Beranda / Rumah Tangga / Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan! / Bab 67: Rasa Kecewa Alex pada Mark

Share

Bab 67: Rasa Kecewa Alex pada Mark

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 17:30:56

Malam itu di ruang kerja Alex, keheningan yang mencekam mengisi celah di antara mereka berdua. Mark menatap punggung ayahnya yang tegap, sosok yang penuh wibawa namun kini tampak meradang, seolah-olah ada bara api yang menyala di dalam dirinya.

Alex tidak beranjak, punggungnya masih membelakangi Mark, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana panjangnya dengan sikap tegas yang selalu membuat orang segan.

“Ada apa, Yah?” tanya Mark, mencoba mengawali percakapan dengan nada datar, seolah berusaha menyamarkan getaran di dalam dirinya.

Suara Alex terdengar berat, namun tajam, ketika akhirnya ia berbicara. “Bicara jujur padaku, Mark. Apa yang kau sembunyikan dariku?”

Mark terkejut, jantungnya berdebar kencang, rasa gugupnya tampak nyata ketika ia menelan salivanya. “Maksud Ayah? Soal pekerjaan? Aku tidak menyembunyikan sesuatu dari—“

“Aku percaya kau bisa meng-handle pekerjaan,” potong Alex dengan nada yang tak terbantahkan. “Tapi tidak dengan rumah tanggamu, dengan perasaanmu.” Suara Alex
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 68: Sedang tidak Baik-baik saja

    Di dalam keheningan ruang tamu, Sarah menatap menantunya dengan sorot mata yang tidak bisa diterjemahkan. Heningnya malam hanya dipenuhi suara jarum jam, tiap detaknya semakin memperberat napas Viona.Di sanalah mereka, dua wanita yang dipertautkan oleh pria yang sama, namun terpisahkan oleh rahasia yang sudah terlalu lama terpendam.“Kau tahu, Viona?” Suara Sarah tiba-tiba mengiris keheningan. Ada nada getir di sana, campuran antara penasaran dan sedikit frustrasi yang tersirat jelas.Viona mengangkat wajahnya, kaget dengan ucapan ibu mertuanya. “Ya, Ibu?” balasnya perlahan, berusaha mengontrol gemuruh di dadanya.Sarah menarik napas panjang, seakan mencari keberanian untuk melanjutkan. “Sebenarnya aku sudah tahu kalau Mark masih menjalin hubungan dengan Stella. Tapi, melihat rumah tangga kalian tampak baik-baik saja, aku mencoba berpikir mungkin Mark hanya… berteman baik dengannya.” Suaranya terdengar sinis, namun juga mengandung rasa iba yang begitu nyata.Viona merasa dadanya sesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 69: Mari Membangun Rumah Tangga dengan Baik

    Viona menghela napas panjang, seolah-olah mencoba menarik semua udara dalam ruangan untuk mengisi rongga dadanya yang kosong dan sunyi.Di depannya, Mark duduk di tepi tempat tidur dengan bahunya merunduk, kepalanya menunduk rendah, dan telapak tangannya menopang keningnya.Wajahnya terbenam dalam bayang-bayang kelam, hanya tersinari oleh cahaya remang dari jendela yang memantulkan langit malam."Jika bukan karena urusan kantor... apa yang sebenarnya mengganggu pikiran Mark?" gumam Viona dalam hati, penuh dengan kecemasan yang tersembunyi di balik sorot matanya.Ia ragu—terjebak dalam kebisuan yang nyaris menyiksa. Setiap tatapan yang ia lemparkan pada Mark berakhir dalam kehampaan, seperti ombak yang pecah di bibir pantai tanpa ada yang membalas.Viona menghela napas sekali lagi, seakan menyelubungi hatinya dengan tabir keteguhan. "Ya sudahlah," bisiknya pelan, namun nada itu menggantung, penuh arti yang tak terucapkan. "Mungkin lebih baik aku ke rumah sakit saja. Besok, ibuku sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 70: Masih Ragu?

