All Chapters of Diselingkuhi Mantan, Pelukan Hangat CEO Kudapatkan: Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

11. Dia Datang

“Davita.” Davita terkejut ketika Gino tiba-tiba muncul dan meraih tangannya. Davita langsung menepis tangan Gino dan menatap mantan suaminya itu dengan mata tajam. “Davita, aku sudah menunggumu di sini sedari tadi. Akhirnya kamu datang juga, kamu masuk siang ya?” Gino tersenyum ke arah Davita. Davita membalas senyum itu dengan tatapan dinginya. Ia menghembuskan napas kesabaran, menahan diri supaya tak lepas kedali setiap kali melihat wajah Gino. Sampai saat ini, rasa benci Davita masih berada di level tinggi, sehingga bisa saja ia lepas kendali memaki Gino di depan umum, itu bisa berpengaruh buruk untuk citranya. Amarahnya itu juga bisa menghancurkan seluruh tatanan rencana balas dendam yang sudah ia buat dengan susah payah. “Kau masih saja menguntitku? Apa kau tidak takut jika kekasihmu marah? Ujung-ujungnya dia akan menyalahkan aku sebagai penggoda, padahal dia adalah
Read more

12. Buket Bunga

Davita menghentikan langkahnya di pertengahan tangga. Laporan sekretasinya benar, ada Angga di lantai bawah. Davita cukup penasaran, tujuan Angga datang ke tokonya secara langsung untuk apa. “Apa dia ingin survei toko bungaku karena sebentar lagi kami akan saling tanda tangan kontrak kerjasama? Apa dia biasanya selalu survei secara langsung? Bukannya ini tugasnya Kak Maizal, ya?” batin Davita. “Bu, apa ada masalah?” Suara Niana mengembalikan kesadaran Davita. Ia menggeleng, lalu kembali melanjutkan langkah menuruni tangga. Bertepatan dengan itu, Angga pun menoleh, mata mereka beradu tatap. Davita langsung tersenyum ke arah Angga, ia menunduk sopan sembari terus berjalan mendekat ke arah CEO Naradipta Group tersebut. “Selamat siang, Tuan Muda. Saya sangat terkejut mengetahui Anda berkunjung ke toko saya. Apa ada yang bisa saya bantu? Anda sedang mencari bunga?” Davi
Read more

13. Pernikahan Bisnis

Lamunan Angga pecah oleh suara ketukan kaca mobil di sampingnya. Pria itu menoleh dan melihat wajah cantik Davita di luar sana. Angga berdeham singkat, lalu menurunkan kaca mobil. Davita langsung tersenyum dan menunduk singkat ketika kaca mobil terbuka sempurna. “Terima kasih karena sudah memesan bunga di toko saya, Tuan Muda. Semoga Anda suka dengan design-nya.” “Hem.” Davita masih tersenyum meski Angga membalas dengan dehaman singkat. Wanita itu terus berdiri di area parkiran sampai mobil Angga benar-benar pergi. Ketika mobil itu menjauh, Davita menghembuskan napas panjang. “Haah, aku tidak menyangka dia akan datang ke sini. Ini malah bagus, tanpa berusaha pun, dia malah datang ke sini seakan membantuku menjalankan rencana. Meski ini masih tidak berefek apa-apa, tapi tetap saja ini hal bagus. Semakin sering berinteraksi dengannya, semakin bagus.” Davita menganggu
Read more

14. Mereka Saling Kenal

“Astaga, kamu baik-baik saja?” Davita membantu seorang wanita yang terjatuh dari sepeda listrik. “Eh, Bu Davita.” Wanita itu terkejut melihat orang yang membantunya adalah Davita. Ia langsung menunduk dengan wajah takut. “Saya minta maaf, Bu. Saya tidak hati-hati, jadi terjatuh. Kalau sepeda listrik milik toko rusak, saya bersedia tanggung jawab, tapi tolong jangan potong keseluruhan gaji saya bulan ini, Bu.” Davita tersenyum mendengar wanita itu menjelaskan dengan wajah takut. Ia memegang kedua bahu wanita itu lembut. “Tidak apa-apa, kamu tidak perlu menggantinya. Kerusakan sepeda listrik tidak penting, ada bagusnya kamu cek kondisi fisik. Mana tahu kamu terluka, tadi saya lihat kamu terjatuh cukup keras.” Wanita itu rupanya salah satu karyawan Davita di toko bunga. Ia mendongak dan menatap Davita dengan wajah haru. “Saya tidak apa-apa, Bu. Saya sungguh minta maaf, s
Read more

15. Tidak Diizinkan Masuk

Tangan Hani terkepal, ia masih memperhatikan kepergian Davita ke arah lift gedung perusahaan Naradipta Group. Hani menahan umpatan kekesalannya karena ia masih harus menjaga image. Hani menarik napas pelan, lalu tersenyum sinis. “Dia bilang apa barusan? Maksudnya itu, dia ingin mengganggu hubungan pernikahanku nanti ‘kan? Lebih tepatnya, dia akan menggoda suamiku nanti. Cih, dia kira mendekati Angga semudah itu? Dia pikir level Angga dan Gino sama? Apalagi tipe wanita miskin seperti kamu, Davita. Mana mungkin Angga bisa kamu goda, bahkan untuk bertemu dengan Angga pun belum tentu kamu bisa. Heh, mimpi.” Sedang sibuk bergumam menghina Davita, Hani terkejut ketika seseorang melewatinya. Hani melotot singkat, lalu ia berdeham dan tersenyum manis. Hani bahkan menyisir rambutnya dengan jari-jemari, memastikan penampilannya bagus. “Dari tadi aku menunggu Angga, akhirnya dia datang.” Hani
Read more

