All Chapters of Malam Pertama dengan Janda Anak 2: Chapter 171 - Chapter 180

209 Chapters

171. Apartemen Dhuha

Pagi itu, Aini berdiri di depan gerbang sekolah, melambaikan tangan kepada Intan dan Izzam yang berjalan masuk ke dalam. Senyum kecil tersungging di bibirnya, meskipun hatinya masih terasa berat. Rutinitas ini seolah menjadi tameng dari rasa sakit yang terus menggerogoti dirinya.Mobil sudah terparkir sempurna di parkiran sekolah. Ia sengaja menaruh kendaraan di sana selagi ia ada urusan dengan Dhuha. Begitu anak-anak menghilang di balik pintu sekolah, ia memesan ojek online lewat ponselnya. Tujuannya bukan kembali ke rumah, melainkan sebuah apartemen di pusat kota, tempat Dhuha menunggunya. Dalam perjalanan, pikirannya bercampur aduk antara rasa bersalah, keraguan, dan semacam kegembiraan yang aneh.Tak lama kemudian, Aini sampai di apartemen Dhuha. Namun, ia tidak masuk ke dalam unitnya, melainkan menuju restoran di lantai bawah seperti yang telah mereka sepakati. Dhuha sudah menunggunya di sana, mengenakan kemeja kasual biru muda yang membuatnya tampak lebih muda dari usia sebenar
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

172. Menyesali Keputusan

Hari itu, Aini meluangkan seluruh waktunya untuk merawat Dhuha yang masih terbaring lemah di apartemennya. Pria itu tampak pucat, tetapi perlahan kondisinya mulai membaik. Aini membuatkan bubur ayam hangat di dapur kecil apartemen, mengaduknya dengan hati-hati agar rasanya pas. Aroma bubur yang menguar memenuhi ruangan, memberikan kesan rumah yang hangat.Ketika bubur itu matang, Aini membawanya ke kamar dan meletakkannya di meja samping tempat tidur. Dhuha membuka matanya perlahan, senyumnya muncul saat melihat Aini di sana.“Kamu benar-benar masak sendiri?” tanya Dhuha dengan suara serak.Aini mengangguk. “Aku nggak tahu rasanya enak atau nggak. Tapi kamu harus makan biar cepat sembuh. Wajah kamu pucet banget."Dhuha mencoba duduk, dan Aini buru-buru membantunya menyandarkan punggungnya ke bantal. Ia mengambil sendok, menyuapkan bubur ke mulut Dhuha seperti yang dilakukan pria itu kepadanya beberapa hari lalu.“Rasanya jauh lebih enak daripada bubur di restoran,” ujar Dhuha, mencoba
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

172. Tamu Rasa Istri

Dhuha terbangun di tengah malam. Tenggorokannya kering, dan tubuhnya mulai terasa lebih baik. Demamnya telah mereda, meskipun rasa lemas masih tersisa. Ia bangkit perlahan dari tempat tidur dan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Ketika ia kembali ke kamar, ponselnya yang diletakkan di meja samping tempat tidur menyala, menandakan sebuah pesan masuk.Pesan itu dari Aini.> “Aku tertekan dengan pernikahanku. Rasanya seperti dihukum atas kesalahan yang bahkan nggak pernah aku lakukan.”Dhuha membaca pesan itu dengan hati berdebar. Ia langsung mengetik balasan.> “Kalau begitu, biar aku jemput kamu sekarang juga. Kita bisa bicara.”Tak butuh waktu lama, balasan dari Aini muncul.> “Besok saja, Dhuha. Malam ini aku nggak mau membuat masalah baru. Aku sudah terlalu lelah.”Dhuha menatap layar ponsel itu beberapa detik, lalu menarik napas panjang. Ia ingin segera menolong Aini, tetapi ia tahu wanita itu perlu waktu.“Baiklah,” balasnya akhirnya. “Besok aku tunggu kamu. Kapan dan
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

