Share

179. Di kantor Polisi

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 22:29:25

Malam itu, langit gelap tanpa bintang. Hanya lampu-lampu jalan yang redup menjadi penerang di tengah sunyinya malam. Di dalam mobil mewahnya, Alex menggenggam setir dengan erat. Rahangnya mengeras, sementara napasnya memburu seperti amarah yang siap meledak kapan saja.

“Sialan!” gumamnya penuh geram. Suara mesin mobil yang menderu-deru menenggelamkan kegundahan yang berputar di kepalanya. Ia tahu pasti bahwa Aini, istrinya, memilih pergi bersama Dhuha atas keinginannya sendiri. Namun, rasa marah dan cemburu membakar logikanya.

Ia tidak menyangka bahwa Aini akan berbuat nekat di belakangnya. Sampai detik ini pun, ia masih sangat mencintai istri pertamanya itu. Menikahi Suci hanya karena terpaksa saja.

“Aku tidak akan membiarkan mereka bahagia. Kalau perlu, Dhuha harus masuk penjara,” pikir Alex dengan penuh kebencian. Ia memutuskan untuk memutar cerita, membuat tuduhan palsu bahwa Dhuha telah menculik Aini. Dengan begitu, ia berharap polisi segera menangkap Dhuha dan memisahkannya dar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   180. Bertengkar Hebat

    Pagi itu, suasana rumah Alex terasa lebih sunyi dari biasanya. Suci hanya terdengar sibuk di dapur, menghangatkan bubur untuk Alex yang masih terbaring di kamar. Wajahnya lelah, tapi ia tetap melakukan apa yang menurutnya adalah kewajiban sebagai seorang istri. Meskipun berkali-kali Alex menyakitinya secara verbal. Di kamar, Alex perlahan membuka matanya. Kepala masih berat, sisa mabuk kemarin membuat tubuhnya terasa lunglai. Namun, pikirannya terus dihantui oleh bayangan Aini. Dhuha dan Aini. Dua nama itu seperti duri yang menusuk setiap kali terlintas di benaknya.Ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidur. Ada beberapa pesan tak terbaca dari mamanya yang dikirim semalam, tapi Alex mengabaikannya. Yang ia cari adalah perkembangan dari polisi tentang laporan yang ia buat tadi malam. Namun, belum ada kabar. Ia juga melewati pesan yang dikirim bosnya di kantor. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Suci masuk dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur hangat dan sege

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   181. Aini Sakit

    Langit malam yang pekat menyelimuti suasana di luar rumah sakit, sementara lampu-lampu neon menyala terang, menerangi lorong-lorong yang sepi namun terasa penuh beban. Rumah sakit itu sendiri, dengan aroma khas antiseptik yang memenuhi udara, menjadi saksi bisu dari berbagai kisah hidup—kelahiran, kesembuhan, kehilangan, dan harapan.Alex berjalan tergesa-gesa menuju kamar perawatan VIP. Langkah kakinya terdengar berat, mencerminkan hatinya yang penuh kebimbangan. Saat tiba di depan pintu kamar Suci, ia terdiam sejenak, menarik napas panjang sebelum membuka pintu.Di dalam, suasana hangat namun penuh ketegangan. Suci terbaring lemah di ranjang, wajahnya pucat namun tetap menampilkan keanggunan yang tak pudar. Di sebelahnya, Bu Asma duduk dengan senyum lebar yang tak dapat ia sembunyikan. Begitu melihat Alex, wajah Bu Asma berbinar."Alex, akhirnya kamu datang juga," ujar Bu Asma dengan nada penuh antusias. Ia segera berdiri dan menghampiri putranya. "Dokter baru saja pergi. Mereka bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   182. Nasib Pernikahan

    “Suci, apa kamu baik-baik saja?” suara Alex memecah keheningan di kamar perawatan VIP rumah sakit.Suci menoleh perlahan, matanya yang sembab karena lelah dan emosi menatap Alex tanpa banyak ekspresi. “Alhamdulillah Bapak sepertinya masih peduli pda saya. Oh, mungkin karena saya mengandung anak Bapak?” tanyanya pelan, tapi nadanya dingin.Alex menghela napas. Ia tahu Suci berhak marah, bahkan lebih dari itu. Ia terlalu sering membentaknya, meninggalkannya, bahkan membuatnya merasa tak berharga. Tapi saat ini, ada satu kenyataan yang tak bisa ia abaikan: Suci sedang mengandung anaknya.“Aku... aku hanya ingin tahu keadaanmu dan anak dalam perut kamu,” kata Alex dengan suara rendah.“Saya baik-baik saja. Mudah-mudahan janin ini pun sehat sampai nanti dilahirkan,” jawab Suci singkat. Ia lalu memalingkan wajah, menatap ke jendela lagi.Alex terdiam, mencari kata-kata yang tepat untuk meredakan ketegangan ini, tetapi semuanya terasa salah. Ia mendekat, duduk di kursi dekat ranjang Suci. “S

