***Hujan turun dengan derasnya, mengguyur seluruh kota New York tanpa ampun. Malam itu terasa begitu sunyi, bahkan bunyi deru kendaraan yang biasanya ramai di jalan raya kini tak terdengar. Hanya dentingan air hujan yang berjatuhan ke aspal dan gemuruh petir yang membelah langit hitam pekat. Di tengah derasnya hujan, Anastasia berdiri di bawah halte bus kota yang sepi. Ia memeluk erat kopernya, pakaian dan tubuhnya mulai basah karena tak ada tempat yang cukup untuk meneduh.Dia menatap ponselnya yang mati, merasa putus asa. "Sial," gumamnya pelan sambil memandangi layar yang gelap. Anastasia berencana menghubungi Lyra, sahabat sekaligus manajernya, namun ia tahu Lyra memiliki beban yang cukup berat sebagai tulang punggung keluarganya. Ia tak ingin menambah masalah untuk Lyra.“Seharusnya aku tidak merepotkannya,” bisiknya dalam hati. Ia menghela napas panjang dan duduk di bangku halte, berharap hujan segera mereda.Anastasia lalu teringat pada Maximilian. Hatinya berkecamuk, di antar
***Malam itu, Anastasia dan Maximilian tiba di sebuah penthouse mewah yang berkilauan dengan kemewahan di setiap sudutnya. Pemandangan dari balkon yang menghadap kota seolah-olah tak terjangkau oleh keramaian dunia di bawah. Hati Anastasia berdebar saat mereka diantar oleh Bryan Evans pria yang terkenal dengan sikap dinginnya. Anastasia telah sering mendengar desas-desus tentang Bryan, tangan kanan keluarga Kingsley, seseorang yang tidak mudah didekati oleh siapa pun.Bryan mengangguk dengan sopan pada mereka berdua, tetapi tetap menjaga sikap formalnya. "Selamat datang, silakan merasa seperti di rumah sendiri," katanya dengan nada datar, sebelum meninggalkan mereka berdua di ruang utama penthouse.Anastasia tersenyum sekilas ke arah Bryan, mengangguk penuh hormat, tetapi rasa penasaran di dalam dirinya tak bisa dibendung. Setelah Bryan pergi, ia meraih tangan Maximilian dan menariknya sedikit menjauh dari tempat Bryan berdiri sebelumnya.“Max, kenapa bisa kamu bisa bersama Bryan Ev
***Elora melangkah dengan penuh percaya diri menuju panggung utama. Suara riuh penonton yang berkumpul di stadium megah itu membuatnya semakin bersemangat. Malam ini adalah malamnya—kesempatan besar untuk tampil bersama penyanyi top internasional. Panggung ini adalah batu loncatan yang sudah ia impikan selama bertahun-tahun. Ia akhirnya bisa bersaing dengan Anastasia yang selalu jadi penyanyi utama. Leon berjalan di sampingnya, tatapannya bangga melihat kekasihnya yang akan segera bersinar.“Elora, kamu pasti akan memukau semua orang malam ini,” kata Leon sambil menggenggam tangannya.Elora tersenyum lebar. “Aku tahu, sayang. Malam ini adalah milikku. Semua mata akan tertuju padaku. Mereka akan tahu kalau aku lebih baik dari Anastasia.”Namun, saat mereka mendekati pintu masuk menuju backstage, seorang panitia tiba-tiba menghentikan langkah mereka. Pria berkemeja hitam itu tampak tegang dan canggung.