173. Di mana Aini?

"Ma, Mbak Aini kemana, ya? Saya belum pernah lihat dia di rumah sejak pindah ke sini," tanya Suci perlahan. Ia menatap ibu mertuanya, Bu Asma, yang sedang sibuk menyiapkan teh di meja dapur. Suci merasa perlu menanyakan hal ini karena meskipun ia istri kedua Alex, ia belum pernah bertemu langsung dengan istri pertama suaminya.Bu Asma mendesah pelan sebelum menjawab, "Biasanya Aini habis antar anak-anak ke sekolah, terus keluyuran entah ke mana. Dia jarang di rumah siang-siang begini.""Oh begitu," balas Suci, mencoba menyembunyikan rasa lega yang menggelayut di hatinya.Sejak ia resmi menikah siri dengan Alex dia minggu lalu, hidup Suci terasa seperti berjalan di atas bara. Perasaan bersalah terus menghantui, terlebih saat ia tahu harus tinggal seatap dengan keluarga Alex. Namun, yang mengejutkannya, Alex lebih sering tidur di kamarnya daripada di kamar Aini. Keadaan ini membuatnya bertanya-tanya, tapi ia memilih untuk tidak memperlihatkan kebingungannya di depan mertuanya."Intan sa
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

174. Malam Ini Kamu Tidur denganku, Ai!

Langit Jakarta mulai menggelap saat Dhuha memacu langkahnya menuju apartemen. Napasnya memburu, sebagian karena tergesa-gesa, sebagian lagi karena pikirannya yang terus bergulat. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya di kantor dan menerima pesan singkat dari mamanya dan telepon dari Aini. Kabar mamanya yang berkunjung ke apartemennya, tentu saja membuatnya syok. Apalagi sang Mama terang-terangan mengusir Aini. Ia tidak akan membiarkan wanita yang ia cintai, yang saat ini sedang tidak baik-baik saja, malah pergi darinya. Ketika pintu apartemen terbuka, aroma lavender dari diffuser menyambutnya, tapi tidak mampu mengurangi ketegangan di udara. Di ruang tamu, Bu Maria duduk di sofa, tubuhnya tegak dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya yang biasanya lembut kini murung, dengan tatapan tajam mengarah pada Dhuha.“Dhuha, kamu sudah benar-benar tidak mendengarkan Mama lagi, ya?” Suaranya dingin, langsung menusuk ke inti pembicaraan sebelum Dhuha sempat melepas sepatu.Dhuha menelan lud
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

175. Tante Itu Pelakor?

"Dhuha," suara itu menggema, lembut namun tegas, seperti angin musim semi yang membelai dedaunan."Dhuha, bangun!"Dhuha tersentak. Tubuhnya seolah terhempas kembali ke dunia nyata, seperti ada tangan tak terlihat yang mengguncangnya. Matanya terbuka perlahan, menyadari bahwa dia masih berada di ruang tamu, duduk di sofa dengan selimut kusut melilit kakinya.Di hadapannya berdiri Aini, wajahnya penuh tanda tanya. Rambutnya yang panjang digelung sederhana, mengenakan baju tidur berwarna pastel yang membuatnya terlihat lebih alami. Tatapan matanya yang lekat seakan menelusuri apa yang baru saja dialami Dhuha."Kamu mimpi apa sih? Sampai manggil-manggil namaku," tanya Aini sambil menyilangkan tangan di dada. Ia terlihat antara bingung dan geli.Dhuha tidak segera menjawab. Matanya memandangi Aini dari ujung kaki hingga ujung rambut, memastikan bahwa ini adalah realitas. Bukan lagi bayangan samar di dalam mimpinya. Ruangan di sekitarnya terasa begitu akrab, tetapi kenapa dalam benaknya ia
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

176. Nyonya Alex

Suci menatap Intan dan Izzam dari kejauhan, senyumnya terlukis penuh harapan. Ia sudah mencoba berbagai cara untuk menarik perhatian kedua anak itu sejak pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini, hampir sebulan yang lalu. Namun, Intan si bungsu dan Izzam si sulung terus saja mengabaikannya, seolah keberadaannya hanyalah bayangan yang tak perlu diperhatikan.Hari ini, Suci memasak camilan kesukaan Intan—roti cokelat isi keju—dan meletakkannya di atas meja ruang keluarga. "Intan, sini, coba roti buatan Tante," panggilnya dengan suara ceria.Intan melirik sekilas, lalu kembali ke layar tablet yang digenggamnya tanpa sepatah kata pun. Izzam, yang sedang membaca buku di pojok ruangan, hanya mendengus kecil.Suci tidak menyerah. "Kalian tahu nggak? Tante belajar bikin roti ini khusus buat kalian, loh. Kata papa, kalian suka banget makanan manis.""Kalau suka, mending buat Tante aja," gumam Izzam dengan nada ketus, tapi cukup jelas untuk membuat Suci terdiam sejenak."Kebanyakan makan man
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