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   183. Sidang Pertama Gugatan Cerai

    "Ambil saja kembaliannya, Pak." "Wah, makasih Neng. Maaf, mau cerai ya?" Luna hanya tersenyum saat pengemudi ojek online itu bertanya. Lalu ia segera berjalan hendak pintu gerbang kantor pengadilan agama itu. Hujan rintik-rintik turun perlahan, menciptakan simfoni halus di atas payung-payung dan daun-daun yang basah. Di depan gedung pengadilan agama, Luna berdiri dengan tubuh gemetar. Bukan karena dingin, melainkan karena pikirannya yang penuh keraguan. Bukankah ini yang ia inginkan, berpisah dari Anton. Tapi kenapa semakin lama ia jauh dari pria yang masih menjadi suaminya itu, maka semakin hampa juga rasanya ia menjalani hidup. Langkahnya terasa berat saat ia memasuki gedung. Suara langkah kaki dan bisik-bisik pelan para pengunjung bercampur menjadi latar belakang yang membingungkan. Di salah satu deretan kursi, Anton duduk dengan tenang, mengenakan kemeja biru tua yang membuat kulit coklatnya tampak semakin bersinar. Rambutnya rapi, sedikit lebih panjang dari yang biasa Luna li

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   184. Kissing di Dapur

    Pagi itu, Luna berdiri di depan rumah sederhana yang pernah ia tinggali bersama Anton dan Aris. Hatinya dipenuhi keberanian yang ia sendiri tak tahu berasal dari mana. Ia mengetuk pintu, menggenggam tas kecil di tangannya, seolah kunjungannya kali ini adalah hal biasa.Amel membuka pintu dengan alis terangkat. Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang jelas. “Luna?” tanyanya, suaranya terdengar ragu. “Ada apa pagi-pagi ke sini?”Luna tersenyum tipis, meski ada ketegangan di wajahnya. “Aku ke sini karena ingin mengantar Aris sekolah hari ini.”Amel terdiam sejenak, memandang Luna dari ujung kepala hingga kaki. “Kamu yakin? Aris biasanya diantar Anton, kamu tahu itu, kan?” Amel menoleh ke bekalang. Sebelum Luna bisa menjawab, Anton muncul dari balik pintu, mengenakan kaos hitam polos dan celana jeans. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang sama dengan Amel: terkejut. “Luna? Kenapa kamu di sini?” kening pria itu mengerut dalam. “Aku ingin mengantar Aris sekolah,” ulang Luna dengan suara yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   185. Dicari Polisi

    "Jadi, Luna benar-benar kembali ke rumah Anton?" "Ya, begitulah."Suara Hakim terdengar berat, penuh dengan kekecewaan. Ia menatap wajah Dhuha yang sedang menyeduh kopi di dapur kecil apartemennya."Kok bisa?""Gue dengar langsung dari Amel tadi pagi," jawab Dhuha, menyerahkan cangkir kopi kepada sepupunya itu. "Lo tahu, gue nggak habis pikir. Apa yang ada di pikiran Luna? Anton itu jelas-jelas sedang dekat dengan Amel. Dan sekarang Luna kembali? Ini seperti menghidupkan bara api di tumpukan jerami."Hakim menghela napas panjang. "Gue jadi bingung sama status adek gue. Bagaimana juga Amel itu masih ting ting, Dhu. Sarjana lagi, S2, tapi perasaannya malah jatuh pada duda yang statusnya masih belum jelas juga.""Tepat sekali." Dhuha mengangguk sambil duduk di sofa. "Dan itulah masalahnya. Status itu penting, Hakim. Kalau hubungan mereka tidak sah di mata agama maupun negara, siapa yang akan menanggung akibatnya? Masalah seperti ini bukan cuma merugikan diri sendiri, tapi juga orang-ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   186. Maafkan Aku