“Maaf, Nona Elora,” ucap panitia itu dengan suara ragu, “Anda tidak bisa masuk.”Elo
***Steven duduk di tepi tempat tidur, memeriksa suhu tubuh Anastasia yang perlahan mulai turun, meskipun masih di angka yang cukup tinggi. Sambil mendesah, dia menuliskan resep di buku catatannya."Suhu tubuhnya masih belum normal. Ini obat penurun demam yang lebih kuat," katanya, menyerahkan kertas resep kepada Maximilian.Maximilian menerimanya tanpa sepatah kata. Matanya terus fokus pada Anastasia yang terbaring lemah di tempat tidur, wajahnya masih pucat meski napasnya mulai stabil.Steven menghela napas panjang dan duduk di kursi di seberang Maximilian, melonggarkan kerah kemejanya yang tampak kusut. Ia menatap sahabatnya dengan pandangan setengah jengkel, setengah penasaran.“Gara-gara kau, aku datang ke sini dengan menggunakan celana pendek! Reputasiku akan hancur kalau rekan kerja atau pasienku melihatku seperti ini,” keluh Steven sambil menunjuk dirinya sendiri. “Aku harus lari-lari hanya demi permintaan daruratmu.”Maximilian mendengus pelan. “Aku tidak peduli dengan celana
***“Apakah makanannya tidak enak?” tanya Maximilian.Anastasia menggelengkan kepalanya, “Ini sangat enak. Mungkin ini makanan terlezat yang pernah aku makan,” balasnya tersenyum samar.“Kenapa bisa?” tanya Maximilan penasaran.“Karena aku sudah lupa bagaimana rasanya ada yang memasak khusus untukku dengan tulus. Di masa lalu, aku selalu di ratukan karena aku adalah seorang bintang, mereka menyajikannya hanya untuk menjilatku. Saat ini, ada kamu, kamu bahkan bertanya dengan detail, apa makanan yang aku hindari. Tidak ada yang pernah bertanya sedetail itu padaku, terakhir ibuku yang selalu begitu,” balas Anastasia, suaranya tercekat.“Makanlah! Nanti aku berjanji akan membuat makanan yang kamu suka, asal kamu mau menghabiskannya,” ucap Maximilian.“Harusnya aku yang memasak untukmu, wanita harusnya bisa memasak, kan? Kalau aku mau mencoba memasak, apakah kamu mau mencicipinya?”“Tentu saja, dengan senang hati. Aku tidak sabar melihat bagaimana seorang bintang memasak untuk pria sederha
***Di dalam ruang pertemuan Athena Records, suasana tegang namun profesional terasa jelas. Anastasia duduk berhadapan dengan Christian Idzes, salah satu produser musik paling berpengaruh di industri ini. Ruangan itu dihiasi dengan penghargaan-penghargaan yang menghiasi dinding, menunjukkan betapa suksesnya Athena Records dalam mencetak bintang-bintang besar. Namun, situasi Anastasia jauh dari ideal. Publik masih skeptis terhadapnya setelah berbagai skandal yang mengguncang kariernya.Christian menatap Anastasia dengan tatapan serius, tangannya terlipat di atas meja. "Aku sudah mendengar beberapa demo dari lagu barumu," ujarnya, suaranya tenang tapi tajam. "Ada potensi di sana, tapi aku harus jujur, Ana. Lagu-lagu itu belum cukup kuat untuk mengubah persepsi publik tentangmu."Anastasia menelan ludah, mencoba tetap tenang meskipun kritik itu terasa berat. Ia tahu ini bukan waktu yang mudah baginya. "Aku mengerti, Christian," jawabnya lembut. "Tapi aku janji, aku akan memperbaikinya. A
***Anastasia membuka pintu apartemen barunya dan mengundang Lyra masuk. Ruang tamu yang minimalis namun elegan dengan pemandangan kota yang memukau dari balik jendela besar langsung memikat mata Lyra.