Semua Bab Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!: Bab 71 - Bab 80

118 Bab

Bab 71: Dimulai dari Awal

Setelah tiba di kamar, Viona segera menghubungi ibunya, Maria. Tak lama, suara hangat Maria terdengar, membangkitkan perasaan yang selalu membawa ketenangan dalam hati Viona.“Halo, Ibu. Apa Ibu masih di rumah sakit? Aku akan segera ke sana karena hari ini Ibu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter,” ucap Viona dengan nada lembut, berusaha menunjukkan rasa perhatiannya meski hatinya sedang berdebar tak menentu.Maria tertawa kecil, seperti menyimpan sesuatu dalam nada suaranya. “Kau sedang di rumah Mark, bukan? Sudah, jangan menjemputku. Aku sudah ditemani oleh Ben di sini, Viona.”“Huh? Ben?” Viona terperanjat. Kebingungannya tergambar jelas di wajahnya. "Kenapa dia ada di sana?” Pertanyaan itu seolah keluar dengan sendirinya, terbungkus rasa penasaran yang tiba-tiba menyergap.“Tentu saja karena suamimu yang menyuruh Ben datang kemari, Viona,” jawab Maria dengan nada menggoda. “Sudah ya, jangan menghubungiku lagi. Sebaiknya habiskan waktumu dengan Mark.”Viona menelan ludahnya, meras
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-31
Baca selengkapnya

Bab 72: Masih Adakah...

Viona mengangkat wajahnya, menatap Mark dengan mata yang tak menyembunyikan keterkejutan dan keheranan. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Mark adalah sesuatu yang tak pernah ia duga.Empat tahun mereka bersama, empat tahun penuh diam dan jarak yang dingin, namun kini... permohonan itu begitu meluluhlantakkan hatinya, sekaligus membangkitkan gelombang amarah yang sudah lama ia pendam.“Aku bisa melakukan apa saja yang kau inginkan, asal kau mengurungkan niatmu untuk berpisah denganku, Viona,” ucap Mark dengan nada pelan namun tegas, seakan menahan bebannya sendiri. Ada kekalahan dalam suaranya, sebuah keberserahan yang asing bagi pria sekeras dirinya.Viona mengerutkan kening, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja ia dengar. “Apa yang membuatmu seperti ini, Mark? Apa yang ayahmu katakan hingga tiba-tiba kau bersikap aneh seperti ini?” nada suaranya terdengar sedikit getir, penuh pertanyaan yang berkelindan di dalam kepalanya.Mark menarik napas panjang, sorot matanya red
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-31
Baca selengkapnya

Bab 73: Dibutakan oleh Wanita Lain

Viona menatap dalam-dalam ke arah Mark, mencoba mencari secercah ketulusan di balik sikap dingin dan rahasia yang ia tutupi dengan begitu rapi, seakan perasaan hanyalah permainan tanpa akhir.Keheningan di antara mereka terasa berat, seolah setiap kata yang ingin terucap bergantung pada udara yang semakin tipis. Di dalamnya, tersembunyi kata-kata yang berbalut luka, tetapi tetap bertahan dalam kepingan rasa yang tersisa di antara mereka.Ia menarik napas dalam, mempersiapkan hatinya yang terluka, namun masih juga tak ingin runtuh sepenuhnya di depan Mark. “Memangnya kau tahu, aku mencintaimu?” tanyanya dengan nada yang bergetar, seakan pertanyaan itu adalah tameng yang ia gunakan untuk melindungi perasaannya yang retak.Mark melepaskan genggamannya, bibirnya terkatup rapat, namun akhirnya jawaban itu keluar dengan nada sedingin es yang menusuk.“Tentu saja aku tahu.” Suaranya dingin, tapi ada sorot di matanya yang tak bisa ia sembunyikan, seakan kata-kata itu adalah sebuah pengakuan ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-01
Baca selengkapnya

