan takut sama laki-laki. Xavi nggak mau menakuti Sisi," gumamnya dengan bibir mengerucut.Ternyata pria bocah itu khawatir pada istrinya. Kasih pun terseny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20

Bab terbaru

  • Menikahi Billionaire Bodoh   145. Kebahagiaan yang Sempurna [TAMAT]

    Waktu berlalu begitu cepat, Aidan kini telah berusia lima tahun. Dan kehangatan keluarga kecil Xavier dan Kasih semakin terasa. Setelah Aidan genap berusia satu tahun, Kasih memutuskan untuk melanjutkan kuliah yang sempat tertunda. Usahanya yang gigih selama empat tahun terakhir kini membuahkan hasil. Hari ini adalah hari wisudanya, momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga kecil itu. Xavier dan Aidan datang ke acara wisuda Kasih dengan setelan rapi. Xavier mengenakan jas hitam elegan yang mempertegas wibawanya, sementara Aidan mengenakan kemeja putih kecil dengan rompi abu-abu yang membuatnya tampak seperti miniatur ayahnya. Rambutnya yang hitam ditata rapi oleh Xavier pagi tadi, meski bocah itu sempat memberontak karena tak mau diam. Namun, ada satu hal yang membuat Xavier sedikit geleng-geleng kepala—Aidan menolak digendong olehnya. "Ayah, aku bukan bayi lagi!" protes Aidan dengan nada malu-malu, sambil memalingkan wajahnya yang tampan dan menggemaskan. Xavier tersen

  • Menikahi Billionaire Bodoh   144. Kebahagiaan

    Malam berlalu dengan tenang, dan keesokan harinya, keluarga kecil itu menikmati waktu bersama di rumah. Xavier sengaja mengambil cuti untuk menghabiskan waktu bersama dengan Kasih dan Aidan. Dan tentu saja Johan yang akan menghandel semuanya.Saat pagi menjelang, Xavier membantu Kasih memandikan Aidan yang tertawa gembira saat air hangat menyentuh kulitnya. Atas permintaan Kasih lah mereka merawat Aidan sendiri, tanpa adanya baby sitter. Karena menurut Kasih, dia ingin merawat Aidan dengan benar dan penuh kasih sayang agar ikatan batin di antara orang tua dan anak semakin kuat."Aidan selalu ceria, ya," kata Xavier sambil mengeringkan badan putranya dengan handuk lembut. Kali ini pria itu yang memutuskan untuk memandikan Aidan.Kasih tersenyum, memperhatikan suaminya yang begitu telaten dan penuh kelembutan. "Ya. Aidan memang selalu ceria," jawabnya lembut.Xavier menoleh, menatap istrinya dengan senyum kecil. "Kalau begitu, dia pasti punya sifat seperti itu dari Bundanya yang cantik

  • Menikahi Billionaire Bodoh   143. Tujuan Baru Xavier

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Aidan tumbuh menjadi bayi yang sehat dan ceria. Kasih sering menghabiskan waktu di rumah untuk merawat anaknya dan Xavier. Sementara Xavier, meski sibuk dengan urusan perusahaan, selalu menyempatkan waktu untuk pulang lebih awal. Hal ini tak lain karena ia ingin melakukan perannya sebagai seorang ayah dan juga suami dengan baik.Suatu sore, Xavier pulang lebih awal dari biasanya. Pria itu menemukan Kasih dan Aidan di ruang tengah. Kasih sedang duduk di lantai dengan Aidan yang tertawa riang saat ia memainkan mainan berbentuk bola. Xavier berdiri di ambang pintu, tersenyum lebar melihat pemandangan itu."Serunya! Sepertinya kalian bersenang-senang tanpa ayah, ya?" katanya sambil berjalan mendekat. Senyumannya lebar telihat bahagia karena keluarganya aman dan baik-baik saja."Ayah sudah pulang!" Kasih menyambut kepulangan suaminya dengan senyum lebar. Aidan, meski belum sepenuhnya mengerti, segera mengulurkan tangan kecilnya ke arah sang ayah.Xavier

