All Chapters of Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!: Chapter 61 - Chapter 70

118 Chapters

Bab 61: Sudah Siap menjadi Ayah

Ruangan itu hening. Mark duduk di hadapan Viona, mencoba menahan napas saat matanya bertemu dengan tatapan dingin sang istri yang penuh dengan pertanyaan.Ia tahu, ia tak akan bisa menghindari pembicaraan ini lebih lama lagi. Akhir-akhir ini, pernikahan mereka telah berubah menjadi permainan tarik ulur yang menguras energi, dan hari ini, ia merasa tak memiliki daya untuk melanjutkannya.“Katakan saja yang sebenarnya, jangan ada yang kau sembunyikan jika masih ingin mempertahankan rumah tangga kita, Mark,” ujar Viona, suaranya tegas namun tetap dingin.Di balik ketegasan itu, ada luka yang ia tutupi dengan baik, dan itu membuat hatinya terasa kian berat.Mark menghela napas panjang, seolah mencoba menghirup sisa-sisa keberanian yang mungkin tersisa dalam dirinya. “Aku selalu berkata jujur padamu, Viona. Hanya saja, kau tak pernah mendengarku dan sepertinya kau tidak pernah percaya padaku,” jawabnya lirih.Namun, nada suara Mark terdengar seperti rengekan yang nyaris tak berdaya, seolah
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 62: Menjadi Keluarga yang Utuh

Viona menatap hampa ke arah jendela, menarik napas panjang, mencoba memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawab Mark.Pernyataan suaminya tadi masih terngiang di telinganya. Mark, yang dulu selalu enggan berbicara tentang keluarga, kini mengaku sudah siap menjadi seorang ayah. Namun, di dalam hatinya, Viona merasakan perasaan yang sulit diungkapkan."Maaf, Mark," ucapnya pelan, nyaris berbisik. "Aku… aku belum siap untuk saat ini."Mark menatapnya dengan alis berkerut, ekspresi kesal mulai tampak di wajahnya. "Ada apa denganmu, Viona? Bukankah kau yang selalu menginginkan seorang anak di rumah tangga kita?“Sekarang aku sudah siap, tapi kau malah mengatakan bahwa kau belum siap." Suaranya meninggi, mengiringi nada kecewa yang menyelinap di setiap kata-katanya.Viona memejamkan mata sejenak, mencoba menahan lautan emosi yang siap menggelegak. "Seharusnya kau paham alasanku tidak siap, Mark," balasnya lirih, tatapan matanya jatuh pada wajah suaminya yang kini mengeras, penuh kemaraha
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 63: Memberi Kesempatan dengan Syarat

Mark menatap Viona dengan tatapan tajam yang tak bisa ia hindari. Kedua matanya yang gelap mengunci pandangan ke arah wanita yang selama ini menjadi penenang sekaligus belenggu pikirannya.Ia menarik napas dalam, lalu melepaskannya perlahan, membiarkan udara seolah membawa sedikit rasa frustasinya pergi.“Jangan pernah berharap untuk sesuatu yang tidak akan terjadi, Viona. Kau akan tetap menjadi istriku, selamanya,” ucapnya dengan suara datar yang penuh kepastian, seolah tak ada ruang bagi Viona untuk menentang atau bertanya lebih lanjut.Viona menghela napas, merasa berat beban yang selama ini menekan dadanya semakin bertambah. Ia meraih keberanian untuk membalas pandangan suaminya, meski mata Mark tetap tak tergoyahkan.“Entah apa yang membuatmu tetap mempertahankanku, Mark,” ujarnya dengan suara rendah, ada getir yang terselip di setiap kata.“Jika hanya karena orang tuamu, dan kau tidak bahagia dengan pernikahan ini, maka sebaiknya kita berpisah saja. Itu sudah yang terbaik untuk
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 64: Lihat Nanti saja

