Semua Bab Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!: Bab 51 - Bab 60

118 Bab

Bab 51: Tak ada Jalan untuk Kembali

Mark berdiri membeku, tubuhnya terasa kaku seolah waktu berhenti di sekelilingnya. Tatapannya tak beranjak dari sosok Viona, yang balas menatapnya dengan mata penuh luka.Cahaya di matanya tampak pudar, dan di balik ekspresi nanar itu, Mark tahu betul bahwa hatinya tak lagi sama. Hatinya, yang dulu begitu ceria dan penuh cinta untuknya, kini telah tergores terlalu dalam.“Mark?” Suara Stella yang lembut namun penuh tuntutan menyadarkannya dari lamunan. "Kau ke sini untuk menemuiku, kan? Kenapa wajahmu terlihat tidak senang seperti itu?” tanyanya dengan nada manja, membuat Mark sadar akan kehadirannya di sisinya.Mark menoleh ke arah Stella, namun perhatiannya tidak sepenuhnya terfokus pada wanita itu. Viona sudah berbalik, tak ingin berlama-lama melihat Mark yang selalu ada untuk Stella, tetapi tak pernah ada untuknya.Keputusasaan dan rasa sakit yang menggantung di udara semakin berat. Tanpa berkata sepatah kata pun, Viona melangkah pergi, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-20
Baca selengkapnya

Bab 52: Keputusanku sudah Bulat

Viona duduk di bangku panjang rumah sakit, memandang kosong ke arah jus tomat yang baru saja ia pesan.Tangan kanannya memegang gelas plastik tersebut, sementara jemari kirinya meremas sudut jaketnya, seolah mencari kenyamanan di tengah keraguan yang menyelimuti hatinya.Ia menarik napas panjang, lalu perlahan menyesap jus itu, dingin dan asam, tapi tidak cukup untuk menenangkan kegelisahan yang mengendap di benaknya.“Sudah ketahuan pun masih tetap mengelak,” gumamnya, lirih namun penuh kepahitan. Tatapannya tertuju pada lantai, seolah mencoba mencari jawaban yang tak pernah ada di sana.“Apa yang ada di pikiranmu, Mark? Aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau masih bertahan dengan rumah tangga yang jelas-jelas tidak membuatmu bahagia.”Viona menggelengkan kepalanya, tak kuasa menahan senyum getir yang merekah di bibirnya.Mark, pria yang ia pikir bisa memberikan kebahagiaan dalam hidupnya, ternyata lebih mirip bayangan samar—tak pernah benar-benar hadir untuknya, tak pernah benar-
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 53: Menghantam Dada Mark

Di ruang rawat yang hening, hanya deru mesin infus dan suara halus perawat yang sesekali berbisik, menambah atmosfer kesunyian yang berat.Ruangan itu dipenuhi cahaya redup dari jendela kecil, di mana sinar matahari senja mencoba menembus tirai tipis, menyorot wajah lelah Maria yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit.Matanya sayu, namun masih terselip kilau ketabahan yang tak pudar. Di balik kelopak mata yang hampir terpejam, Maria menoleh pelan ketika pintu kamar terbuka perlahan.Mark masuk dengan langkah berat, seolah setiap langkahnya membawa beban yang tak terlihat. Perawat mempersilakannya untuk mendekat, lalu dengan cepat berlalu, meninggalkan mereka dalam percakapan yang tak terelakkan.Mark berhenti di sisi ranjang, menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan kekuatan sebelum akhirnya menatap wajah mertuanya.Sebuah senyum tipis terulas di bibir Maria, seakan mencoba menghapus kekhawatiran yang terlihat jelas di wajah menantunya. Mark membalas senyum itu, meski di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 54: Pertanyaan dari Maria