  • Menikahi Billionaire Bodoh   142. Haris Terbukti Bersalah

    Malam itu, Xavier kembali ke rumahnya dan duduk di ruang kerja ayahnya yang kini menjadi miliknya. Di atas meja, ada sebuah foto lama keluarganya— ayahnya; William, serta ibunya; Melinda, dan Haris berdiri berdampingan dengan senyum lebar.Xavier menatap foto itu dengan campuran emosi. Di satu sisi, ia merasa lega karena telah mengungkap kebenaran. Di sisi lain, ia merasa kehilangan yang sangat besar. Tak dia sangka pamannya lah yang menjadi orang paling mencurigakan yang telah mencelakai kedua orang tuanya.Saat dirinya sedang bersedih, Kasih datang mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Xavier. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Xavier menghela napas. "Ayahku selalu percaya bahwa keluarga adalah segalanya. Tapi sekarang aku tahu, bahkan keluarga pun bisa menjadi ancaman yang nyata."Kasih menggenggam tangan suaminya, memberikan kekuatan. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, Xavi. Kamu melindungi harga diri keluargamu. Ayahmu pasti bangga padamu."Xavier tersenyum tipis. "Aku harap b

  • Menikahi Billionaire Bodoh   141. Orang di Balik Zero [Bagian 3]

    Xavier duduk di ruang kerjanya, dikelilingi oleh dokumen-dokumen, rekaman suara, dan foto-foto yang membuktikan keterlibatan pamannya, Haris, dalam berbagai insiden tragis yang menimpa keluarganya. Wajahnya tegang, matanya menatap tajam pada berkas yang baru saja diserahkan Johan, kepala tim investigasinya.Setelah sekian lama, akhirnya meski dengan paksaan dan mencari sampai ke titik yang sulit dijangkau, Xavier menemukan pelaku utama yang selama ini dia cari setelah mendapatkan petunjuk dari catatan lama milik ayahnya."Tuan Xavier, semua bukti ini sudah cukup untuk mengamankan Pak Haris. Dari kecelakaan kedua orang tua Anda hingga penculikan Tuan Muda Junior, semuanya mengarah padanya. Jeremy, yang sudah kita jebloskan ke penjara, akhirnya mengakui bahwa dia hanya menjalankan perintah dari ayahnya, alias ‘Zero,’" lapor Johan dengan tegas.Xavier mengangguk pelan, mencoba mengendalikan emosinya. "Kali ini aku tidak akan membiarkan dia lolos. Om Haris telah menghancurkan keluargaku.

  • Menikahi Billionaire Bodoh   140. Orang di Balik Zero [Bagian 2]

    "Xavi, sebaiknya kamu istirahat dulu," ucap Kasih dengan lembut."Maaf, Sayang. Tapi aku harus segera menyelesaikan masalah ini. Aku ingin kita bertiga aman," balas Xavier sembari memeluk sang istri. Lalu pria itu mencium lembut bibir Kasih."Kalau begitu tetaplah hati-hati, Xavi. Kamu juga jangan sampai kelelahan ...." ucap Kasih lagi. Wanita itu memang benar-benar perhatian pada suaminya.Xavier mengangguk. "Pastinya. Kamu juga istirahatlah. Maaf karena aku tidak bisa ikut menjaga Aidan malam ini," ucapnya."Aku mengerti, Xavi. Yang penting kamu jaga kesehatanmu dan semoga masalah ini segera berakhir," ucap Kasih penuh harap.Malam itu, Xavier memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan tanpa menunggu waktu lebih lama. Ia tahu bahwa kebenaran sudah ada di depan mata, tetapi harus digali lebih dalam untuk memastikan semua bukti tidak terbantahkan. Ia memanggil Johan dan Bagas ke ruang kerjanya di tengah malam."Johan, Bagas, kita harus memanfaatkan momen ini. Om Haris pasti tahu bahwa