Mark menelan salivanya, merasa terpojok oleh ketegasan Viona. Kata-katanya yang begitu lugas dan jujur menusuk tepat di hati, membuatnya menyadari bahwa ia tak mungkin mengelak lagi.“Viona… aku tahu aku salah. Aku tahu sudah banyak yang kulakukan dan tak pernah kuperbaiki selama ini.”Mark mendekat, matanya penuh penyesalan yang begitu jelas tergambar. “Berilah aku waktu untuk benar-benar membuktikan diriku padamu. Aku ingin memperbaiki semuanya.”Viona memandang Mark, matanya berkilau dengan perasaan yang rumit, antara keinginan untuk memaafkan dan rasa sakit yang belum terhapus.“Mark, aku hanya menginginkan satu hal darimu… kejujuran. Jika kau sungguh ingin memulai semuanya dari awal, maka aku akan menunggu. Tapi aku tak akan selamanya berada di sini tanpa kepastian. Jika aku kembali terluka, aku tak akan menoleh lagi.”Mark mengangguk perlahan, merasa lega sekaligus cemas. Ia tahu bahwa kata-kata Viona adalah kesempatan terakhir, harapan yang ia tak bisa sia-siakan.“Kau tidak ak
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 65: Sejak Kapan Peduli Padaku?

Malam mulai turun, menyelimuti langit dengan kegelapan yang dihiasi bintang-bintang yang samar. Jam di dinding rumah sakit telah menunjuk angka tujuh ketika Mark duduk di lobi, matanya terus menerawang jauh.Tangannya menggenggam ponsel dengan erat, menunggu panggilan dari Viona. Hembusan napasnya terdengar pelan, nyaris pasrah.Ia malas melangkahkan kaki lebih jauh ke dalam rumah sakit, karena yang pasti akan ia temui di sana adalah Stella. Dan itu, baginya, lebih dari cukup untuk membuatnya bertahan di luar.Telepon berdering. Dengan cepat ia menempelkan ponselnya ke telinga dan berbicara dengan nada yang dibuat tenang."Aku sudah di lobi. Sampaikan permohonan maafku pada ibumu karena tidak bisa pamit padanya," ucap Mark, nada suaranya datar, namun terkesan memaksa untuk tetap terdengar sopan.Di ujung sana, Viona mendesah pelan, seolah sudah tahu alasan yang sebenarnya. "Kau tidak mau bertemu dengan Stella karena akan jadi panjang urusannya, kan? Lemah sekali," katanya mencibir, su
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 66: Makan Malam penuh Ketegangan

Mark menghela napas kasar, mencoba menenangkan gemuruh di dadanya setelah mendengar pertanyaan sarkastis dari Viona, istrinya. Ada sesuatu dalam pertanyaan itu yang menusuk. Ia memutar balik pertanyaannya, membuat Mark merasa semakin dipertanyakan niat baiknya.“Sejak hari ini,” jawab Mark singkat, suaranya sedikit parau, berusaha menahan nada frustrasinya.Viona hanya menyunggingkan senyum kecil. Senyum yang sarat akan skeptisisme. "Benar-benar menyingkirkan egomu, hm? Kau benar-benar ingin memperbaiki semuanya, Mark? Ada apa denganmu? Apa kau sedang demam tinggi?" tanyanya, sambil mengangkat alis. Nadanya seolah menyiratkan bahwa semua ini tidak lebih dari sebuah permainan.Mark mendengus, rasa kesalnya bercampur lelah. “Sudahlah, jangan banyak bicara lagi. Sebentar lagi kita sampai di rumah orang tuaku,” ucapnya datar.Viona hanya mengangkat bahunya, tampak tak ingin memperpanjang obrolan. Ada keheningan yang merayap di antara mereka. Mobil melaju tanpa suara, membelah jalanan ma
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 67: Rasa Kecewa Alex pada Mark

Malam itu di ruang kerja Alex, keheningan yang mencekam mengisi celah di antara mereka berdua. Mark menatap punggung ayahnya yang tegap, sosok yang penuh wibawa namun kini tampak meradang, seolah-olah ada bara api yang menyala di dalam dirinya.Alex tidak beranjak, punggungnya masih membelakangi Mark, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana panjangnya dengan sikap tegas yang selalu membuat orang segan.“Ada apa, Yah?” tanya Mark, mencoba mengawali percakapan dengan nada datar, seolah berusaha menyamarkan getaran di dalam dirinya.Suara Alex terdengar berat, namun tajam, ketika akhirnya ia berbicara. “Bicara jujur padaku, Mark. Apa yang kau sembunyikan dariku?”Mark terkejut, jantungnya berdebar kencang, rasa gugupnya tampak nyata ketika ia menelan salivanya. “Maksud Ayah? Soal pekerjaan? Aku tidak menyembunyikan sesuatu dari—““Aku percaya kau bisa meng-handle pekerjaan,” potong Alex dengan nada yang tak terbantahkan. “Tapi tidak dengan rumah tanggamu, dengan perasaanmu.” Suara Alex
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 68: Sedang tidak Baik-baik saja