    Aini duduk termenung di tepi tempat tidur, tatapannya kosong, tetapi hatinya penuh dengan luka yang membara. Kata-kata Suci tadi terus terngiang di benaknya: "Alex lebih sering bersamaku dan kami bergairah." Namun, itu belum seberapa dibandingkan fakta yang baru saja ia ketahui—Suci sedang hamil muda."Dia hamil," bisik Aini, suara kecilnya pecah dalam keheningan kamar. Air matanya mengalir deras. Selama ini, Alex selalu melarangnya hamil, dengan alasan mereka harus fokus mengurus Izzam dan Intan, anak-anak dari Diana dan suaminya terdahulu. Alex bahkan memaksanya terus mengonsumsi pil KB, seolah-olah ia hanya berfungsi sebagai istri tanpa hak untuk menjadi seorang ibu lagi. Padahal, maka mertuanya sering sekali mencecarnya kapan hamil anak Alex. Namun, jika ia harus KB, kenapa jalang itu tidak? Hati Aini semakin panas. Wanita itu bukan hanya hadir sebagai madu, tetapi kini membawa sesuatu yang selama ini tidak diizinkan Aini miliki lagi—kehamilan. Aini merasa diperlakukan tidak adil

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   187. Bukan Mandul

    Jam dinding di ruang tamu rumah Alex menunjukkan pukul tujuh malam. Ketukan di pintu pagar terdengar tiga kali, disusul suara lembut dari luar."Alex, ini Ibu," ujar suara itu, penuh kehangatan.Suci yang sedang duduk di ruang tamu segera bangkit dan membuka pintu. Di depan pintu berdiri Bu Sukma, mertuanya dengan tas belanja di tangan. Wajahnya tampak sedikit lelah, tetapi senyumnya tetap ramah."Mama?" Suci bergegas membukakan pintu pagar. Wanita itu memang tengah menunggu suaminya pulang kerja, sehingga memilih duduk di ruang tamu, tanpa menutup pintu rumah dengan rapat. "Ada apa, Ma, malam-malam begini datang?" tanya Suci sedikit terkejut."Ada sesuatu yang ingin Mama buat. Mana Alex?" tanyanya sambil melangkah masuk."Belum pulang, Ma. Biasa sampai rumah jam sembilan malam." Bu Sukma mengangguk. "Mama bawa apa? Sepertinya baunya sedap." Suci tak sabar melihat bawaan sang Mertua. Hatinya berbunga-bunga karena bahagia punya mertua baik dan perhatian, padahal ia hanya istri kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   234. Jagain Jodoh Orang

    Hari-hari berlalu, dan ketegangan di panti asuhan semakin terasa. Diana semakin sering menunjukkan sikap tidak peduli terhadap anak-anak panti. Ia juga semakin terang-terangan memperhatikan Rio, meskipun pria itu selalu menjaga jarak. Diana terlihat cari perhatian saat di depan Rio. Ia akan bersikap manis pada anak-anak jika Rio ada di sana, tapi ketika Rio tidak ada, Diana kembali acuh. Aini menyaksikan semua itu dengan perasaan campur aduk. Di tengah kehidupannya yang sudah penuh tekanan, ia tetap berusaha menjalani hari-harinya di dapur dan merawat anak-anak dengan sepenuh hati. Meski kehadiran Rio membawa sedikit ketenangan, ia tahu bahwa situasinya tidak akan bertahan lama tanpa adanya perubahan besar."Besok saya sudah mulai bekerja, Ai," kata Rio saat menghampiri Aini yang tengah menyiram tanaman. "Oh, ya, Mas, Alhamdulillah. Kerjaan Mas yang lama bagaimana? Apa maksudnya Mas kembali kerja di luar negeri gitu?" Rio menggeleng. "Di sini, mungkin naik motor sekitar empat pulu

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   233. Suami Goib

    Ganteng, tinggi, putih, baik, murah senyum, siapa yang gak suka melihat pemandangan pria seperti itu? Diana berdiri di balkon lantai dua, memandang ke halaman panti tempat Rio sedang bermain bola dengan anak-anak. Ia tidak bisa memungkiri, ada sesuatu pada pria itu yang menarik perhatiannya. Wajah tampannya, sikap tegasnya, dan bagaimana ia memperhatikan anak-anak membuat Diana semakin sulit mengalihkan pikirannya.Berbeda sekali dengan suaminya yang memang cukup ramah pada anak-anak panti, tapi gesturnya tidak seluwes Rio. “Aku tidak mengerti kenapa dia selalu mempermasalahkanku,” gumam Diana sambil memandangi Rio yang tertawa bersama anak-anak.Meskipun Rio sering menegurnya karena ketidakpeduliannya terhadap panti, Diana tidak pernah benar-benar merasa terganggu. Sebaliknya, ia justru menikmati setiap interaksi mereka, bahkan yang penuh ketegangan sekalipun.Kenapa sampai sekarang, pria itu belum menikah? Sepertinya wanita manapun yang ia tunjuk jadi istri, pasti akan langsung se