  • Menikahi Billionaire Bodoh   139. Orang di Balik Zero

    Hari itu, Xavier memutuskan untuk fokus pada penyelidikan mendalam terkait pamannya, Haris, seperti yang diusulkan Johan dan Bagas. Meski hatinya berat, Xavier tahu bahwa untuk melindungi keluarganya, ia harus bersikap netral dan tegas, bahkan jika itu berarti mencurigai kerabatnya sendiri.Di ruang kerjanya, Xavier mengumpulkan Johan, Bagas, dan beberapa tim penyelidik terbaik yang ia percayai. "Kita perlu mengumpulkan semua informasi terkait Om Haris. Mulai dari rekam jejak bisnisnya, interaksi dengan keluargaku, hingga pergerakan terakhirnya dalam beberapa bulan ini," perintah Xavier dengan nada tegas.Johan mengangguk. "Kami akan menyisir setiap dokumen, email, hingga rekaman CCTV yang berkaitan dengannya, Tuan. Jika ada koneksi antara Pak Haris dan 'Zero,' kami pasti menemukannya dan memberikan bukti itu pada Anda.""Ya. Aku percaya pada kalian," sahut Xavier sembari mengangguk.Salah satu penyelidik segera mengakses arsip bisnis Haris dan menemukan bahwa Haris pernah terlibat da

  • Menikahi Billionaire Bodoh   138. Mencari Zero

    Xavier memulai harinya lebih awal dari biasanya. Pagi itu, setelah sarapan bersama Kasih, ia langsung masuk ke ruang kerja untuk mendiskusikan rencana bersama Johan. Nama 'Zero' terus menghantui pikirannya sejak pengakuan terakhir dari pelaku penculikan. Apalagi dengan dugaan keterlibatan nama itu dalam kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya beberapa tahun silam. Xavier tidak bisa membiarkan hal ini berlalu begitu saja."Johan," panggil Xavier tegas, "Kita tidak bisa membuang waktu. Aku yakin 'Zero' bukan nama sembarangan. Ini bukan hanya soal Aidan, tapi juga keluargaku.""Benar, Tuan," jawab Johan, mencatat setiap arahan yang diberikan. "Apa langkah pertama kita?"Xavier berdiri dan memandang ke luar jendela. Ia kemudian menghela napas panjang sebelum berbalik. "Aku ingin kamu menyisir setiap data yang kita miliki—mulai dari bisnis ayahku hingga jaringan sekarang. Cari tahu siapa saja yang pernah berurusan denganku atau keluargaku dan memiliki hubungan dengan nama ini,

  • Menikahi Billionaire Bodoh   137. Pencarian Pelaku Utama

    "Zero ...." gumam pria itu.Xavier dan Johan saling berpandangan. Nama itu seperti tidak asing dalam pikiran Xavier. Pria itu terdiam sejenak, seolah menggali informasi mengenai nama tersebut. Namun meski terdengar seperti familiar, Xavier benar-benar lupa."Apakah Anda mengenal nama samaran itu, Tuan?" tanya Johan yang menyadarkan bosnya.Xavier menggeleng pelan. "Aku tidak tahu," jawabnya."Kalau begitu saya akan menyelidikinya," ucap Johan sembari memberikan instruksi pada anak buahnya."Katakan saja siapa dan bagaimana orangnya!" Xavier mencoba menekan sanderanya lagi."Tuan ... Sepertinya tidak akan mudah. Dia sendiri belum pernah bertemu dengan orang yang menyuruhnya," ucap Johan mencoba menenangkan sang bos yang emosi.Setelah mendengar pengakuan itu, Xavier keluar dari ruangan dengan ekspresi dingin, meninggalkan Johan untuk menangani pria tersebut. Dia berjalan menuju kamarnya untuk menemui sang istri dan putranya yang berhasil selamat.Di sisi lain, Kasih yang masih berada d

DMCA.com Protection Status