Semua Bab Suami Rahasia Sang Bintang : Bab 31 - Bab 40

41 Bab

31.Menaklukkan Pria Dingin

***Jonathan menghela napas panjang karena malam ini Bryan menghubunginya dan permintaan dari tuan mudanya itu sangat aneh, yaitu: menginginkan dirinya sebagai karyawan dan ia adalah boss-nya. Ia merasa kurang ajar kalau nanti Nyonya Selene tahu kalau putra laki-lakinya jadi karyawan restoran.“Jo, kenapa kamu terlihat bingung?” tanya Steven, kakaknya.“Tadi Bryan menghubungiku,” balas Jonathan.“Ada apa? Apakah Tante Selene mau booking restoran lagi? Bukankah kamu sangat senang kalau Tante Selene datang.”“Bukan itu. Ini masalah tentang Maximilian,” balas Jonathan.“Ada apa dengannya? Apakah kamu membuatnya marah?” tanya Steven.“Tidak. Dia memintaku untuk memainkan drama besok pagi, dia akan berpura-pura menjadi karyawan di restoran dan kamu tahu itu karena apa?”Steven menggelengkan kepalanya.“Itu karena seorang wanita. Aku terkejut karena akhirnya dia bisa tertarik pada seorang wanita,” balas Jonathan terkekeh.Steven terdiam, ia juga terkejut karena Maximilian rela berpura-pura
Baca selengkapnya

32. Ciuman Singkat

***Maximilian menghentikan langkahnya tepat di depan pintu apartemen Anastasia. Suara pintu tertutup lembut di belakang mereka, namun keheningan malam yang tenang seolah menambah intensitas perpisahan ini.“Malam ini aku akan tidur di restoran,” ujar Maximilian, suaranya rendah namun tegas. “Mungkin dua hari aku tidak akan pulang.”Anastasia yang sedang membuka pintu apartemennya, menoleh cepat. Kekhawatiran langsung muncul di matanya. “Apa ada masalah, Max?” tanyanya, tatapan cemas jelas terpancar dari wajahnya.Maximilian hanya menggeleng pelan. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Restoran akan ramai besok, jadi kami semua harus bekerja keras. Ada tamu yang sangat penting.”Anastasia mengangguk, meskipun masih tampak sedikit khawatir. Ia tahu Maximilian adalah pria yang sangat bertanggung jawab, namun dua hari tanpa pulang terdengar melelahkan baginya. “Baiklah,” jawabnya perlahan, “jangan lupa makan, ya.”Maximilian tersenyum tipis. “Tentu saja. Kalau ada apa-apa, kamu tahu harus
Baca selengkapnya

33. Menjadi Bayang-bayangmu

***Anastasia berdiri di depan pintu masuk Athena Records, sebuah bangunan besar dan klasik yang terletak di tengah hiruk-pikuk kota. Jantungnya berdebar kencang. Ini adalah momen besar baginya. Hari ini, ia akan bertemu dengan Christian Idzes, produser musik terkenal yang dikenal sangat selektif dalam memilih artis yang bekerja dengannya.Di sampingnya, Lyra memberi senyuman penuh semangat dan meremas bahu Anastasia dengan lembut. "Kamu akan baik-baik saja, Anastasia. Kamu punya bakat luar biasa, dan aku yakin Christian akan melihat itu."Anastasia tersenyum kecil, meski rasa gugupnya belum sepenuhnya hilang. "Terima kasih, Lyra. Aku harap apa yang aku bawakan bisa cukup untuk membuatnya terkesan."Mereka berjalan masuk ke gedung yang elegan, melewati lobi yang dipenuhi poster-poster album yang pernah diproduksi oleh Athena Records. Nama besar seperti Christian Idzes terasa begitu besar di sini, mendominasi hampir setiap sudut ruangan. Anastasia merasa tekanan semakin kuat di pundakn
Baca selengkapnya

