Semua Bab Diselingkuhi Mantan, Pelukan Hangat CEO Kudapatkan: Bab 31 - Bab 38

38 Bab

31. Salah Paham

Davita yang tengah terkejut oleh tindakan Angga yang begitu tiba-tiba, tersadar oleh wajah seseorang di bawah sana. Davita melihat Hani tengah mendongak di bawah sana, menatap mereka di lantai 3. Meski ikut syok, setidaknya Davita merasa senang karena Hani melihat aksi Angga bersama wanita lain.“Dari posisiku berdiri, Hani mungkin tidak akan melihat wajahku dengan jelas. Tapi dia pasti langsung mengenali Angga. Heh, tak disangka ini bagus juga. Aku diam saja, tetapi Angga yang membantuku menyerangnya. Ini sungguh menyenangkan,” batin Davita begitu senang.Bagaimana tak senang. Meski jarak di antara mereka sangat jauh, tetapi Davita bisa melihat ekspresi marah Hani. Bagaimana tak marah, Hani akan segera menikah dengan Angga dalam hitungan hari, tetapi Angga malah bermain dengan wanita lain.“Aku minta maaf.” Tiba-tiba Angga minta maaf setelah pagutan bibir mereka terlepas.Tampaknya Angga hilang akal sesaat. Sedikit tertekan dengan perjodohan, dan didesak perasaan kepada Davita, Angga
Baca selengkapnya

32. Polos Atau Bodoh

Davita menoleh ke arah pintu yang baru saja diketuk. Ia menebak si pengetuk adalah Angga. Hingga detik ini Davita semakin heran dan bertanya-tanya, apakah Angga benar-benar sudah menyukainya atau ada alasan lain.Cklek ...Davita tersenyum kepada Angga yang berdiri di depan pintu kamar tamu itu. “Makan malamnya sudah selesai, Kak?”Angga mengangguk. Ia memperhatikan wajah Davita dengan ekspresi ragu. “Tadi aku dipaksa Kakek dan Mama untuk berbincang sebentar dengan wanita itu.”“Wanita itu?” gumam Davita. Ia mendongak sembari terkekeh. “Maksud Kakak Nona Candra yang akan menjadi istri Kakak? Kalau tidak salah namanya Hani Candra ‘kan?”Angga mengembuskan napas pelan. “Terserah namanya siapa. Aku tidak berminat berbincang dengannya. Aku boleh masuk?”Davita tersenyum, lalu mengangguk. “Ini mansion keluarga Naradipta. Aku hanya tamu, masa melarang tuan rumah?” candanya.Angga tersenyum tipis. “Kamu tidak jadi tidur?”“Baru saja terbangun, lalu aku jalan ke balkon untuk menikmati angin m
Baca selengkapnya

33. Seperti Sepasang Kekasih

“Aku ke toilet sebentar.”Davita mengangguk sembari tersenyum kepada Angga. Ia memilih memainkan ponsel sembari menunggu Angga kembali dari toilet. Sesekali ia menyeruput jus apel di atas meja.“Davita.”Suara berat seseorang mengalihkan perhatian Davita dari layar ponsel. Ia mendongak dan menatap malas keberadaan Gino.Davita kembali memainkan layar ponselnya. Ia sungguh malas bertemu dengan Gino saat ini, padahal mood-nya sedang bagus, harus hancur karena melihat wajah Gino.“Sepertinya kita memang berjodoh.” Gino tersenyum, lalu duduk di seberang meja.Davita berdecih mendengar kalimat Gino. “Berjodoh? Cih.”Gino tersenyum angkuh. “Tidak usah terus jual mahal begitu, Davita. Aku sudah akui kesalahanku kemarin, tapi kamu juga tidak punya hak terlalu lama merajuk, lalu jual mahal di depanku. Orang miskin tidak dianjurkan terlalu jual mahal. Tidak usah malu, aku tahu kau pasti ingin kembali bersamaku ‘kan? Hidupmu pasti begitu kesulitan setelah memilih pisah denganku. Aku tahu itu, ka
Baca selengkapnya

34. Sangat Egois

“Hani! Kau sudah lihat foto yang aku kirimkan?”Hani berdecak. Ia melempar tas kecilnya ke atas ranjang. “Foto apa? Aku sudah tidak berminat berbagi kabar denganmu, Gino. Sudah aku katakan, jangan ganggu aku lagi. Aku akan segera menikah, jadi jangan terus berusaha mendekatiku lagi. Hubungan kita sudah berakhir. Jangan hubungi aku lagi. Aku juga sedang lelah, aku tutup.”“Tunggu!” Suara Gino terdengar keras di seberang sana.Hani kembali berdecak. “Apa lagi? Bukannya dari dulu kau menganggap aku ini hanya cadangan dan pemuas nafsumu? Bagimu aku tidak lebih baik dari pada Davita ‘kan? Bahkan sampai terakhir kita bertemu, kau masih saja berusaha mendekati Davita. Pria brengsek!”“Cih, kau terlalu percaya diri, Hani. Aku menghubungimu bukan karena ingin membujukmu untuk kembali. Memang kenyataannya kau tidak lebih menarik dari pada Davita. Asal kau tahu, aku ungkapkan dengan jujur, Davita jauh lebih cantik dari pada kau. Auranya sebagai wanita pun lebih menarik dan memikat, sehingga semu
Baca selengkapnya

