Semua Bab Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!: Bab 81 - Bab 90

118 Bab

Bab 81: Menunjukkan Sisi Posesifnya

Mereka tiba di hotel, lampu-lampu chandelier memantulkan kilauan lembut yang menyelimuti ruangan, menciptakan suasana yang hangat dan mewah.Mark melingkarkan lengannya di pinggang Viona, gerakan yang membuat wanita itu terhenyak sejenak. Sentuhan itu begitu akrab, tetapi sekaligus terasa asing, seolah ia berhadapan dengan sosok yang bukan dirinya.‘Dia semakin berani,’ batin Viona sambil menatap Mark dari sudut matanya.Di bawah cahaya temaram, ekspresi wajahnya yang dingin tampak melembut, menunjukkan sisi tersembunyi yang selama ini tak pernah ia perlihatkan. ‘Entah apa maksudnya. Namun, ini benar-benar aneh. Aku seperti melihat sisi lain suamiku sendiri.’Viona merasakan kehadiran Mark yang kini tak lagi membiarkan jarak di antara mereka, seakan menegaskan posisinya di sampingnya.Mark, yang dulu begitu dingin dan seringkali mengabaikan keberadaannya, kini justru seolah tak ingin melepasnya walau hanya sedetik.Dan semua ini terjadi setelah Viona berani menegaskan keinginannya untu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-05
Baca selengkapnya

Bab 82: Jauh Lebih Tahu

Mark mulai menunjukkan kejenuhannya setelah dua jam berlalu di tengah pesta yang terasa baginya seperti tanpa akhir.Ia hanya duduk diam, jemarinya menggoyangkan gelas wine dengan gerakan monoton, matanya tak henti-henti melirik Viona yang terlihat begitu menikmati suasana, tawanya berbaur dengan denting gelas dan musik yang mengalun lembut.Dalam batinnya, ada perasaan yang enggan ia akui—sebuah rasa cemburu yang halus, yang makin menyiksanya setiap kali ia melihat senyum Viona saat berbincang dengan orang-orang di sekelilingnya."Sampai kapan ini akan berakhir? Kau belum ingin pulang?" tanyanya, suaranya datar namun penuh tuntutan, membuat Viona menoleh dan menatapnya dengan sorot mata yang sedikit jengkel."Sebentar lagi, Mark. Kau sudah bosan? Kalau ingin, pulanglah duluan. Lina bisa mengantarku nanti," balas Viona dengan nada santai.Mark langsung menatapnya tajam, matanya menyiratkan ketidaksetujuan yang tak bisa ditawar. "Tidak," ucapnya keras, nada tegasnya seperti belati yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-06
Baca selengkapnya

Bab 83: Baru Tahu

Mark menghela napas lega begitu langkahnya melewati ambang pintu rumah. Di sini, di tempat di mana dinding-dinding terasa lebih bersahabat dibanding hiruk-pikuk yang membungkus mereka sepanjang malam, ia akhirnya bisa bernapas.Bayang-bayang keramaian tadi masih menempel seperti kabut, membuatnya merasa terbelenggu dalam suara-suara yang tidak pernah sunyi."Padahal kalau kau ingin joget-joget di sana pun tidak akan ada yang melarang, Mark," gerutu Viona, menatapnya dengan tatapan setengah jengkel, setengah geli, seperti tak percaya pada keluh kesah suaminya yang terus berulang dari tadi.Mark menoleh, menatap Viona dengan ekspresi yang hanya bisa digambarkan sebagai perpaduan antara keengganan dan rasa ingin menjaga wibawa yang sudah terpatri. "Citraku akan hilang jika aku melakukannya," ucapnya dengan nada datar, seolah jawabannya sudah cukup menegaskan segalanya.Viona hanya mendesah pelan, memutar bola matanya, kemudian beranjak menuju cermin. Jemarinya mulai membersihkan sisa-sis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-07
Baca selengkapnya

