All Chapters of Mari Bercerai, Tuan CEO Arogan!: Chapter 101 - Chapter 110

118 Chapters

Bab 101: Akan Mengembalikan Cintamu

Viona menggelengkan kepalanya dengan pelan, gerakan lembut itu seolah melukis udara dengan keraguan yang tak terucapkan. Matanya yang bening menyapu wajah Mark dengan kilatan emosi yang tertahan, seperti hujan yang enggan jatuh meski mendung telah pekat.“Tidak,” katanya lirih, suaranya mengapung di antara mereka seperti serpihan kaca yang nyaris tak terdengar namun tetap melukai. “Aku menyukainya. Hanya saja, aku teringat... saat kau memberikan hadiah ulang tahun untuk Stella.”Kata-katanya menggantung di udara, menciptakan jarak yang tak terlihat namun terasa menyakitkan. “Saat itu, aku memang lancang membuka ponselmu dan akhirnya... hanya berujung dengan rasa sakit ini.”Mark menelan salivanya dengan berat, tenggorokannya terasa kering, seperti dipenuhi pasir kenangan yang pahit. Bayangan itu kembali menyeruak, saat ia memberikan hadiah pada Stella—sebuah tindakan kecil yang kini tampak seperti belati di antara mereka.“Maafkan aku, Viona.” Suaranya pecah, seperti nada piano yang t
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 102: Yang Disukai Mark

Viona merapikan pakaian-pakaian baru yang dibelikan Mark dengan gerakan lembut, seolah setiap helai kain itu menyimpan pesan tersembunyi dari hati suaminya.Mata Viona berkilat saat jemarinya menyentuh permukaan baju berbahan halus, senyum kecil tak bisa ia tahan.“Bahkan dia tahu ukuran baju dan celanaku,” gumamnya, suaranya terdengar seperti bisikan pada dirinya sendiri. Namun, dalam helaan napas panjang yang ia lepaskan setelahnya, ada beban yang terasa lepas dan sekaligus menyesakkan.“Pria itu...” ia melanjutkan dengan suara lirih, tatapannya terpaku pada deretan pakaian yang kini tersusun rapi.“Pandai sekali menutupi perasaannya. Bahkan selama bertahun-tahun, dia berpura-pura cuek hanya untuk meyakinkan dunia bahwa ia menolak menikah denganku. Padahal isi hatinya...” Viona berhenti sejenak, memejamkan mata seolah ingin menangkap kebenaran di balik kalimatnya sendiri. “...sangat menginginkanku.”Ia berdecak pelan, gelengan kepalanya seperti isyarat kecil untuk melawan ingatan-in
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 103: Meyakinkan Mertua

Viona melangkah keluar dari kamarnya, derak pelan lantai kayu di bawah kakinya seakan memanggil seluruh keberanian yang tersisa dalam dirinya.Pemberitahuan dari pelayan bahwa mertuanya sedang menunggu di ruang tengah membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Ia menarik napas dalam, mencoba menghapus kekalutan yang masih mengintai di sudut hatinya.Ruang tengah tampak seperti panggung besar yang menuntut Viona berperan sempurna. Alex dan Sarah duduk di sana, anggun dan penuh wibawa, seperti sepasang patung marmer yang dingin namun tak terbantahkan kehadirannya.Aroma teh melati yang baru saja diseduh melayang ringan di udara, seolah menjadi saksi bisu pertemuan itu.“Ayah, Ibu. Maaf, aku tidak tahu jika kalian akan datang,” ucap Viona, mencoba menyelipkan senyum kecil ke dalam kegugupannya. Ia kemudian mengambil tempat di sofa di hadapan mereka, merasa seolah duduk di atas bara yang tak terlihat.“It’s okay, Viona. Kami datang kemari hanya untuk melihat kondisimu saja. Bagaimana, Vion
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 104: Kau Boleh Menceraikanku