Di dalam keheningan ruang tamu, Sarah menatap menantunya dengan sorot mata yang tidak bisa diterjemahkan. Heningnya malam hanya dipenuhi suara jarum jam, tiap detaknya semakin memperberat napas Viona.Di sanalah mereka, dua wanita yang dipertautkan oleh pria yang sama, namun terpisahkan oleh rahasia yang sudah terlalu lama terpendam.“Kau tahu, Viona?” Suara Sarah tiba-tiba mengiris keheningan. Ada nada getir di sana, campuran antara penasaran dan sedikit frustrasi yang tersirat jelas.Viona mengangkat wajahnya, kaget dengan ucapan ibu mertuanya. “Ya, Ibu?” balasnya perlahan, berusaha mengontrol gemuruh di dadanya.Sarah menarik napas panjang, seakan mencari keberanian untuk melanjutkan. “Sebenarnya aku sudah tahu kalau Mark masih menjalin hubungan dengan Stella. Tapi, melihat rumah tangga kalian tampak baik-baik saja, aku mencoba berpikir mungkin Mark hanya… berteman baik dengannya.” Suaranya terdengar sinis, namun juga mengandung rasa iba yang begitu nyata.Viona merasa dadanya sesa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 69: Mari Membangun Rumah Tangga dengan Baik

Viona menghela napas panjang, seolah-olah mencoba menarik semua udara dalam ruangan untuk mengisi rongga dadanya yang kosong dan sunyi.Di depannya, Mark duduk di tepi tempat tidur dengan bahunya merunduk, kepalanya menunduk rendah, dan telapak tangannya menopang keningnya.Wajahnya terbenam dalam bayang-bayang kelam, hanya tersinari oleh cahaya remang dari jendela yang memantulkan langit malam."Jika bukan karena urusan kantor... apa yang sebenarnya mengganggu pikiran Mark?" gumam Viona dalam hati, penuh dengan kecemasan yang tersembunyi di balik sorot matanya.Ia ragu—terjebak dalam kebisuan yang nyaris menyiksa. Setiap tatapan yang ia lemparkan pada Mark berakhir dalam kehampaan, seperti ombak yang pecah di bibir pantai tanpa ada yang membalas.Viona menghela napas sekali lagi, seakan menyelubungi hatinya dengan tabir keteguhan. "Ya sudahlah," bisiknya pelan, namun nada itu menggantung, penuh arti yang tak terucapkan. "Mungkin lebih baik aku ke rumah sakit saja. Besok, ibuku sudah
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 70: Masih Ragu?

Pagi telah menghamparkan sinarnya yang lembut melalui celah-celah jendela, menembus tirai dan menerangi kamar dengan sentuhan keemasan. Waktu sudah menunjukkan angka tujuh pagi.Viona membuka matanya perlahan, membiarkan kehangatan pagi menyelimuti kulitnya yang masih terasa hangat dari malam yang baru saja berlalu.Ia merentangkan kedua tangannya, namun rasa lelah masih terasa di seluruh tubuhnya, tanda dari malam yang begitu intens dan melelahkan, yang menyisakan jejak dalam setiap sendi dan napasnya.Ia menoleh ke samping, tatapannya tertuju pada Mark yang masih terlelap, wajahnya yang tampak tenang seolah menyimpan sisa-sisa dari kelembutan yang langka dan intim semalam.Bibir Viona melengkung dalam senyuman kecil yang penuh arti. "Ah, hari ini hari Sabtu. Mark tidak pergi ke kantor," gumamnya lembut, menyingkap selimutnya dengan hati-hati agar tak mengganggu tidurnya yang damai.Dengan langkah pelan, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, ingin menyegarkan tubuhnya yang m
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status