"Jangan membawa pria lain dalam urusan rumah tangga kita, Mark!" suara Viona menggema di dalam kamar itu, tegas dan penuh ketegasan, meskipun di dalam hatinya, ada rasa takut yang menggelayut, takut akan kenyataan yang harus ia hadapi, takut akan keputusan yang harus ia buat.Mark hanya menyunggingkan senyum, senyum yang tidak mengandung kebahagiaan, melainkan sinisme yang terbungkus dalam selubung kepalsuan."Lantas, apa lagi yang ingin kau bahas, huh?" balas Mark dengan nada yang tak kalah dingin, matanya yang gelap menatap Viona seolah menantangnya untuk melanjutkan.Viona menarik napasnya dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kekuatan dari dalam dirinya, menatap wajah pria yang selama ini menjadi suaminya, namun bukan sebagai suami yang penuh kasih, melainkan sebagai pria yang telah menghancurkan harapannya."Sudah kukatakan berulang kali padamu. Aku ingin bercerai denganmu agar kau bebas bisa bersama dengan kekasihmu—" kata-kata Viona terputus oleh teriakan Mark yang meledak-ledak, p
Read more