Bab 84: Aku lebih Tahu

Waktu baru menunjukkan pukul sepuluh pagi ketika Mark dan Viona melangkah ke dalam supermarket, menepati janji Mark yang akan menemani istrinya berbelanja kebutuhan kehamilan.Meski hari masih pagi, atmosfer sekitar terasa seolah berdenyut dalam kebersamaan yang janggal; Viona merasakan kehadiran Mark yang tanpa kompromi, seperti bayangan yang tak memberinya ruang untuk bernapas."Mark," suara Viona akhirnya pecah setelah beberapa saat membungkam kata-kata yang sejak tadi bergema dalam benaknya."Aku bisa belanja sendiri. Jadi, sebaiknya kau pergi ke kantor saja. Aku tidak terbiasa denganmu yang tiba-tiba hadir dan menemaniku seperti ini."Namun, tanpa ragu, Mark menyela, suaranya rendah tapi mengandung ketegasan yang sulit dilawan. "Tidak bisa! Aku tetap ingin menemanimu membeli semua keperluanmu selama masa kehamilanmu. Aku harus memastikan yang kau beli itu baik untuk bayiku."Bayiku. Kata itu menggantung di udara, memenuhi ruang di antara mereka dengan makna yang sulit diterjemahk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-08
Baca selengkapnya

Bab 85: Akan menjadi Pertemuan Terakhir

Viona menolehkan kepalanya perlahan, tatapannya menelusuri wajah Mark, mencoba menembus dinginnya sikap pria itu yang baru saja melontarkan pertanyaan yang menyayat relung jiwanya. Napasnya terhembus kasar, meresapi kegetiran yang selama ini terpendam.“Bersikap seperti apa?” tanyanya pelan, suaranya lembut namun penuh beban yang tak terucapkan.“Seperti ini. Seperti mengabaikanku, seolah aku hanya bayang-bayang yang tak pernah berarti dalam hidupmu,” jawab Mark, nadanya dingin, namun sorot matanya mencerminkan kekecewaan yang tak mampu ia sembunyikan. “Apa kau sedang balas dendam padaku?”Viona menggelengkan kepala, gerakannya lambat, nyaris tak kasatmata, seolah setiap helaan napas adalah perjuangan untuk menahan beban yang tak terlihat.“Aku bukan manusia pendendam, Mark. Aku hanya… lelah.” Suaranya mengandung sebersit getir, seperti angin yang menyusup lewat celah-celah luka yang tak pernah sembuh.Mata Viona menatap Mark, dingin dan datar, seakan hati yang dulu penuh cinta kini t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-09
Baca selengkapnya

Bab 86: Tidak Terima

Waktu telah menunjuk angka tujuh malam ketika Mark tiba di apartemen Stella.Malam itu membawa suasana muram yang menggantung di udara, seolah semesta pun memahami niat Mark untuk mengakhiri semua keraguan yang menjeratnya, membebaskan dirinya dari rasa bersalah yang selama ini menekan dadanya dalam diam.“Mark! Akhirnya kau datang,” seru Stella dengan senyum cerah yang menghiasi bibirnya, seolah kedatangannya adalah angin segar di tengah keheningan.Mata Stella berbinar penuh harap, namun tatapan Mark tetap datar, dingin seperti angin malam yang menyelusup tanpa ampun.“Stella. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Aku hanya ingin menyelesaikan semuanya,” ucap Mark, suaranya tanpa basa-basi, seakan setiap kata adalah keputusan yang telah lama ia pendam, kini menyeruak tanpa ampun.Raut wajah Stella berubah. Senyumnya memudar, dan keningnya berkerut bingung. “Apa maksudmu, Mark? Menyelesaikan apa?” tanyanya, nada suaranya mengandung kepedihan yang ia coba sembunyikan, namun tak mampu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-09
Baca selengkapnya

Bab 87: Muntah Darah

“Viona?” Suara Mark bergema, menyusuri ruangan kosong yang sunyi. Setiap panggilan seolah tenggelam dalam kesunyian yang menggantung, dan hatinya mulai diliputi keresahan.Ia melangkah semakin cepat, mencari sosok sang istri yang biasanya menyambutnya dengan senyum lembut, tetapi kini terasa bagai bayang-bayang yang tak terjangkau.Ia berhenti sejenak di dapur, menemui Merry yang tengah membersihkan piring. “Merry, di mana Viona?” tanyanya, nadanya tak mampu menyembunyikan ketakutan yang mulai merambat.“Nona Viona tadi masuk ke dalam kamarnya, Tuan,” jawab Merry dengan suara pelan, seakan merasakan ketegangan yang melingkupi Mark.Tanpa ragu, Mark bergegas menuju kamar, setengah berlari, hingga panggilannya terhenti oleh suara lirih dari kamar mandi.“Viona?” Suaranya gemetar saat mendengar suara mual-mual yang lemah dari balik pintu.Dengan cemas, ia melangkah masuk dan mendapati Viona, tubuhnya tersandar lemah di tepi wastafel, wajahnya pucat bak kapas yang kehilangan warna.“Viona
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-09
Baca selengkapnya