    Pagi telah menghamparkan sinarnya yang lembut melalui celah-celah jendela, menembus tirai dan menerangi kamar dengan sentuhan keemasan. Waktu sudah menunjukkan angka tujuh pagi.Viona membuka matanya perlahan, membiarkan kehangatan pagi menyelimuti kulitnya yang masih terasa hangat dari malam yang baru saja berlalu.Ia merentangkan kedua tangannya, namun rasa lelah masih terasa di seluruh tubuhnya, tanda dari malam yang begitu intens dan melelahkan, yang menyisakan jejak dalam setiap sendi dan napasnya.Ia menoleh ke samping, tatapannya tertuju pada Mark yang masih terlelap, wajahnya yang tampak tenang seolah menyimpan sisa-sisa dari kelembutan yang langka dan intim semalam.Bibir Viona melengkung dalam senyuman kecil yang penuh arti. "Ah, hari ini hari Sabtu. Mark tidak pergi ke kantor," gumamnya lembut, menyingkap selimutnya dengan hati-hati agar tak mengganggu tidurnya yang damai.Dengan langkah pelan, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, ingin menyegarkan tubuhnya yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 71: Dimulai dari Awal

    Setelah tiba di kamar, Viona segera menghubungi ibunya, Maria. Tak lama, suara hangat Maria terdengar, membangkitkan perasaan yang selalu membawa ketenangan dalam hati Viona.“Halo, Ibu. Apa Ibu masih di rumah sakit? Aku akan segera ke sana karena hari ini Ibu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter,” ucap Viona dengan nada lembut, berusaha menunjukkan rasa perhatiannya meski hatinya sedang berdebar tak menentu.Maria tertawa kecil, seperti menyimpan sesuatu dalam nada suaranya. “Kau sedang di rumah Mark, bukan? Sudah, jangan menjemputku. Aku sudah ditemani oleh Ben di sini, Viona.”“Huh? Ben?” Viona terperanjat. Kebingungannya tergambar jelas di wajahnya. "Kenapa dia ada di sana?” Pertanyaan itu seolah keluar dengan sendirinya, terbungkus rasa penasaran yang tiba-tiba menyergap.“Tentu saja karena suamimu yang menyuruh Ben datang kemari, Viona,” jawab Maria dengan nada menggoda. “Sudah ya, jangan menghubungiku lagi. Sebaiknya habiskan waktumu dengan Mark.”Viona menelan ludahnya, meras

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 72: Masih Adakah...

    Viona mengangkat wajahnya, menatap Mark dengan mata yang tak menyembunyikan keterkejutan dan keheranan. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Mark adalah sesuatu yang tak pernah ia duga.Empat tahun mereka bersama, empat tahun penuh diam dan jarak yang dingin, namun kini... permohonan itu begitu meluluhlantakkan hatinya, sekaligus membangkitkan gelombang amarah yang sudah lama ia pendam.“Aku bisa melakukan apa saja yang kau inginkan, asal kau mengurungkan niatmu untuk berpisah denganku, Viona,” ucap Mark dengan nada pelan namun tegas, seakan menahan bebannya sendiri. Ada kekalahan dalam suaranya, sebuah keberserahan yang asing bagi pria sekeras dirinya.Viona mengerutkan kening, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja ia dengar. “Apa yang membuatmu seperti ini, Mark? Apa yang ayahmu katakan hingga tiba-tiba kau bersikap aneh seperti ini?” nada suaranya terdengar sedikit getir, penuh pertanyaan yang berkelindan di dalam kepalanya.Mark menarik napas panjang, sorot matanya red

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 73: Dibutakan oleh Wanita Lain

    Viona menatap dalam-dalam ke arah Mark, mencoba mencari secercah ketulusan di balik sikap dingin dan rahasia yang ia tutupi dengan begitu rapi, seakan perasaan hanyalah permainan tanpa akhir.Keheningan di antara mereka terasa berat, seolah setiap kata yang ingin terucap bergantung pada udara yang semakin tipis. Di dalamnya, tersembunyi kata-kata yang berbalut luka, tetapi tetap bertahan dalam kepingan rasa yang tersisa di antara mereka.Ia menarik napas dalam, mempersiapkan hatinya yang terluka, namun masih juga tak ingin runtuh sepenuhnya di depan Mark. “Memangnya kau tahu, aku mencintaimu?” tanyanya dengan nada yang bergetar, seakan pertanyaan itu adalah tameng yang ia gunakan untuk melindungi perasaannya yang retak.Mark melepaskan genggamannya, bibirnya terkatup rapat, namun akhirnya jawaban itu keluar dengan nada sedingin es yang menusuk.“Tentu saja aku tahu.” Suaranya dingin, tapi ada sorot di matanya yang tak bisa ia sembunyikan, seakan kata-kata itu adalah sebuah pengakuan ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 74: Mendapat Dukungan dari Mertua