Saat matahari mulai meredup, sinarnya yang hangat merembes perlahan ke dalam ruang rawat yang sepi, memberikan suasana yang tenang dan melankolis.Viona membuka pintu kamar rumah sakit dengan pelan, langkahnya tertata rapi, namun ada ketegangan yang sulit disembunyikan.Pandangannya langsung tertuju pada ibunya, Maria, yang berbaring di atas ranjang dengan wajah lelah, meski tetap memancarkan ketabahan seorang wanita yang telah melewati banyak badai kehidupan.Viona duduk di kursi di sebelah ranjang, namun alisnya mengernyit saat merasakan kehangatan yang aneh pada kursi itu.“Apakah ada yang masuk ke sini, Ibu?” tanya Viona dengan suara datar, mencoba menutupi rasa penasaran yang sebenarnya meluap di dalam dirinya.Maria mengangguk pelan, senyumnya tipis namun jelas terbaca di wajahnya yang menua. “Suamimu datang kemari,” jawab Maria, suaranya tenang namun ada kehangatan yang tak bisa disembunyikan.Viona mengangkat alisnya, tidak terlalu terkejut, tapi ada sedikit ketidaksenangan ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 55: Tidak Membutuhkan itu Semua!

Pertanyaan itu menghantam Viona seperti petir di siang bolong. Jari-jarinya yang tengah memegang buah jeruk berhenti bergerak, tatapannya terdiam, seolah-olah seluruh dunianya mendadak hening.Selama ini, dia telah berusaha mengubur semua perasaan tentang Mark, tentang cinta yang mungkin pernah ada di antara mereka. Namun, pertanyaan ibunya mengangkat kembali semua perasaan itu ke permukaan.Viona menatap ibunya dalam-dalam, seolah-olah mencari jawaban yang bahkan dia sendiri tidak tahu.Ada kegetiran di dalam hatinya, ada luka yang belum sepenuhnya sembuh. Dia telah membangun tembok yang tinggi di sekeliling hatinya, dan pertanyaan Maria terasa seperti palu yang mencoba meruntuhkan tembok itu.“Cinta?” Viona akhirnya berbisik, suaranya hampir tidak terdengar. Ada kepahitan dalam kata itu, seolah-olah cinta adalah sesuatu yang asing dan jauh baginya sekarang. “Apa gunanya cinta, Ibu, jika selama bertahun-tahun yang kurasakan hanya kesepian?”Maria terdiam, hatinya perih mendengar kata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 56: Tidak Baik Pulang Sendirian

Langit malam menggantung gelap di atas kota, diselingi gemerlap cahaya lampu jalan yang berpendar di kejauhan. Viona melangkah ringan menuju pintu masuk café, senyum kecil menghiasi bibirnya saat ia menata rambut yang sedikit berantakan oleh angin malam.Suara riuh pengunjung yang bercengkerama di dalam café menyambutnya, membawa kehangatan tersendiri yang sudah lama ia kenal.Di sinilah ia bekerja setiap malam, menghibur pengunjung dengan suara merdunya, membawakan lagu-lagu yang seolah menjadi pelipur lara bagi mereka yang ingin sejenak melupakan hiruk-pikuk kehidupan.Setelah bertegur sapa dengan beberapa karyawan café, Viona melangkah ke atas panggung kecil di sudut ruangan, tempat ia biasa menyanyi.Ia merapikan mikrofon yang sedikit miring, lalu menarik napas panjang sebelum mulai membawakan lagu pertamanya malam itu.Suaranya mengalun lembut, merdu, dan penuh emosi, seakan ia berbicara langsung kepada hati setiap orang yang mendengarkannya.Malam semakin larut, dan pengunjung c
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-24
Baca selengkapnya

Bab 57: Tidak punya Malu

Setelah tiga puluh menit perjalanan dalam kebisuan yang canggung, Mike menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah sakit. Ia berbalik menatap Viona yang tampak gelisah di kursi penumpang.“Terima kasih, Mike. Dan maaf sudah merepotkanmu. Seharusnya kau tidak perlu mendengarkan apa kata Ronald tadi,” Viona berkata dengan suara pelan, hampir berbisik, menundukkan wajahnya agar tak perlu menatap mata Mike yang tajam namun lembut.Mike tersenyum samar, memiringkan kepalanya sedikit. “Tidak masalah, Viona. Aku mengerti, keadaan sedang sulit bagimu. Tapi maaf, aku tidak bisa mengantarmu ke dalam. Aku ada urusan.”Ia berbicara dengan tenang, namun ada nada sayang yang tersembunyi di balik setiap kata-katanya, sesuatu yang tak pernah berani ia ungkapkan secara langsung.Viona mengangguk cepat, berusaha menutupi kecanggungan yang semakin menguasainya. “Sudah mengantarku sampai gerbang pun aku sudah sangat berterima kasih, Mike. Kalau begitu, aku pamit. Selamat malam, Mike.”“Selamat mal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-25
Baca selengkapnya