“Wow, Ana! Tempat ini meski tak sebesar apartemen yang lama, tapi sangat nyaman!” seru Lyra sambil memutar tubuhnya, mengagumi dekorasi apartemen itu. “Siapa yang memilih apartemen ini untukmu? Lokasinya strategis banget. Dekat sekali dengan Athena Records.”Anastasia tersenyum tipis, lalu menutup pintu di belakang mereka. “Itu bukan pilihanku. Apartemen ini ternyata sudh disewa oleh Max,” jawabnya, sambil melepas mantelnya dan menggantungkannya di dekat pintu. Ada nada segan dalam suaranya, seolah ia tidak ingin terlalu banyak bercerita.Lyra menatap Anastasia dengan tatapan penuh tanya. "Max? Maksudmu suamimu yang misterius itu? Pria yang sampai sekarang aku belum pernah lihat? Sepertinya dia lebih dari sekadar suami biasa, ya? Aku penasaran, kenapa pria itu selalu memberimu keberuntun
***Selene duduk di ruang tamu rumah utama keluarga Kingsley dengan senyum yang terus merekah di wajahnya. Ada rasa hangat yang menyelusup di hatinya saat ia membayangkan rumah besar ini akan kembali ramai dengan suara tawa anak-anak kecil yang berlarian di lorong-lorong panjang, membawa kebahagiaan yang sudah lama dinantikannya. Ia membayangkan bagaimana nantinya cucu-cucunya bermain di halaman belakang yang luas, berlarian di taman yang ia rawat dengan penuh cinta. Semuanya terasa begitu dekat, seolah hanya menunggu waktu saja.Selene mengangkat secangkir teh, memandangi suaminya yang sedang duduk membaca koran di seberang ruangan. "Aku tidak sabar menanti calon menantu kita, Shayne," katanya dengan nada bersemangat. "Akhirnya anak kita adalah pria normal. Dia akhirnya menemukan kekasihnya! Kapan Maximilian akan mengenalkan wanita itu pada kita? Aku ingin sekali mengajaknya jalan-jalan dan belanja."Shayne menurunkan korannya, menatap istrinya dengan senyum kecil di bibirnya. Wajahn
***Langit cerah menaungi villa pribadi keluarga Kingsley, dihiasi dengan alunan lembut musik klasik yang mengiringi para tamu undangan menuju taman yang telah disulap menjadi tempat upacara pernikahan megah. Anastasia berdiri di balik tirai putih, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun itu dirancang khusus oleh Celine Idzes, penuh detail renda yang elegan, dengan ekor panjang yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.Rhett berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Tangannya menggenggam lengan Anastasia dengan lembut, matanya berkaca-kaca."Papa tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan ini," ucap Rhett pelan, suaranya bergetar.Anastasia menatap ayahnya dengan senyuman hangat. "Aku bahagia Papa di sini. Aku tidak bisa membayangkan orang lain yang mendampingiku selain Papa."Rhett mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia menatap Anastasia dengan bangga. "Kamu sangat cantik hari ini, Nak. Maximilian adalah pria paling beruntung di dunia."