    Mark memejamkan matanya, menarik napas dalam yang seolah mengemban beban tak terlihat, sebuah kesadaran yang baru muncul dalam dirinya.“Maafkan aku,” gumamnya, nadanya pelan, namun penuh beban dari semua kesalahan yang ia simpan selama ini.Viona terpaku, menatapnya dengan mata yang sedikit membesar, sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar.Mark, pria dingin yang tak pernah merunduk, pria arogan yang selalu menutupi kelemahannya dengan benteng kesombongan, kini berdiri di hadapannya, meminta maaf dengan ketulusan yang tak pernah ia lihat selama ini.“Untuk apa meminta maaf?” Suaranya sedikit bergetar, tak tahu apakah ini nyata atau hanya permainan kata.Mark menatapnya dalam, tatapan yang terasa menusuk hati Viona, seolah menyentuh bagian terdalam yang selama ini ia tutupi dengan kebencian dan kekecewaan.“Karena aku ingin memperbaiki semuanya. Sudahi membenciku, Viona. Aku ingin kau mencintaiku seperti dulu, tanpa ragu, tanpa luka.”Viona terdiam, hatinya berdebar mendengar ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 75: Sudah menjadi Orang Jahat

    Mark memalingkan wajahnya, menatap ayahnya dengan sorot mata yang dalam, dingin, dan penuh perlawanan yang terpendam lama. Bibirnya bergetar sejenak sebelum melontarkan kata-kata yang tertahan oleh luka masa lalu.“Kau boleh memarahiku, mencaciku sepuasmu. Tapi tidak dengan meminta Viona menceraikanku. Kau tidak memiliki hak atas itu, Ayah!” Nada suaranya terdengar tegas, namun ada getaran samar—seperti gunung es yang hampir retak.Alex menatap anaknya, bola matanya nyaris seperti cermin yang tak memantulkan apapun kecuali kekosongan. “Kalau begitu, sama saja kau menyiksa anak orang, Mark. Jangan egois. Viona juga butuh cinta, butuh kebahagiaan.”Mark tak bergeming, dadanya terangkat oleh emosi yang seolah membara dalam setiap nadinya. “Dan yang akan memberikan kebahagiaan itu adalah aku!” suaranya menggema, membuat ruang di antara mereka terasa sesak, seakan tak ada udara tersisa.Di sebelahnya, Viona hanya mampu menatap Mark dalam diam, terguncang oleh ketulusan yang jarang ia dengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02

Bab terbaru

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Our Happy Ending

    Suara tawa riang mengisi ruang keluarga. Mark duduk di lantai beralas karpet, kedua bayi kembarnya berada di pelukannya. Di sebelahnya, Viona tertawa kecil sambil merapikan seragam anak sulung mereka, Leo, yang sedang bersiap berangkat ke sekolah.“Ayah, aku sudah besar. Aku bisa pasang sepatu sendiri,” ucap Alleta dengan penuh percaya diri, meski tali sepatunya masih belum terikat sempurna.Mark tersenyum sambil mengangkat salah satu bayi, yang memekik kegirangan. “Benar, Nak, Ayah sekarang sibuk sama dua jagoan kecil ini. Kamu harus bantu Mama, ya?”Alleta mengangguk dengan wajah ceria, lalu melompat-lompat di tempat. “Iya, Pa. Nanti aku belajar cara mengganti popok juga!”Viona tertawa sambil menggelengkan kepala. "Kau kakak yang baik untuk kedua adikmu, Alleta.”Alleta mengecup pipi ibunya, bahagia mendapatkan pujiannya.Salah satu bayi menoleh ke arah Mark dan berseru, “Ayah!” sambil meraih wajahnya dengan tangan mungilnya. Yang satunya tidak mau kalah dan berseru, “Ibu!” dengan

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Kehadiran Keluarga Baru

    Satu tahun kemudian …."Ayah, lihat boneka Letta!" seru Alleta dengan suara riang, mengangkat boneka Barbie bergaun merah berkilauan. Matanya berbinar-binar, pipinya memerah karena kegirangan.Mark menunduk, mengangkat Alleta ke pangkuannya. "Siapa yang memberikan ini, hm?" tanyanya sambil tersenyum lebar."Kakek Alex!" jawab Alleta antusias, memeluk boneka itu erat. "Kata Kakek, ini spesial!""Spesial sekali, ya? Kamu harus bilang terima kasih sama Kakek Alex," ujar Mark, mengusap rambut anak perempuannya yang lebat dan hitam.Alleta bangkit dari pangkuan Mark berjalan cepat mengecup pipi Alex, "Thank you, grand Pa!" celoteh Alleta dengan suara cerianya.Alex, yang duduk di sofa bersebelahan dengan Viona, hanya terkekeh. "Anak ini benar-benar tahu bagaimana mencuri hati seorang kakek," katanya sambil mengangguk puas."Ayah saja yang terlalu memanjakannya." goda Viona sambil membawa nampan berisi minuman hangat. Bayi mungil mereka kini sedang aktif-aktifnya. Namanya Alleta, ceria dan