Bab 58: Justru Mark yang Sangat Egois

Pagi itu, matahari sudah tinggi di langit, sinarnya yang cerah membanjiri gedung-gedung tinggi dengan warna keemasan yang hangat.Namun, di dalam ruang kantor yang dingin dan steril, suasana terasa gelap dan tegang.Jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi ketika Mark membuka pintu kantornya dengan langkah tergesa-gesa, wajahnya kusut dan lelah seolah malam tak memberinya kesempatan untuk beristirahat.Baru saja ia meletakkan tas kerjanya di atas meja, Ben, asisten setianya, langsung menghampiri dengan ekspresi gelisah yang sulit disembunyikan.Ia tahu, berita yang akan disampaikannya mungkin akan memicu badai. Namun, tidak ada jalan lain selain menyampaikannya dengan jujur.“Selamat pagi, Tuan,” Ben membuka pembicaraan dengan suara yang terdengar berat. “Saya hanya ingin menyampaikan jika hari ini Nona Viona akan mengajukan surat perceraian ke pengadilan.”Wajah Mark seketika memucat. Ia mendongak dengan cepat, matanya menatap Ben dengan keterkejutan yang jelas.“Apa? Kenapa kau ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-25
Baca selengkapnya

Bab 59: Tidak ada yang Salah dengan Perasaanmu

Mark menatap Viona dengan tatapan tajam, matanya penuh amarah yang membara seolah mengharapkan satu kata penjelasan yang bisa menenangkan hatinya.Tetapi Viona tetap pada pendiriannya, wajahnya dingin, seperti lautan yang tenang sebelum badai datang.“Apa yang ingin kau jelaskan, Mark?” Viona bertanya, suaranya pelan namun penuh dengan penekanan.“Kau tidak kalah, kau hanya ingin aku tunduk padamu. Sementara aku... aku merasa kau tak pernah sekalipun berusaha mengerti apa yang kurasakan.”Viona menggeleng perlahan, ekspresi wajahnya antara kecewa dan lelah. Rasanya ia sudah tak punya energi lagi untuk bertarung dengan pria yang selama ini menyakiti hatinya, tapi tetap berusaha memaksakan kehendaknya.“Aku tidak peduli, Viona. Aku tidak akan membiarkanmu melayangkan gugatan cerai itu,” ucap Mark dengan suara datar, matanya menatap Viona tanpa henti, seolah mencari celah dalam keteguhannya.“Lalu apa maumu?” Viona menantang, menatap balik tanpa rasa takut.“Kalau begitu kau saja yang me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-26
Baca selengkapnya

Bab 60: Ingin Mendengar Alasannya

Mark kembali ke kantornya dengan hati yang penuh sesak, pikirannya kacau oleh ucapan Viona yang terus mengusik pikirannya seperti gema yang tak kunjung pudar.Kepalanya berdenyut, dan jemarinya bergerak memijat keningnya seolah itu bisa menghilangkan beban yang menindih.“Tak bisakah kau mendengarkan penjelasanku, Viona?” gumamnya lirih, suara itu merayap dalam kehampaan ruang kantornya.“Apakah terlalu dalam, luka yang kuberikan padamu? Sedalam apa?” Kalimat itu terdengar getir, penuh penyesalan yang terpendam dalam diam.Ia menghela napas panjang, menatap kosong ke luar jendela, mencoba memahami betapa dalam jurang yang telah ia gali antara dirinya dan wanita yang dulu ia cintai dengan segenap hati.Dering ponselnya memecah keheningan itu. Perlahan ia mengalihkan pandangannya ke layar ponsel, melihat nama yang tertera di sana — Stella.Mata Mark berubah dingin. Ia menekan tombol untuk menolak panggilan, lalu tanpa ragu, memblokir nomor itu, membiarkan pesan terakhirnya bergema di ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status