Bab 74: Mendapat Dukungan dari Mertua

Mark memejamkan matanya, menarik napas dalam yang seolah mengemban beban tak terlihat, sebuah kesadaran yang baru muncul dalam dirinya.“Maafkan aku,” gumamnya, nadanya pelan, namun penuh beban dari semua kesalahan yang ia simpan selama ini.Viona terpaku, menatapnya dengan mata yang sedikit membesar, sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar.Mark, pria dingin yang tak pernah merunduk, pria arogan yang selalu menutupi kelemahannya dengan benteng kesombongan, kini berdiri di hadapannya, meminta maaf dengan ketulusan yang tak pernah ia lihat selama ini.“Untuk apa meminta maaf?” Suaranya sedikit bergetar, tak tahu apakah ini nyata atau hanya permainan kata.Mark menatapnya dalam, tatapan yang terasa menusuk hati Viona, seolah menyentuh bagian terdalam yang selama ini ia tutupi dengan kebencian dan kekecewaan.“Karena aku ingin memperbaiki semuanya. Sudahi membenciku, Viona. Aku ingin kau mencintaiku seperti dulu, tanpa ragu, tanpa luka.”Viona terdiam, hatinya berdebar mendengar ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-01
Baca selengkapnya

Bab 75: Sudah menjadi Orang Jahat

Mark memalingkan wajahnya, menatap ayahnya dengan sorot mata yang dalam, dingin, dan penuh perlawanan yang terpendam lama. Bibirnya bergetar sejenak sebelum melontarkan kata-kata yang tertahan oleh luka masa lalu.“Kau boleh memarahiku, mencaciku sepuasmu. Tapi tidak dengan meminta Viona menceraikanku. Kau tidak memiliki hak atas itu, Ayah!” Nada suaranya terdengar tegas, namun ada getaran samar—seperti gunung es yang hampir retak.Alex menatap anaknya, bola matanya nyaris seperti cermin yang tak memantulkan apapun kecuali kekosongan. “Kalau begitu, sama saja kau menyiksa anak orang, Mark. Jangan egois. Viona juga butuh cinta, butuh kebahagiaan.”Mark tak bergeming, dadanya terangkat oleh emosi yang seolah membara dalam setiap nadinya. “Dan yang akan memberikan kebahagiaan itu adalah aku!” suaranya menggema, membuat ruang di antara mereka terasa sesak, seakan tak ada udara tersisa.Di sebelahnya, Viona hanya mampu menatap Mark dalam diam, terguncang oleh ketulusan yang jarang ia dengar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-02
Baca selengkapnya

Bab 76: Sisi Lain Mark

Waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Di kamar yang sunyi, hanya ada napas Mark yang teratur dan tenang, masih terlelap dalam tidurnya sejak pukul empat sore tadi.Cahaya lampu malam yang redup memantulkan bayangannya, membuat wajahnya tampak lebih lembut, bebas dari garis-garis ketegangan yang biasa menghiasi raut wajahnya.Viona berdiri di samping pintu, menatapnya sejenak. Ia menggigit bibirnya, bergumul dengan keraguan yang masih menyelinap di hatinya."Hh! Sepertinya dia tidak akan bangun sampai pagi nanti,” gumamnya pelan, matanya beralih ke arah tas yang sudah siap di tangan kirinya.“Sebaiknya aku pergi saja. Mark tidak akan tahu aku masih bernyanyi di kafe Mike.” Ia berbisik pada dirinya sendiri, menguatkan hatinya.Meski Mark telah melarangnya bekerja, ia tahu, dalam bernyanyi, jiwanya merasa hidup—suara dan melodi adalah pelarian dari beban yang tak terucap.Lima belas menit kemudian, Viona tiba di café, menyusuri lorong-lorong tempat yang sudah akrab baginya.Aroma kop
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-02
Baca selengkapnya

Bab 77: Sikapnya Semakin Aneh

Saat mereka tiba di rumah, suasana di antara mereka terasa tegang namun penuh kehangatan samar yang sulit dijelaskan.Viona, dengan langkah tergesa, segera menuju dapur, seolah berusaha menutupi kebingungannya.Malam ini terasa begitu aneh—Mark, yang biasanya dingin dan tak acuh, kini memintanya makan malam bersama, sebuah permintaan yang jarang, bahkan nyaris tak pernah ia dengar."Mark?" panggil Viona, matanya menyiratkan keheranan. "Pelayan sudah menyiapkan makanan di atas meja, dan kau malah menemuiku di restoran?"Mark mengangkat alisnya dengan ekspresi yang tak terbaca, senyuman tipis di sudut bibirnya yang jarang ia tunjukkan. "Aku tidak bilang kalau pelayan tidak memasak," jawabnya dengan nada santai namun penuh ketegasan."Aku hanya bilang… aku ingin makan malam denganmu." Dalam ucapannya, ada sesuatu yang menuntut perhatian, seolah ia ingin Viona memahami bahwa malam ini berbeda.Viona menghela napas, ada kehangatan yang menyelinap ke dalam hatinya, meski ia tak mau mengakuin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-03
Baca selengkapnya