16. Mendatangi

Davita melirik Angga yang sedang membaca dokumen dengan ekspresi datarnya. Wanita itu terkejut ketika Angga tiba-tiba menoleh. Davita tersenyum tenang, lalu menunduk kembali fokus kepada tabletnya. Angga pun diam beberapa saat memperhatikan wajah cantik Davita. Ia berdeham pelan, lalu meletakkan map di atas meja. “Anda sudah makan siang?” Suara berat Angga mengalun menarik perhatian Davita. Ia mendongak, menatap Angga yang tengah memandangnya. “Belum, Tuan. Biasanya saya makan siang sekitar jam setengah 2, Tuan.” Davita menyahut sembari tersenyum. Angga melirik Lupis yang berdiri tak jauh dari sana. “Pesan untuk 2 orang.” “Baik, Tuan.” Angga kembali menatap Davita. “Menu apa yang Anda suka?” Davita tersenyum tak enak. “Tidak perlu, Tuan. Saya akan makan
Read more

17. Diusir

“Apa? Jadi hari ini saya juga tidak bisa bertemu dengannya?” Hani menatap sekretaris Angga dengan ekspresi tak percaya. Kemarin ia sudah datang ke kantor Angga. Namun, karena terlalu lama menunggu, Hani akhirnya pergi karena memiliki jadwal pemotretan. Hari ini wanita itu kembali datang, berharap bisa bertemu dengan Angga, tetapi ternyata calon suaminya itu ada rapat. “Maaf, Nona. Ini rapat bulanan, mungkin akan selesai setelah makan siang. Jika Anda menunggu sekarang, kurang lebih 2-3 jam.” Hani menghembuskan napas kasar. “Kenapa begitu sulit sekali bertemu dengannya. Padahal dia sudah menjadi calon suamiku. Aku minta nomor kontaknya sama Papa, tidak dikasih, takut Angga marah karena tidak sepertujuannya. Ck, kalau begini ceritanya, kapan aku bisa bertemu dengan Angga tanpa mengandalkan ajakan makan malam dari keluarga Naradipta?” gerutunya pelan. “Nona, kam
Read more

18. Angga Minta Alamat

Mata Hani melotot ketika melihat sebuah foto yang baru saja dikirim oleh Davita. Ia berkali-kali memastikan itu bukan foto editan. Terlihat jelas foto kiriman itu asli, dan ia ingat betul pakaian Angga hari ini. “Davita, dia benar-benar berusaha mendekati Angga? Tapi bagaimana mungkin dia berhasil berbicara dengan Angga, sedangkan aku saja dari kemarin tidak diberi waktu bahkan sekadar untuk bertemu dengan Angga sebentar” desis Hani marah. Dering ponselnya mengalihkan perhatian Hani. Ia menggeram melihat nama Davita tertera sebagai penelepon. Tanpa basa-basi, Hani langsung menerima panggilan telepon itu. “Wanita kurang ajar!” bentak Hani tanpa menyapa. Beberapa orang di sekitar lokasi pemotretan langsung menoleh ke arah Hani. Tersadar jika orang begitu ramai di sana, Hani tersenyum kikuk, lalu berdeham menormalkan ekspresi wajahnya. “Santai, dong, No
Read more

19. Bertemu Lagi

“Apa pria gila itu masih di bawah?” tanya Davita kepada Niana. “Tadi saya lihat di bawah sudah tidak ada, Bu. Sebentar, Bu.” Niana bergerak ke arah dinding kaca ruangan kerja Davita. Ia memperhatikan halaman depan toko bunga. “Di depan juga tidak ada, Bu. Sepertinya dia sudah pergi.” Davita mengembuskan napas lega mendengar itu. Ia segera meraih tas dan menyimpan beberapa perlengkapannya. “Bagus kalau begitu. Satu jam lagi kalian akan pulang ‘kan? Laporan keuangan total hari ini, nanti kirim saja. Aku pulang duluan.” “Baik, Bu.” Niana menunduk hormat, lalu berjalan di belakang Davita. “Mobil Anda tadi masih di bengkel, apa perlu saya meminta seseorang mengambil mobil satu lagi, Bu?” “Tidak usah, saya naik taksi saja malam ini.” “Baik, Bu.” Davita terus melang
Read more

20. Tidak Beres

Gino menganga menatap Angga mengajak Davita ke mobilnya. Lebih mengejutkan karena Angga menggenggam telapak tangan Davita. Gino tak dapat berbuat apa-apa. Mana mungkin ia berani menyanggah dan menghentikan Angga—bos besarnya.“Bagaimana bisa mereka saling kenal dan Tuan Muda Naradipta memperlakukannya seperti itu?” Gino terus menatap mobil Angga yang mulai menjauh. Ia berdecih sinis. “Davita, ternyata selama ini kau hanya sok polos di depanku, ya? Rupanya dia memiliki bakat merayu yang mantap juga. Bahkan dia berani merayu Angga Naradipta? Cih, waktu itu dia di kantor Naradipta Group pasti karena ingin mendekati Angga ‘kan? Awas saja dia.”Jangankan Gino, Davita pun merasa tak percaya Angga tiba-tiba menggenggam tangannya dan mengajak pulang bersama. Ia memandangi telapak tangannya dengan wajah bingung.“Tanganmu sakit karena menampar pria tadi?”Suara berat Angga mengejutkan Davita. Ia menoleh, lalu menggeleng sembari tersenyum. “Ah, tidak juga, Tuan Muda. Terima kasih sudah membantu
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status