All Chapters of Kebangkitan Mafia yang Dikhianati : Chapter 11 - Chapter 20

32 Chapters

Bab 11: Persiapan Terakhir

Malam itu udara terasa lebih dingin dari biasanya, seolah-olah alam pun ikut merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Ferdy berdiri di balkon kecil yang menghadap ke jalanan sepi di depan rumahnya, memandang langit yang diselimuti awan gelap. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai skenario, mencoba memprediksi setiap langkah yang akan diambil musuhnya. Dia tahu bahwa besok akan menjadi hari yang menentukan, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang-orang yang telah mempercayakan hidup mereka padanya.Setelah memastikan semua persiapan telah dilakukan, Ferdy memasuki kamar tidur. Nadia sudah berbaring di tempat tidur, matanya tertutup namun napasnya berat, menunjukkan bahwa dia belum benar-benar tertidur. Ferdy tahu bahwa Nadia merasa cemas, mungkin lebih cemas daripada dirinya sendiri. Dia duduk di tepi tempat tidur, lalu menyentuh lembut rambut panjang Nadia yang terurai di atas bantal."Kamu tidak perlu ikut khawatir," bisik Ferdy, berusaha menenangkan hatinya sendiri. "Aku
Read more

Bab 12: Konfrontasi

Saat suara tembakan menggema di dalam gudang, Ferdy merasa adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya. Setiap detik terasa seperti selamanya, setiap tarikan napas penuh dengan tekad untuk bertahan hidup dan melindungi orang-orang yang dicintainya. Anak buahnya telah menyebar di sekitar gudang, bergerak dengan cepat dan efisien seperti yang sudah mereka latih berkali-kali. Meskipun mereka berada dalam situasi berbahaya, mereka semua percaya pada Ferdy. Dia adalah pemimpin yang tak pernah gagal membawa mereka keluar dari situasi sulit.Di balik peti-peti dan rongsokan besi, Ferdy terus memperhatikan pergerakan musuh. Mata tajamnya menangkap sosok-sosok bayangan yang bersembunyi di sudut-sudut gelap, dan dia tahu bahwa musuh-musuh mereka sudah siap. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Insting Ferdy memberitahunya bahwa ada yang tidak beres.Rian, yang bersembunyi di sampingnya, mengangguk sebagai tanda kesiapan. Mereka telah berbagi banyak misi bersama, dan tanpa kata-kata, mereka bis
Read more

Bab 13: Badai Ditengah Kedamaian

Di tengah keheningan malam, Nadia duduk di teras belakang rumah, merenung dengan pikiran yang dipenuhi kecemasan. Sudah berjam-jam sejak dia mendengar kabar terakhir dari Ferdy. Ketenangan yang biasanya dia rasakan setiap kali Ferdy berada di rumah kini tergantikan oleh kekhawatiran yang tak kunjung hilang. Malam itu terasa lebih gelap, seolah-olah menggambarkan badai yang sedang berkecamuk di dalam hatinya.Tiba-tiba, ponsel Nadia bergetar di atas meja, memecah keheningan. Dengan cepat, dia meraihnya dan melihat nama Ferdy di layar. Jantungnya berdebar kencang saat diadit mengangkat telepon itu. "Ferdy?" tanyanya dengan nada penuh harap.Di seberang sana, suara Ferdy terdengar tenang meski ada sedikit kelelahan yang tersirat. "Nadia, aku sudah dalam perjalanan pulang. Tapi ada sesuatu yang harus kita bicarakan begitu aku sampai di rumah."Nada suara Ferdy yang serius membuat Nadia semakin cemas. "Ada apa, Ferdy? Apa yang terjadi?"Ferdy terdiam sejenak sebelum menjawab, "Tidak di tel
Read more

Bab 14: Kabut perang dan Penghianatan

Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya. Ferdy terbangun berkali-kali, terganggu oleh bayangan-bayangan gelap yang mengintai di sudut pikirannya. Di sampingnya, Nadia tidur dengan tenang, wajahnya menunjukkan kepercayaan yang dia tempatkan pada Ferdy. Namun, kepercayaan itulah yang justru menambah beban di hati Ferdy. Dia tahu, apa yang akan dia hadapi esok hari adalah sesuatu yang bisa mengubah hidup mereka selamanya. Saat pagi menjelang, Ferdy bangun lebih awal. Dia duduk di meja kecil di kamar mereka,but menatap peta yang penuh dengan tanda-tanda dan coretan-coretan rencana. Matanya menelusuri garis-garis yang telah digambarnya sebelumnya, memikirkan setiap langkah dan strategi yang telah mereka susun. Ini bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga soal keselamatan orang-orang yang dia cintai. Tiba-tiba, suara ponsel yang bergetar mengalihkan perhatiannya. Ferdy meraih ponsel itu dan melihat nama Rian di layar. "Rian, ada apa?" tanyanya langsung saat mengangkat telepon. Suara
Read more