Bab 78: Morning in Love

Pagi masih berembun ketika jarum jam sudah menunjuk angka tujuh, dan sinar matahari pagi yang hangat menembus jendela kamar mereka.Viona membuka matanya terlebih dahulu, masih bisa merasakan beratnya lengan Mark yang melingkar erat di perutnya, seolah ia tak akan pernah membiarkannya pergi.Wajahnya yang damai dalam tidur membuat hati Viona berdesir, ada kelembutan yang jarang ia lihat dari sosok pria yang biasanya keras dan penuh amarah ini.“Seperti baru kali ini bisa tidur nyenyak,” gumamnya pelan, hampir takut membangunkan Mark dari mimpinya yang tampak damai.Dengan perlahan dan penuh hati-hati, ia mencoba melepaskan tangan Mark, yang terasa berat dan penuh kekuatan di pinggangnya."Berat sekali," keluhnya dengan senyum kecil, lalu beranjak turun dari tempat tidur.Langkahnya mengarah ke kamar mandi, pikirannya sudah terpaku pada rutinitas pagi yang harus ia jalani—menyiapkan sarapan untuk Mark, sesuatu yang, entah mengapa, sekarang terasa lebih berarti dari sebelumnya."Dia past
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-03
Baca selengkapnya

Bab 79: Telah Hadir

Mark dan Viona duduk dalam keheningan yang berat di ruang tunggu rumah sakit. Waktu seakan melambat, setiap detik berdetak seolah menguji kesabaran mereka.Tidak ada yang saling menatap, tidak ada kata yang terucap, hanya perasaan yang berkecamuk di dalam hati masing-masing.Ketika nama Viona akhirnya dipanggil, Mark segera menggenggam tangan Viona, merasakan kehangatan dan getaran kecil dari jemari istrinya yang tampak gelisah.Mereka memasuki ruang pemeriksaan, duduk berhadapan dengan dokter Elizabeth yang tersenyum ramah. Senyuman dokter itu seolah menawarkan secercah harapan yang masih terasa asing.“Selamat pagi, Tuan Mark dan Nyonya Viona. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya lembut, suaranya tenang seperti alunan nada yang menenangkan jiwa mereka yang dilanda kegelisahan.Viona menelan ludah, menatap dokter dengan mata yang tampak resah. “Saya mengalami mual dan muntah di pagi hari, Dok, sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Dan… saya baru sadar bahwa saya terlambat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-04
Baca selengkapnya

Bab 80: Hargai Keputusanku

Waktu sudah menunjukkan angka tujuh malam, udara di luar berhembus sejuk, membalut malam dengan keheningan yang pekat.Viona baru saja keluar dari walk-in closet, mengenakan dress selutut berwarna biru gelap yang melambai lembut setiap kali ia melangkah.Gaun itu memeluk tubuhnya dengan anggun, memberikan kesan sederhana namun memikat, seperti pesona bintang yang tenang namun berkilau di langit malam.Ia merapikan rambutnya, tatapannya sejenak terpaku pada cermin, mencoba mengusir keraguan yang berbisik di balik gaun indah itu.“Aku juga sudah siap. Ayo!” Suara bariton Mark mengejutkan lamunannya. Viona menoleh, dan di sana ia melihat sosok suaminya, mengenakan kemeja hitam yang kontras dengan kulitnya, menambah kesan misterius dan penuh wibawa yang selalu menyelimuti dirinya.Mark sedang mengancingkan kemejanya, jemarinya yang tegas bergerak perlahan, seperti berusaha menunjukkan bahwa setiap detik kehadirannya penting untuk mengukuhkan kehadiran Viona malam ini.“Kau… sungguh akan ik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status