Bab 88: Rasa Bersalah Mark

Viona membuka matanya perlahan saat fajar mulai mengusik malam yang masih membungkus tubuhnya dalam kesunyian.Keheningan pagi terasa begitu asing, namun bau obat-obatan yang menusuk hidungnya segera mengingatkannya pada kenyataan: ia berada di rumah sakit.Dinding-dinding putih yang dingin, seakan menahan setiap keluhan yang keluar dari bibirnya, semakin meyakinkan dirinya bahwa ia tak lagi berada di dalam pelukan rumah yang hangat.Ia perlahan menoleh ke samping, menemukan Mark terlelap dalam posisi yang tak lazim, duduk dengan tubuh yang kaku, kepala tertunduk dan napasnya yang teratur namun terdengar berat. Sebuah pemandangan yang tak biasa.Viona mengerutkan keningnya, matanya yang lelah meneliti sosok suaminya yang sedang tertidur dalam keheningan ini. “Mark?” suara Viona keluar dalam bisikan lembut, seakan takut mengganggu ketenangan yang melingkupi pria itu.Dengan hati-hati, ia mengulurkan tangan yang masih terasa lemah untuk mengusap pucuk kepala Mark yang tertunduk.Sebuah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-09
Baca selengkapnya

Bab 89: Belajar menjadi Suami yang Baik

“Apa yang kau inginkan?”Viona, yang tengah mengunyah potongan jeruk dengan semburat segar membasahi bibirnya, menoleh perlahan ke arah Mark.Sejenak matanya bersirobok dengan tatapan lelaki itu, penuh tanya yang samar-samar menyelinap di balik nada bicaranya.“Apa?” bibirnya bergerak pelan, suaranya terselubung keheranan, seakan pertanyaan itu datang dari dunia lain, begitu asing dan mengganggu keheningan.“Apa yang sedang kau inginkan? Aku membaca di internet, katanya ibu hamil sering kali menginginkan sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya atau sesuatu yang tak pernah ia miliki,” ucap Mark, suaranya terdengar datar, namun sorot matanya seolah memeriksa relung-relung rahasia di balik hati Viona.Ada seberkas harapan yang tak terucap, seolah ia mencari celah di mana dirinya bisa menyelami hasrat tersembunyi sang istri.Viona menaikkan alis, tampak bingung, namun ada kilatan geli di matanya. "Sebenarnya aku masih bingung dengan pertanyaanmu. Tapi, aku akan menjawabnya. Aku tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-10
Baca selengkapnya

Bab 90: Sama saja

Viona menarik napas dalam-dalam, seperti ingin menyerap seluruh udara di sekelilingnya, sebelum akhirnya matanya menatap tajam ke dalam mata Mark yang duduk di depannya.Ada keteguhan di sana, seolah setiap kata yang akan diucapkannya adalah penantian panjang yang telah mengendap di hatinya.“Sebenarnya, aku hanya ingin kau mencintaiku, Mark. Tetap seperti ini, sampai selamanya. Jangan membuatku sakit hati lagi karena kau lebih mementingkan wanita lain daripada istrimu sendiri,” ucapnya, suaranya tegas, namun ada keremangan emosi yang tak dapat disembunyikan, seakan kalimat itu adalah bunga yang mekar di tengah hujan badai, begitu rapuh dan penuh kepedihan.Mark menatapnya, wajahnya terdiam sejenak, seperti terhenti oleh beratnya kata-kata Viona. Ia melihat keseriusan di balik mata wanita itu, yang seolah menuntut lebih dari sekadar jawaban biasa.“Apakah permintaanku terlalu berat, Mark?” Viona bertanya, nada suaranya rendah namun penuh harap, seperti seseorang yang menanti pelukan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status