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Nama yang Indah

    Mark terbangun dengan mata yang terasa berat. Ia melihat ke sekeliling kamar dengan bingung, suara tangisan bayi membelah keheningan malam. Pukul tiga pagi, pikirnya sambil mengusap wajah yang lelah."Viona?" panggilnya pelan, tapi tidak ada jawaban. Ia berbalik, menemukan sisi ranjang Viona kosong.Mark bergegas keluar kamar, menuju suara tangisan itu. Di ruang bayi, ia melihat Viona dengan sabar menggendong bayi mereka, menepuk-nepuk punggungnya yang mungil dengan lembut."Kenapa kau tidak membangunkanku?" tanya Mark, suaranya serak.Viona menoleh dengan senyum lelah tapi lembut. "Kau sudah terlalu capek, Mark. Biar aku yang mengurusnya.""Tidak, ini juga tanggung jawabku," kata Mark tegas, lalu mendekat untuk mengambil bayi mereka. Namun begitu bayi itu berpindah ke pelukannya, tangisannya malah semakin kencang."Kenapa dia makin menangis? Aku sudah pegang dengan benar, kan?" tanya Mark panik, mengayun-ayunkan bayi mereka dengan canggung.Suara melengking yang memekakkan telinga b

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 115: Dia telah Lahir

    Viona merasakan kontraksi yang begitu kuat saat sedang duduk di sofa. Tiba-tiba, aliran hangat merembes ke bawah, membuatnya panik."Mark!" panggilnya dengan suara gemetar. "Air ketubanku pecah!"Mark, yang sedang membaca laporan di ruang kerjanya, langsung berlari ke ruang tamu dengan wajah panik. "Apa? Pecah? Apa yang harus kita lakukan?!" Serangkaian pertanyaan meluncur tanpa henti dari mulutnya.Mark mendekat namun tak tahu harus apa. Rasa panik menguasai pikirannya. "Bagaimana ini?" Sakitkah?" Pertanyaan konyol Mark malah keluar melihat wajah puas istrinya yang kembali merasakan kontraksi."Rumah sakit, Mark! Kita harus segera ke rumah sakit!" kata Viona, mencoba tetap tenang meski rasa sakit mulai menusuk.Mark mengangguk, lalu berlari ke sana kemari, mengambil kunci mobil, tas bayi, dan bahkan jas kerjanya."Di mana kunci mobil? Ah, ini! Tas? Apa kita butuh pakaian? Kenapa pakaianku yang kubawa? Ya Tuhan, aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan!"Viona tersenyum lemah

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 114: Debat Kecil

    Di sebuah toko perlengkapan bayi yang megah, Mark dan Viona sibuk memilih barang untuk menyambut kelahiran buah hati mereka.Usia kehamilan Viona sudah menginjak sembilan bulan, dan pasangan itu tengah dipenuhi suka cita.Mereka sengaja tidak mengetahui jenis kelamin bayi mereka, berharap mendapatkan kejutan yang manis saat kelahiran tiba.Mark memegang sepasang sepatu bayi mungil berwarna putih di tangannya. Ia memandangi sepatu itu dengan tatapan penuh rasa bangga. "Bagaimana menurutmu? Sepatu ini sempurna, bukan?"Viona yang sedang memeriksa selimut bayi bermotif bunga menoleh, alisnya terangkat. "Putih lagi, Mark? Kita sudah punya lebih dari cukup barang putih. Haruskan semuanya berwarna polos?""Putih itu elegan dan netral," Mark menjawab sambil mengangkat bahu, senyumnya lebar. "Lagipula, kita tidak tahu jenis kelamin bayi. Putih adalah pilihan yang paling aman."Viona menghela napas panjang, meletakkan selimut yang sedang ia periksa. "Mark, bayi kita juga butuh warna! Hidup itu