Waktu sudah menunjuk angka delapan malam, dan malam itu terasa lebih megah dari biasanya. Langit dihiasi taburan bintang yang berkilauan seperti berlian, seakan mendukung gemerlap pesta yang akan Viona dan Mark hadiri. Di depan cermin besar di kamar mereka, Viona mengenakan gaun elegan berwarna merah marun yang membalut tubuhnya dengan sempurna, seperti pelukan lembut yang membuatnya tampak anggun dan mempesona.Mark berdiri di ambang pintu, pandangannya tak lepas dari sosok istrinya yang tengah memoles bibirnya dengan lipstik merah menyala. “Cantik sekali istriku ini,” pujinya dengan nada yang tulus, matanya memancarkan kekaguman yang sulit ia sembunyikan.Viona menoleh, senyum tipis menghiasi wajahnya, seperti kelopak bunga yang baru merekah. “Terima kasih atas pujiannya. Jarang-jarang aku mendapatkan pujian darimu,” katanya sambil melirik ke arah Mark, nada suaranya sedikit menggoda namun tetap lembut.Mark terkekeh pelan, suaranya serupa bisikan angin malam yang membawa kehangatan
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 105: Night Party

Mark dan Viona melangkah memasuki aula hotel megah, sebuah ruang yang memancarkan kilau kemewahan seperti istana dongeng.Lampu kristal bergantung di langit-langit, memercikkan cahaya yang berkilauan, sementara alunan musik klasik mengisi udara dengan harmoni yang lembut.Tangan Mark menggenggam tangan Viona erat, seolah-olah genggaman itu adalah jangkar yang menahannya di tengah gelombang kehidupan.“Selamat malam, Tuan Mark,” suara-suara ramah terdengar, menyapa dengan nada hormat. Mata para tamu undangan mengerling penasaran, seperti mencoba menyingkap rahasia di balik kehadiran Viona malam itu.Mark menunduk sedikit, suaranya rendah namun penuh arti, “Jangan heran. Mereka pasti bingung kenapa aku membawamu ke pesta ini. Dan kau pun tahu, aku tidak pernah membawamu selama ini.”Viona menoleh, matanya yang gelap bagaikan malam tanpa bintang, menatap suaminya. “Bagaimana dengan Stella? Apakah kau sering membawanya?”Mark tersenyum tipis, sebuah senyuman yang samar seperti bayangan bu
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 106: Telah Menipu Mark Selama Bertahun-tahun

“Ya, enam bulan yang lalu. Suamimu sudah berniat untuk tidak mengurus Stella lagi. Ternyata dia menepati janjinya.”Nada suara Thania terdengar seperti bisikan ular, lembut tetapi penuh bisa yang menyelinap di antara celah keheningan.Senyumnya mengembang, nyaris terlihat angkuh, sementara matanya yang tajam menatap Viona, yang hanya mampu mematung.Kata-kata itu seperti duri yang menusuk telinga, membuat keheningan di ruang itu terasa mencekam.“Thania? Apa yang sedang kau lakukan di sini?” Suara Mark memecah suasana, nada beratnya seperti dentingan logam yang menyeret perhatian.Ia menyerahkan segelas jus melon ke tangan Viona, jari-jarinya menyentuh punggung tangan istrinya dengan sentuhan singkat yang terasa lebih dingin daripada hangat.“Aku hanya sedang berbincang saja dengan istrimu, Tuan Mark. Kalau begitu, aku permisi,” jawab Thania dengan manis yang dibuat-buat, mengangguk ringan sebelum melangkah pergi.Gaunnya yang panjang melambai seperti bisikan bayangan saat ia keluar d
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 107: Penyesalan Mark

Mark membelalakkan matanya, menatap nanar ke arah panggung, seolah dunia sekitarnya telah membeku.Suara Viona mengalun seperti angin yang membawa aroma nostalgia, mengisi setiap sudut ruang dan menyelinap masuk ke dalam relung hatinya yang terdalam.Lagu itu—lagu yang selama ini hanya menjadi bayangan samar di ingatannya—kini hidup kembali, dihidupkan oleh suara perempuan yang ia anggap terlalu sederhana untuk menyimpan misteri sebesar ini.“Bagaimana mungkin …,” bisiknya hampir tak terdengar, matanya terpaku pada sosok Viona yang berdiri di tengah cahaya panggung.Suaranya begitu jernih, penuh emosi, seolah setiap nada mengungkapkan isi hati yang tak pernah terucap. Lagu itu menelusup lembut ke dalam hatinya, mengguncang dinding-dinding yang selama ini ia bangun.Lima menit kemudian, suara Viona berhenti, meninggalkan gema keheningan yang disusul dengan riuh tepuk tangan menggema di aula hotel.Gelombang kekaguman mengalir di antara para tamu, memuji keindahan suara Viona yang memuk
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 108: Akan Membuatnya Menyesal!