***Di ruang rapat eksekutif Kingsley Group, suasana mencekam. Robert Brown, pria paruh baya dengan jasnya yang kini tampak kusut, berlutut di lantai marmer hitam yang dingin. Wajahnya penuh dengan keringat dingin, sementara tangannya gemetar menahan rasa takut."Maximilian... Aku memohon padamu," ucap Robert, suaranya bergetar. "Lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan mengusik keluarga Kingsley lagi. Aku... Aku bersumpah."Di kursi utama, Maximilian duduk dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan aura dinginnya membuat semua yang berada di ruangan itu enggan bernapas terlalu keras. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam, kedua tangan saling bertaut di depan dada. Senyum kecil muncul di bibirnya, senyum yang penuh arti dan tak memberi celah untuk harapan."Berjanji, ya?" Maximilian akhirnya berbicara, suaranya rendah namun tajam. "Paman akan bersembunyi ke luar negeri, kan? Dan itu di Sydney. Apa aku salah menebak?"Mata Robert membelalak, bibirnya terbuka tanpa suara. Tubuhnya ter
***Di kamar utama kediaman keluarga Kingsley, suasana yang awalnya tenang berubah menjadi percakapan hangat. Anastasia duduk di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Di sisinya, Maximilian terus memegang tangannya, memberikan kehangatan dan perhatian penuh.Steven sedang memeriksa kondisi Anastasia dengan stetoskop di tangannya. Wajahnya serius, namun ada senyum kecil yang tersembunyi di sana. Setelah selesai, dia berdiri dan melipat tangannya di dada sambil menatap Selene dan Shayne, kedua orang tua Maximilian."Paman, Bibi..." Steven memulai, senyumnya semakin lebar. "Sebentar lagi kalian akan menjadi grandma dan grandpa. Kediaman ini pasti akan jauh lebih ramai."Kalimat itu langsung membuat ruangan menjadi hening. Selene membuka mulutnya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Shayne, yang tadinya hanya duduk diam, langsung menegakkan tubuhnya. Namun, reaksi yang paling mencolok datang dari Maximilian."Apa yang kau
***Malam itu, berita tentang Anastasia yang secara resmi diakui sebagai menantu keluarga Kingsley mengguncang dunia. Para undangan di acara resmi keluarga Kingsley tercengang. Kilatan kamera memenuhi ruangan saat Maximilian dengan tenang berdiri di samping Anastasia, memperkenalkannya sebagai istri dan menantu keluarga Kingsley.Di berbagai media sosial, foto-foto mesra keduanya mulai beredar luas. Foto-foto itu menangkap momen romantis Maximilian dan Anastasia, memperlihatkan bagaimana pria itu menggenggam erat tangan istrinya, seolah tak ingin ada yang mengganggunya. Ada foto ketika Maximilian menatap Anastasia penuh kelembutan, sebuah pemandangan yang membuat publik terkagum-kagum.Di sebuah akun penggemar, seorang netizen menulis, “Siapa yang sangka Anastasia menikah dengan Maximilian Kingsley? Mereka terlihat sempurna bersama!”Komentar-komentar positif membanjiri setiap unggahan tentang mereka, memuji betapa serasi pasangan ini. Netizen tak henti-hentinya membicarakan betapa be
***Wajah Renata terlihat pucat dengan air mata yang mengalir di pipinya. Di tengah pesta ulang tahun Kingsley Group yang mewah, kegaduhan ini menarik perhatian para tamu. Robert, ayahnya, menghampiri Renata dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia menunduk, membangunkan putrinya dengan lembut."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robert dengan suara cemas.Renata mengangguk lemah, terisak dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pemandangan putrinya yang terlihat tersakiti itu membuat Robert memalingkan tatapan marah ke arah Anastasia, yang berdiri tidak jauh dari mereka. Semua tamu mulai berbisik-bisik, seolah mereka setuju dengan kebencian yang tampak di mata Robert.Dengan nada dingin dan tajam, Robert menatap Anastasia penuh hinaan. "Kenapa ada wanita rendahan sepertimu di sini?" katanya, suaranya dipenuhi kemarahan yang tak tersembunyi. "Bagaimana kau bisa datang ke pesta ini? Apa kau merayu seseorang dengan tubuhmu agar bisa datang ke acara sebesar ini?"Tawa merendahkan