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 113: Kabar Kematian

    Mark sedang berdiri di depan jendela besar kantornya. Langit mendung di luar, menggambarkan suasana kota yang penuh hiruk-pikuk.Ia memutar gelas kopi di tangannya, pikirannya melayang. Suara ketukan pintu memecah lamunannya."Masuk," katanya tegas, tanpa menoleh.Ben, sekretaris pribadinya, masuk dengan langkah hati-hati. Wajahnya tampak lebih serius dari biasanya.“Tuan Mark, ada kabar penting yang perlu Anda ketahui,” ucap Ben dengan nada pelan tapi jelas. Ben tampak ragu namun ia harus melakukan ini.Mark mengangkat alis dan memutar tubuhnya, menatap Ben dengan ekspresi datar. “Apa itu, Ben?”Ben menelan ludah, seolah mencari cara terbaik untuk menyampaikan berita tersebut. “Tuan saya tahu anda tidak mau mendengar laporan tentang nona Stella, namun kali ini anda harus mendengarkan. Stella … dia sudah tiada.”Mark mengerutkan kening, matanya menyipit. “Maksudmu … sudah tiada? Jelaskan, Ben.”Ben menarik napas dalam sebelum melanjutkan. “Kondisinya semakin memburuk di rumah sakit te

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 112: Kau Seorang Pembunuh!

    Pagi itu, sinar matahari menembus jendela besar di ruang tamu. Viona sedang merapikan bunga di vas ketika bel pintu berbunyi.Ia berjalan menuju pintu dan membuka perlahan, menatap sosok yang sudah familiar berdiri di depan rumah.“Ayah,” sapanya lembut. Senyum kecil menghiasi wajahnya.Alex lega melihat senyum segar Viona. Mereka berdua berpelukan dan Viona mengajak masuk mertuanya itu.Alex, dengan jas abu-abu yang rapi, mengangguk singkat. “Pagi, Viona. Maaf datang tanpa memberi tahu. Aku sengaja datang untuk melihat keadaanmu."“Tidak perlu memberi tahu juga tidak masalah, Ayah. Silakan masuk. Aku akan menyiapkan teh hijau kesukaanmu," senyum akrab keduanya bagai ayah dan anak. Viona mempersilahkan ayah mertuanya itu duduk di sofa.Alex melangkah masuk, memperhatikan interior rumah yang terasa hangat dan nyaman. Bahagia melihat keadaan menantunya yang sehat. Ia duduk di sofa, sementara Viona menuangkan teh hangat untuknya.“Ada sesuatu yang ingin Ayah bicarakan?” Viona bertanya, d

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 111: Permintaan Maaf, Sekali lagi

    Pintu rumah megah itu terbuka dengan suara klik lembut, memperlihatkan sosok Mark yang baru saja pulang.Jas hitamnya masih rapi, meskipun ekspresi wajahnya terlihat tegang. Ia meletakkan tas kerjanya di meja ruang tamu tanpa berkata apa-apa.“Mark,” suara Viona yang lembut menyambutnya dari sofa. Wanita itu menoleh dari dokumen yang sedang ia baca, wajahnya menyiratkan kekhawatiran.Mark mengangguk singkat. “Ada apa?” tanyanya dengan nada datar, meskipun matanya sedikit melunak saat melihat Viona.Hati Mark perih melihat istrinya yang hamil dan selama ini ia acuhkan. Viona mendekat dan debar kerinduan Mark membuncah melihat wajah cantik penuh kesabaran Viona.Viona menatapnya ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara, memilih kata-katanya dengan hati-hati.“Mila meneleponku tadi siang. Dia … memarahiku, katanya semua ini salahku karena aku yang membuat putrinya kesusahan dan sakit. Jujur Mark, apa benar kau menutup akses Stella di rumah sakitmu?”Mark menghela napas berat, kemudian dud

  • Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!   Bab 110: Inikah yang Disebut Karma?

    Langit pagi yang cerah terasa kontras dengan suasana hati Mila yang kacau balau.Stella terbaring lemah di ruang perawatan sebuah rumah sakit biasa, jauh dari kenyamanan fasilitas rumah sakit mewah milik Mark. Nafas Stella masih berat, namun kondisinya perlahan stabil.Ranjang kecil dengan kasur yang tidak nyaman jauh dari kata mewah seperti yang biasa Milla terima dari rumah sakit sebelumnya.Mila sedih menatap putrinya berjajar dalam ruangan besar bersama pasien lain yang entah sakit apa.Tirai untuk privasi ruangan pasien memang mampu menutup tubuh putrinya agar tidak terlihat pasien lain tetapi malah membuat ia sangat kegerahan.Apalagi kamar mandi yang digunakan juga bersama. Mila tidak yakin keadaan putrinya membaik dengan segala fasilitas minim yang ia lihat saat ini.Mila sampai tidak bisa menyembunyikan kemarahan dan frustasinya. Ia menggenggam erat ponselnya, mencoba menghubungi Mark lagi untuk yang kesekian kalinya, tetapi tidak ada jawaban. Mila tahu Mark dengan sengaja me

DMCA.com Protection Status