“Di mana wanita itu, Ben?”Suara Mark memecah keheningan ruang kerjanya yang sunyi, seperti retakan pada permukaan kaca yang selama ini dibiarkan utuh.Ben berhenti sejenak di ambang pintu, mencoba menata napasnya sebelum menjawab. “Nona Stella maksud Anda, Tuan?” tanyanya dengan nada hati-hati, meski dalam hatinya ia tahu jawabannya tidak akan menyenangkan.“Ya. Aku sudah malas menyebut nama itu!” ucap Mark dingin, suaranya seperti es yang menyelubungi ruangan, menusuk langsung ke tulang.Ben meringis kecil, menghindari tatapan tajam yang diarahkan padanya. “Dia ada di rumahnya, Tuan. Hari ini tidak ada jadwal cek up.”Mark menatap wajah Ben dengan ekspresi datar, namun sorot matanya menyimpan badai yang siap meledak kapan saja. “Kau masih menyimpan jadwal cek up dia, huh?” tanyanya dengan nada rendah, tetapi penuh ancaman tersembunyi.Ben mengangguk ragu, merasa seperti berjalan di atas tali yang rapuh. “Ya, Tuan. Saya masih menyimpannya. Itu ada di dalam agenda—”“Hapus!” potong M
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 109: Langkah Yang Tak Bisa Kau Hentikan

Kediaman Stella tampak sunyi, hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari lampu jalan di luar yang masuk ke jendela.Mark berdiri di depan pintu rumahnya, menatapnya dengan tatapan kosong, seolah ia bisa meresapi setiap lapisan kebohongan yang tersembunyi di balik dinding itu.Napasnya berat, dadanya sesak oleh amarah yang sudah menunggu waktu untuk meledak.Mark menekan bel dengan keras, suaranya memecah keheningan malam.Tak lama, pintu terbuka dan Stella muncul, wajahnya tampak terkejut, namun masih ada senyum tipis yang tergambar di bibirnya—senyum yang pernah dianggap tulus oleh Mark. Namun, kini hanya terlihat palsu di matanya.“Mark ...” Suara Stella hangat, dulu itu menenangkan bagi Mark. “Apa yang kau lakukan di sini malam-malam begini? Apa kau mengajakku makan malam? Ini kejutankah untukku?” wajah Stella ceria dan meraih tangan Mark penuh cinta.Mark menepis tangan Stella kasar. Matanya berkilat menatap dingin wanita di depannya.“Jangan sok tidak tahu, Stella,” jawab Mar
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 110: Inikah yang Disebut Karma?

Langit pagi yang cerah terasa kontras dengan suasana hati Mila yang kacau balau.Stella terbaring lemah di ruang perawatan sebuah rumah sakit biasa, jauh dari kenyamanan fasilitas rumah sakit mewah milik Mark. Nafas Stella masih berat, namun kondisinya perlahan stabil.Ranjang kecil dengan kasur yang tidak nyaman jauh dari kata mewah seperti yang biasa Milla terima dari rumah sakit sebelumnya.Mila sedih menatap putrinya berjajar dalam ruangan besar bersama pasien lain yang entah sakit apa.Tirai untuk privasi ruangan pasien memang mampu menutup tubuh putrinya agar tidak terlihat pasien lain tetapi malah membuat ia sangat kegerahan.Apalagi kamar mandi yang digunakan juga bersama. Mila tidak yakin keadaan putrinya membaik dengan segala fasilitas minim yang ia lihat saat ini.Mila sampai tidak bisa menyembunyikan kemarahan dan frustasinya. Ia menggenggam erat ponselnya, mencoba menghubungi Mark lagi untuk yang kesekian kalinya, tetapi tidak ada jawaban. Mila tahu Mark dengan sengaja me
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status