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   232. Tak Berkutik

    Keesokan paginya, Rio memutuskan untuk mulai menyelidiki laporan keuangan panti yang baru dikirim oleh Diana. Ia tahu bahwa masalah terbesar yang disampaikan ibunya adalah mengenai kebutuhan anak-anak panti yang tidak terpenuhi. Hal ini hanya bisa dijelaskan jika ia menemukan sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan dana panti yang semuanya diatur oleh Diana. Rio langsung menuju ruang kantor yang biasa digunakan oleh Diana. Ia menemukan meja yang penuh dengan tumpukan kertas, dokumen, dan beberapa map yang terlihat acak-acakan. Saat membuka laci, ia menemukan sebuah buku besar yang tampaknya menjadi catatan keuangan utama panti.Ia membawa buku itu ke ruang tamu dan mulai memeriksa halaman demi halaman. Di situ, tercatat pemasukan dari donatur tetap, sumbangan insidental, serta beberapa pengeluaran utama seperti makanan, pakaian, dan biaya operasional. Namun, semakin lama ia membaca, semakin banyak hal yang mencurigakan.Rio memusatkan perhatiannya pada kolom pengeluaran. Di sana

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   231. Kedatangan Rio

    Pagi itu, suasana di panti yatim piatu milik Nara sedikit lebih riuh dari biasanya. Anak-anak berlarian ke halaman, saling bersahutan dengan suara ceria. Mereka jarang terlihat seantusias ini. Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depan gerbang panti, dan seorang pria bertubuh tinggi, berkulit cerah, serta berpenampilan rapi keluar dari kendaraan itu.Pria itu adalah kakak sulung Erwin yang telah menetap di luar negeri selama beberapa tahun terakhir. Meskipun jarang pulang, Rio selalu mengirimkan kabar dan sumbangan untuk membantu panti. Namun kali ini, ia datang karena ingin melihat kondisi ibunya. “Om Rio!” teriak salah satu anak kecil sambil berlari ke arahnya.Rio tersenyum hangat, menunduk untuk mengangkat bocah itu ke pelukannya. “Hei, Nia, kamu makin besar ya!” ucapnya dengan tawa ringan."Udah, dong, Om Rio juga udah besar." Rio tertawa. "Bukan sudah besar, Nia, tapi sudah tua." Rio pum tertawa. Anak-anak yang lain mengikuti gerakan Nia yang mencium punggung tangan Rio.

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   230. Diana yang Licik

    Tiga tahun kemudian…Aini berdiri di dapur, mengaduk panci besar berisi bubur yang ia siapkan untuk makan siang anak-anak panti. Asap mengepul, memenuhi ruangan kecil itu dengan aroma sederhana. Meski lelah, ia tetap memastikan makanan itu matang sempurna. Namun, hatinya terasa berat. Ia tahu bubur itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.Tiga tahun yang lalu, ia masih disibukkan dengan agenda kursus anak-anak panti dan juga berhubungan dengan donatur, meskipun ia bukan orang sekolahan. Namun, kini ia hanya bisa berdiri di depan kompor dan mesin cuci. “Aini, jangan terlalu banyak pakai susu,” suara Diana terdengar dari ambang pintu. Perempuan itu berdiri dengan tangan terlipat, matanya mengawasi setiap gerakan Aini.Aini menoleh, mencoba menahan perasaan kesal yang muncul. “Kalau susu tidak cukup, anak-anak akan semakin kekurangan gizi. Anak-anak terlihat kurus, Kak. Sudah ada donatur yang berkomentar."“Jangan berlagak tahu segalanya,” Diana memotong tajam. “Aku

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   229. Kamu Salah Orang!