lan
***Lampu-lampu kristal di ballroom megah Kingsley Tower berpendar, menciptakan kilauan indah di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan yang mengenakan busana glamor berkumpul, menikmati pesta ulang tahun perusahaan Kingsley Group yang ke-75. Namun, malam ini, bukan hanya perayaan yang menjadi pusat perhatian—rumor tentang penerus Kingsley Group yang akan diumumkan secara resmi malam ini telah menjadi buah bibir semua orang. Apalagi sang penerus itu selalu menjadi rahasia karena keberadaannya sangat misterius, bahkan tidak ada media satupun yang mengetahui dimana keberadaan sang pewaris ituDi tengah dentingan gelas-gelas wine dan alunan musik jazz, suara pembawa acara menggema, memecah keheningan ballroom."Ladies and gentlemen, mari kita sambut penerus Kingsley Group, Maximilian Kingsley!"Begitu nama itu disebutkan, sorak-sorai kecil terdengar dari para tamu, dan kamera-kamera media langsung diarahkan ke panggung. Seorang pria berpostur tinggi, berbalut setelan jas hitam sempurna
***Suara benda-benda pecah bergema di dalam kamar Renata. Vas, cermin kecil, bahkan bingkai foto dilempar begitu saja hingga hancur berserakan di lantai. Wajah Renata memerah penuh amarah, napasnya memburu, dan matanya penuh kebencian. Kegagalan rencananya untuk menculik Anastasia benar-benar membuatnya berang."Mereka tak becus!" teriak Renata sambil menendang sisa-sisa kaca di lantai. "Sialan! Orang rendah macam itu berani menolak uangku?" Suaranya menggema dengan kemarahan yang seolah tak kunjung reda.Di tengah-tengah kekesalannya, ia meraih laci meja riasnya dengan kasar, membuka sebuah kotak kecil dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih. Renata menatap obat itu dengan tatapan yang penuh tekad."Kalau aku tidak bisa menculiknya, maka aku akan melakukan cara lain," gumamnya sambil menyeringai tipis. "Aku akan tidur dengan Max... dan dengan ini," ia mengangkat pil itu, "aku akan menjadi istrinya."Namun, sebelum Renata bisa melanjutkan monolognya, pintu kamar
***Rhett duduk di sebuah kafe mewah di sudut kota, menatap kosong ke arah cangkir kopi yang ada di depannya. Hatinya bergejolak, tak tenang, seakan ada beban yang tak bisa ia lepaskan dari pundaknya. Hari ini, ia akan bertemu dengan pria yang berhasil merebut hati putrinya—Maximilian Kingsley, seorang pria yang terkenal dingin namun disegani banyak orang.Suara langkah tegas terdengar mendekat, dan Rhett mendongak. Di depannya berdiri seorang pria tinggi dengan tatapan tenang namun tajam. Itu Maximilian, pria yang telah menjadi suami Anastasia. Rhett berdiri, menyambut Maximilian dengan anggukan kepala yang sopan.“Tuan Rhett,” Maximilian memulai, suaranya rendah namun penuh wibawa. Ia mengulurkan tangan. “Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”Rhett menyambut uluran tangan itu. “Begitu juga dengan saya, Tuan muda Kingsley.” Ia mencoba tersenyum, walau hatinya diliputi perasaan campur aduk.Maximilian duduk di hadapannya, matanya lurus menatap Rhett. Meskipun banyak yang mengenal
***Anastasia menggenggam dokumen yang diberikan Maximilian dengan tangan gemetar. Hatinya terasa berat, bercampur amarah dan rasa sakit. Mata Anastasia memburam, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia bendung lagi."Kakek dan nenekku sendiri… Mereka yang menyebabkan kecelakaan itu? Kenapa… kenapa mereka tega?" ucapnya terisak, suaranya pecah di tengah kalimat. "Pantas saja… Saat aku datang ke keluarga Noire, mereka semua membenciku. Apalagi Kakek dan Nenek… Sejak awal, keadaanku dianggap tak terlihat. Bahkan aku selalu dikucilkan.”Maximilian hanya bisa menghela napas panjang, tatapannya penuh keprihatinan. "Ana… Semua ini karena ayahmu. Ayahmu memutuskan menikah dengan Aria dengan syarat bahwa kamu bisa diterima dalam keluarga Noire," jawabnya pelan.Anastasia mengernyitkan kening, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. "Papa? Tapi kenapa Papa begitu ingin aku masuk ke dalam keluarga Noire? Bukankah dia selalu menunjukkan kalau dia membenciku? Selalu dingin dan acuh bahkan di