177. Siapa Pria Ini, Mbak?

Suara hujan deras membangunkan Aini lebih pagi dari biasanya. Langit di luar jendela kamar masih gelap meskipun jam dinding menunjukkan pukul enam pagi. Gemuruh petir sesekali menggelegar, memecah keheningan. Ia menarik selimut yang menjuntai di lantai, melilitkannya ke tubuh untuk mengusir hawa dingin yang merayap masuk dari sela-sela jendela.Setelah beberapa saat mengumpulkan tenaga, Aini akhirnya bangkit dari tempat tidur. Langkahnya pelan menuju kame mandi. Sudah terlalu siang untuk solat subuh, tetapi akan lebih merugi jika ia melewatkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah solat, Aini kembali pada rutinitas pagi yang harus diselesaikan, terutama karena Dhuha dan ia menumpang pada mantannya itu yang tidak tahu akan sampai kapan. Ia menyalakan kompor dan mulai memotong bawang, menggoreng nasi dengan sisa lauk semalam. Aroma bawang yang wangi mulai memenuhi ruangan kecil itu, berpadu dengan suara gemericik hujan di luar. Di sisi lain dapur, teh manis yang hangat sedang
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

178. Laporan dari Suci

Langit sore memancarkan warna jingga keemasan saat Suci melangkahkan kakinya keluar dari mall. Beberapa kantong belanja berayun di tangannya, hasil dari perjalanan panjang mencari kebutuhan rumah dan beberapa barang untuk dirinya sendiri. Hari yang melelahkan, tapi ia senang karena mama mertuanya memberikan uang bulanan yang cukup banyak dan memintanya membeli beberapa stel pakaian bagus. Dengan langkah ringan, ia menuju area foodcourt karena ingin membelikan oleh-oleh baso Malang untuk sang Ibu mertua. Namun, perjalanannya terhenti ketika pandangannya tertuju pada dua sosok di sebuah restoran yang ada di dalam mall. Seorang wanita yang sangat dikenalnya sedang duduk bersama seorang pria. Wanita itu adalah Aini, istri pertama Alex, suaminya.Suci berdiri terpaku. Matanya tidak bisa lepas dari pemandangan tersebut. Aini terlihat anggun dalam balutan gaun sederhana. Di sampingnya, seorang pria muda dengan wajah tampan dan postur tinggi sedang tertawa ringan sambil menatapnya. Gestur m
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

179. Di kantor Polisi

Malam itu, langit gelap tanpa bintang. Hanya lampu-lampu jalan yang redup menjadi penerang di tengah sunyinya malam. Di dalam mobil mewahnya, Alex menggenggam setir dengan erat. Rahangnya mengeras, sementara napasnya memburu seperti amarah yang siap meledak kapan saja.“Sialan!” gumamnya penuh geram. Suara mesin mobil yang menderu-deru menenggelamkan kegundahan yang berputar di kepalanya. Ia tahu pasti bahwa Aini, istrinya, memilih pergi bersama Dhuha atas keinginannya sendiri. Namun, rasa marah dan cemburu membakar logikanya.Ia tidak menyangka bahwa Aini akan berbuat nekat di belakangnya. Sampai detik ini pun, ia masih sangat mencintai istri pertamanya itu. Menikahi Suci hanya karena terpaksa saja. “Aku tidak akan membiarkan mereka bahagia. Kalau perlu, Dhuha harus masuk penjara,” pikir Alex dengan penuh kebencian. Ia memutuskan untuk memutar cerita, membuat tuduhan palsu bahwa Dhuha telah menculik Aini. Dengan begitu, ia berharap polisi segera menangkap Dhuha dan memisahkannya dar
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status