35. Tidak Digoda

Davita menggeliat pelan di atas ranjang. Ia menarik napas dalam, menghirup aroma tak familiar. Perlahan kelopak mata Davita terbuka. Wanita itu mengucek matanya pelan, lalu memperhatikan sekitar kamar.Mata Davita membulat ketika menyadari itu bukan ‘lah kamarnya. Ia langsung terduduk, lalu mengecek baju di tubuhnya. Davita lega ketika dress tadi malam masih terpasang lengkap di tubuhnya.“Astaga, aku di mana? Ini bukan kamarku,” gumam Davita bingung serta cemas.Cklek ...“Kamu sudah bangun.”Davita terdiam melihat Angga masuk ke dalam kamar, lalu mendekat ke arahnya. “K-kak Angga?”Angga menyerahkan handuk kepada Davita. “Tadi malam kamu tertidur di mobil. Karena terlalu lelap, jadi sengaja tidak aku bangunkan. Ini kamarku, sekarang mandi ‘lah.”Davita mematung. Ia meraih handuk yang disodorkan oleh Angga. Davita memperhatikan sekitar dengan wajah penuh pertanyaan.“Tidak usah khawatir, aku tidak ikut tidur di kamar ini. Tadi malam aku tidur di kamar tamu.” Angga langsung menjelaska
Baca selengkapnya

36. Obsesi Angga

“Apa-apaan pilihan itu? Kenapa dia jadi bersikap begini?” batin Davita tak paham kepada perlakuan Angga kepadanya.Bagaimanapun hingga detik ini Angga tak menjelaskan apa pun tentang perlakuan manisnya kepada Davita. Sebagai seorang perempuan, Davita tentu memiliki berbagai tebakan dalam benaknya. Apalagi Davita janda yang sempat dikhianati oleh pria.“Maaf, Kak. Ini sepertinya tidak benar.” Davita kembali mencoba turun dari pangkuan Angga.Angga menghentikan kegiatannya mengecek pekerjaan. Ia memandangi wajah cantik Davita yang tengah duduk di atas pahanya.“Kamu tidak nyaman? Aku minta maaf, tapi aku tetap ingin terus seperti ini denganmu.”Davita terdiam beberapa saat. Sebenarnya hal ini sangat sesuai dengan rencana awalnya. Hanya saja, Davita ingin mendengar langsung penjelasan serta pengakuan Angga tentang perasaan pria itu terhadapnya.“Ini tidak benar, Kak. Kakak akan segera menikah, jika kita—”“Aku sudah bilang ini padamu beberapa kali,” sela Angga tenang. Ia memandangi mata
Baca selengkapnya

37. Tawaran Davita

Hani menggeram melihat Davita keluar dari ruangan kerja Angga. Ia langsung berdiri dari duduknya, lalu melangkah tergesa ke arah Davita.“Kenapa kau ada di sini?” geram Hani kepada Davita.Davita pun sedikit terkejut melihat keberadaan Hani. Ia tersenyum tenang, menatap mantan sahabatnya itu dengan ekspresi angkuh.“Terserahku ingin di sini atau di mana saja. Itu bukan urusanmu. Tidak harus aku melapor dan memberitahumu jika ingin ke mana-mana, bukan?” Davita tersenyum sinis.Tangan Hani terkepal. Seketika ia mengingat laporan Gino tadi malam. “Tidak mungkin Davita benar-benar sedang dekat dengan Angga ‘kan? Dia hanya seorang karyawan toko bunga. Tidak mungkin Angga tertarik kepadanya yang hanya seorang wanita miskin yatim piatu. Dia sekarang di sini, pasti karena mengantar buket bunga seperti biasa, cih,” decihnya dalam hati.“Oh, iya. Kau juga di sini, apa setiap hari datang ke sini untuk bertemu dengan Tuan Muda Naradipta? Tapi ... kenapa setiap kali kita bertemu di sini, kau selal
Baca selengkapnya

38. Baru Permulaan

“Tuan Muda—”“Teni, cepat panggil dokter!” Angga berteriak kepada sekretarisnya, lalu menggendong Davita ala bridal style.“Eh, tidak usah, Kak. Paling ini hanya kesemutan saja. Tidak usah dipanggil dokter, aku istirahat sejenak, nanti juga bisa jalan lagi,” sahut Davita cepat.Tak mungkin memanggil dokter memeriksa kakinya yang sama sekali tidak sakit.“Kalau begitu kamu istirahat dulu di dalam.” Angga membawa tubuh Davita kembali masuk ke dalam ruangan kerja.Hani menatap pergerakan Angga begitu cepat menggendong Davita masuk ke dalam ruangan kerja pria itu. Ia pun dapat melihat wajah cemas Angga memperhatikan kondisi kaki Davita. Tangannya terkepal, Hani geram ketika Davita menoleh ke belakang lalu tersenyum miring ke arahnya.“Jadi mereka benar-benar kenal dan ... terlihat sedekat itu? Bagaimana mungkin?” batin Hani tak percaya serta tak terima.“Kaki mana yang sakit? Apa perlu aku urut?” Angga berjongkok tepat di depan kedua kaki Davita yang sudah duduk di sofa tamu ruangan kerja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status