34. Apakah Kamu Takut?

***Malam itu terasa begitu sunyi ketika Anastasia melangkah menuju apartemennya di lantai 15 gedung tinggi yang menghadap pusat kota. Kepalanya masih dipenuhi berbagai rencana masa depan setelah pertemuannya dengan Christian Idzes, seorang produser besar yang memberinya harapan baru dalam karir musiknya. Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika dia mendekati pintu apartemennya dan melihat sesuatu yang aneh.Pintu apartemennya terbuka.Anastasia merasakan jantungnya berdegup kencang. Dengan langkah cepat namun hati-hati, dia mendekat. Ketika sampai di depan pintu, ia terkejut melihat barang-barangnya dikeluarkan begitu saja, berserakan di lorong. Lemari pakaian dibuka, baju-bajunya ditumpuk sembarangan di lantai. Laptopnya tergeletak di salah satu kursi di luar pintu."Apa-apaan ini?" teriaknya panik. "Siapa yang berani melakukan ini?"Matanya mencari-cari seseorang yang bertanggung jawab, tetapi tidak ada jawaban. Ia mengambil ponselnya dengan tangan gemetar, siap untuk menele
Baca selengkapnya

35. Pasti Bisa Menemukanmu

***Hujan turun dengan derasnya, mengguyur seluruh kota New York tanpa ampun. Malam itu terasa begitu sunyi, bahkan bunyi deru kendaraan yang biasanya ramai di jalan raya kini tak terdengar. Hanya dentingan air hujan yang berjatuhan ke aspal dan gemuruh petir yang membelah langit hitam pekat. Di tengah derasnya hujan, Anastasia berdiri di bawah halte bus kota yang sepi. Ia memeluk erat kopernya, pakaian dan tubuhnya mulai basah karena tak ada tempat yang cukup untuk meneduh.Dia menatap ponselnya yang mati, merasa putus asa. "Sial," gumamnya pelan sambil memandangi layar yang gelap. Anastasia berencana menghubungi Lyra, sahabat sekaligus manajernya, namun ia tahu Lyra memiliki beban yang cukup berat sebagai tulang punggung keluarganya. Ia tak ingin menambah masalah untuk Lyra.“Seharusnya aku tidak merepotkannya,” bisiknya dalam hati. Ia menghela napas panjang dan duduk di bangku halte, berharap hujan segera mereda.Anastasia lalu teringat pada Maximilian. Hatinya berkecamuk, di antar
Baca selengkapnya

36. Menghancurkan Mereka yang Menyakitimu

***Malam itu, Anastasia dan Maximilian tiba di sebuah penthouse mewah yang berkilauan dengan kemewahan di setiap sudutnya. Pemandangan dari balkon yang menghadap kota seolah-olah tak terjangkau oleh keramaian dunia di bawah. Hati Anastasia berdebar saat mereka diantar oleh Bryan Evans pria yang terkenal dengan sikap dinginnya. Anastasia telah sering mendengar desas-desus tentang Bryan, tangan kanan keluarga Kingsley, seseorang yang tidak mudah didekati oleh siapa pun.Bryan mengangguk dengan sopan pada mereka berdua, tetapi tetap menjaga sikap formalnya. "Selamat datang, silakan merasa seperti di rumah sendiri," katanya dengan nada datar, sebelum meninggalkan mereka berdua di ruang utama penthouse.Anastasia tersenyum sekilas ke arah Bryan, mengangguk penuh hormat, tetapi rasa penasaran di dalam dirinya tak bisa dibendung. Setelah Bryan pergi, ia meraih tangan Maximilian dan menariknya sedikit menjauh dari tempat Bryan berdiri sebelumnya.“Max, kenapa bisa kamu bisa bersama Bryan Ev
Baca selengkapnya

37. Merasa Takut

***Elora melangkah dengan penuh percaya diri menuju panggung utama. Suara riuh penonton yang berkumpul di stadium megah itu membuatnya semakin bersemangat. Malam ini adalah malamnya—kesempatan besar untuk tampil bersama penyanyi top internasional. Panggung ini adalah batu loncatan yang sudah ia impikan selama bertahun-tahun. Ia akhirnya bisa bersaing dengan Anastasia yang selalu jadi penyanyi utama. Leon berjalan di sampingnya, tatapannya bangga melihat kekasihnya yang akan segera bersinar.“Elora, kamu pasti akan memukau semua orang malam ini,” kata Leon sambil menggenggam tangannya.Elora tersenyum lebar. “Aku tahu, sayang. Malam ini adalah milikku. Semua mata akan tertuju padaku. Mereka akan tahu kalau aku lebih baik dari Anastasia.”Namun, saat mereka mendekati pintu masuk menuju backstage, seorang panitia tiba-tiba menghentikan langkah mereka. Pria berkemeja hitam itu tampak tegang dan canggung.“Maaf, Nona Elora,” ucap panitia itu dengan suara ragu, “Anda tidak bisa masuk.”Elo
Baca selengkapnya