    Diana duduk di sofa ruang keluarga, menatap Erwin dengan mata penuh amarah. Tangannya yang kurus mengepal erat di atas meja, napasnya pendek-pendek."Berapa lama lagi aku harus bersabar, Mas?" tanyanya dingin. "Kamu bilang pernikahan ini hanya formalitas, tapi lihat apa yang terjadi. Dia masih di sini, menjalani hidup seperti istrimu yang sah. Ibumu juga sangat membelanya." Diana melipat kedua tangannya di dada. Erwin mendesah panjang, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sayang, aku sudah bilang, ini tidak semudah itu. Sabar sedikit lagi ya.""Tidak semudah itu?" Diana mencemooh, matanya menyala. "Kalau memang hanya formalitas, kenapa kamu tidak bisa mengusirnya? Apa kamu lupa? Dia hanya istri kedua yang bahkan tidak pantas ada di sini!"Erwin memijat pelipisnya, mencoba menahan kesabarannya yang mulai terkikis. "Diana, aku tidak bisa begitu saja menyuruhnya pergi. Kamu tahu bagaimana ibu memandang Aini. Dia menganggap Aini seperti anak sendiri. Kalau aku tiba-tiba menceraikannya atau

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   228. Salah Sendiri

    "Kak Diana! Apa yang terjadi?!" Aini segera berlutut, mencoba membantu Diana duduk. Wanita itu msih terus memegang perutnya. Aini pun ikut gemetar dan takut. Keringat tiba-tiba membanjiri kening dan lehernya. Diana tidak menjawab. Ia hanya menangis, mengerang, dan mencengkeram tangan Aini dengan kuat. "Tolong... perutku sakit... darah...!"Tanpa berpikir panjang, Aini memanggil Pak Zainal penjaga panti untuk membantu mengangkat Diana ke mobil. Dengan tangan gemetar, Pak Zainal menyetir secepat mungkin menuju rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan, Diana terus merintih kesakitan, suaranya memecah keheningan malam."Aku tidak mau kehilangan dia!" isak Diana, matanya berlinang air mata."Sabar, Kak. Kita hampir sampai," jawab Aini, meski hatinya berdegup kencang. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi, namun rasa paniknya tak bisa ia kendalikan."Kalian terlalu lama, aku takut... Aarg!""I-iya, Mbak, sedikit lagi sampai. Maaf, ini tumben macet sekali," tambah pak Zainal. Sesampainya di ru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   227. Nyonya Rumah

    Hari-hari di Panti Asuhan Cahaya Kasih menjadi jauh lebih sunyi bagi Aini. Setelah percakapan terakhir dengan Erwin, ia terpaksa menerima kenyataan pahit: ia tetap menjadi istri Erwin, namun harus berbagi peran dengan Diana, wanita yang begitu jelas tak menginginkannya ada.Keputusan itu bukan pilihan yang Aini buat dengan hati ringan, melainkan pengorbanan demi menghormati Nara, sosok yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.Namun, hidup sebagai istri kedua sama sekali tidak mudah. Erwin semakin jarang bicara dengannya, dan jika pun mereka berbicara, nada suara pria itu dingin dan sering kali terdengar seperti perintah. Diana, di sisi lain, dengan terang-terangan memandang Aini sebagai ancaman.Suatu pagi, Aini sedang sibuk menyusun berkas administrasi yayasan di ruang kerja kecil di lantai dua. Diana tiba-tiba masuk tanpa mengetuk, membawa tumpukan pakaian di tangannya."Aini!" panggil Diana dengan nada tinggi.Aini menoleh cepat, berdiri dari kursinya. "Ada apa, Kak Diana?""Pakai

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   226. Kedatangan Istri Tua

    Pagi pertama setelah pernikahan, Aini bangun dengan mata yang masih sembab akibat tangis semalam. Kamar itu terasa sunyi, dan ia mendapati tempat tidur di sampingnya kosong. Erwin sudah bangun lebih dulu, atau mungkin ia memang tak pernah tidur di sana.Aini menatap cermin di depan meja rias. Wajahnya tampak lelah, namun ia berusaha menguatkan diri. Ia tahu, hidupnya kini sudah berubah, meski tak sesuai dengan harapannya.Di ruang makan, Nara sudah menunggu dengan senyum hangat. Wanita tua itu tampak lebih bersemangat daripada biasanya, mungkin karena merasa salah satu keinginannya telah terpenuhi."Aini, bagaimana malam pertamamu?" tanya Nara dengan nada bercanda, membuat Aini tersipu."Baik, Bu," jawab Aini sambil tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan luka di hatinya. Tidak ada apapun yang terjadi semalam. Jangankan menyentuh, melihat dirinya saja, Erwin enggan. Tak lama kemudian, Erwin muncul dari arah pintu belakang. Ia mengenakan kemeja putih yang dilipat hingga siku, rambutn

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status