38. Apakah Boleh Tidur di Sampingmu?

***Steven duduk di tepi tempat tidur, memeriksa suhu tubuh Anastasia yang perlahan mulai turun, meskipun masih di angka yang cukup tinggi. Sambil mendesah, dia menuliskan resep di buku catatannya."Suhu tubuhnya masih belum normal. Ini obat penurun demam yang lebih kuat," katanya, menyerahkan kertas resep kepada Maximilian.Maximilian menerimanya tanpa sepatah kata. Matanya terus fokus pada Anastasia yang terbaring lemah di tempat tidur, wajahnya masih pucat meski napasnya mulai stabil.Steven menghela napas panjang dan duduk di kursi di seberang Maximilian, melonggarkan kerah kemejanya yang tampak kusut. Ia menatap sahabatnya dengan pandangan setengah jengkel, setengah penasaran.“Gara-gara kau, aku datang ke sini dengan menggunakan celana pendek! Reputasiku akan hancur kalau rekan kerja atau pasienku melihatku seperti ini,” keluh Steven sambil menunjuk dirinya sendiri. “Aku harus lari-lari hanya demi permintaan daruratmu.”Maximilian mendengus pelan. “Aku tidak peduli dengan celana
Baca selengkapnya

39. Seperti Jimat

***“Apakah makanannya tidak enak?” tanya Maximilian.Anastasia menggelengkan kepalanya, “Ini sangat enak. Mungkin ini makanan terlezat yang pernah aku makan,” balasnya tersenyum samar.“Kenapa bisa?” tanya Maximilan penasaran.“Karena aku sudah lupa bagaimana rasanya ada yang memasak khusus untukku dengan tulus. Di masa lalu, aku selalu di ratukan karena aku adalah seorang bintang, mereka menyajikannya hanya untuk menjilatku. Saat ini, ada kamu, kamu bahkan bertanya dengan detail, apa makanan yang aku hindari. Tidak ada yang pernah bertanya sedetail itu padaku, terakhir ibuku yang selalu begitu,” balas Anastasia, suaranya tercekat.“Makanlah! Nanti aku berjanji akan membuat makanan yang kamu suka, asal kamu mau menghabiskannya,” ucap Maximilian.“Harusnya aku yang memasak untukmu, wanita harusnya bisa memasak, kan? Kalau aku mau mencoba memasak, apakah kamu mau mencicipinya?”“Tentu saja, dengan senang hati. Aku tidak sabar melihat bagaimana seorang bintang memasak untuk pria sederha
Baca selengkapnya

40. Tidak Akan Pernah Jatuh

***Di dalam ruang pertemuan Athena Records, suasana tegang namun profesional terasa jelas. Anastasia duduk berhadapan dengan Christian Idzes, salah satu produser musik paling berpengaruh di industri ini. Ruangan itu dihiasi dengan penghargaan-penghargaan yang menghiasi dinding, menunjukkan betapa suksesnya Athena Records dalam mencetak bintang-bintang besar. Namun, situasi Anastasia jauh dari ideal. Publik masih skeptis terhadapnya setelah berbagai skandal yang mengguncang kariernya.Christian menatap Anastasia dengan tatapan serius, tangannya terlipat di atas meja. "Aku sudah mendengar beberapa demo dari lagu barumu," ujarnya, suaranya tenang tapi tajam. "Ada potensi di sana, tapi aku harus jujur, Ana. Lagu-lagu itu belum cukup kuat untuk mengubah persepsi publik tentangmu."Anastasia menelan ludah, mencoba tetap tenang meskipun kritik itu terasa berat. Ia tahu ini bukan waktu yang mudah baginya. "Aku mengerti, Christian," jawabnya lembut. "Tapi aku janji, aku akan memperbaikinya. A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status