Bab 15: Pertempuran dimulai

Malam itu tiba lebih cepat dari yang diharapkan. Di markas Ferdy, suasana terasa tegang, setiap orang bergerak dengan kewaspadaan tinggi. Mereka semua tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang menentukan, hari di mana mereka akan bertarung untuk mempertahankan segala yang telah mereka bangun. Ferdy berdiri di depan jendela besar di ruang rapat, memandang keluar ke arah langit malam yang gelap. Tidak ada bintang yang tampak, seolah-olah alam pun mengerti bahwa sesuatu yang besar dan berbahaya sedang mendekat.Di ruangan itu, anak buah Ferdy sudah berkumpul, duduk di sekitar meja panjang dengan ekspresi serius di wajah mereka. Rian berdiri di sebelah Ferdy, menunggu perintah lebih lanjut. Ferdy menoleh ke arah mereka, matanya tajam dan penuh keyakinan.“Kita semua tahu mengapa kita ada di sini malam ini,” kata Ferdy dengan suara yang dalam dan tegas. “Aditya sudah bergerak, dan pengkhianatan Aldi hanya mempercepat langkah kita. Tapi ini bukan saatnya untuk takut atau ragu. Kita sudah m
Read more

Bab 16: Diujung Tanduk

Markas utama Aditya tampak seperti benteng tak tertembus di bawah langit malam yang kelam. Gedung itu dikelilingi oleh pagar tinggi dan kawat berduri, dengan penjaga yang bersenjata lengkap berjaga di setiap sudut. Cahaya lampu sorot yang tajam menyinari setiap jengkal tanah di sekitarnya, membuat tidak ada celah bagi siapa pun untuk mendekat tanpa terdeteksi. Namun, bagi Ferdy dan anak buahnya, ini bukanlah hal yang bisa menghentikan mereka. Mereka telah melewati batas tanpa bisa kembali. Pertempuran ini adalah segalanya, bukan hanya untuk Ferdy, tapi untuk seluruh timnya yang telah berjuang di sisinya selama ini.Di dalam kendaraan, suasana terasa hening. Tidak ada yang berbicara, tetapi masing-masing orang bisa merasakan tekanan yang semakin kuat seiring mereka mendekati markas Aditya. Rian yang duduk di samping Ferdy, sesekali melirik ke arah pemimpinnya. Wajah Ferdy tetap tenang, tetapi Rian tahu bahwa di balik ketenangan itu, ada badai yang siap meledak kapan saja.“Kita sudah s
Read more

Bab 17: Ancaman Tersembunyi

Fajar mulai menyingsing, sinar matahari pertama perlahan menyinari bekas medan pertempuran di markas Aditya. Udara pagi yang segar membawa aroma tanah basah dan bau mesiu yang masih tertinggal. Ferdy berdiri di tengah-tengah kekacauan yang baru saja mereka lewati, menatap ke arah gedung yang sekarang sepi dan tak lagi menunjukkan tanda-tanda perlawanan. Aditya telah ditangkap, dan sisa-sisa pasukannya telah dibubarkan atau ditangkap. Ini seharusnya menjadi saat kemenangan, tetapi ada sesuatu yang membuat Ferdy merasa gelisah.Ferdy menyandarkan punggungnya ke dinding gudang, mencoba mengatur napas. Rian menghampirinya, wajahnya penuh dengan ekspresi lega, tetapi juga kecemasan yang tertinggal. “Kita berhasil, Bos,” ujar Rian dengan nada lega. “Aditya dan anak buahnya sudah di tangan kita. Ini seharusnya menjadi akhir dari semua ini.”Ferdy mengangguk pelan, namun matanya tetap tajam mengamati sekeliling. “Ya, seharusnya begitu. Tapi ada sesuatu yang tidak beres, Rian. Rasanya seperti
Read more

Bab 18: Dibalik Bayangan

Hari telah beranjak siang ketika Ferdy dan Rian tiba kembali di markas utama mereka. Setelah pertempuran sengit semalam, suasana di markas terlihat lebih tenang, tetapi tidak ada yang benar-benar merasa lega. Anak buah Ferdy masih berkeliaran di sekitar, menjaga keamanan dan bersiap untuk apa pun yang mungkin terjadi. Mereka tahu, dengan Aditya yang kini berada dalam tahanan, ancaman tidak serta merta hilang. Sebaliknya, mungkin saja bahaya baru sedang menanti di sudut gelap yang tak terduga.Ferdy masuk ke ruang rapat utama, tempat yang sering mereka gunakan untuk merencanakan langkah-langkah strategis. Di dalam ruangan itu, beberapa orang kepercayaannya telah menunggu. Di antara mereka adalah Anton, kepala keamanan yang selalu waspada, dan Marni, seorang ahli IT yang bertanggung jawab atas semua komunikasi mereka. Ferdy langsung menuju meja utama, duduk dengan serius, sementara Rian mengambil tempat di sampingnya.“Aditya sudah di tangan kita,” Ferdy memulai, menatap satu per satu w
Read more

Bab 19: Di Ambang Bahaya

Pagi itu, ketegangan terasa lebih nyata di markas Ferdy. Para anggota bergerak dengan cepat, memastikan setiap sudut markas aman dan setiap peralatan berfungsi dengan baik. Sejak panggilan ancaman semalam, mereka semua tahu bahwa sesuatu yang besar sedang mendekat. Rasa cemas bercampur adrenalin memenuhi udara, sementara Ferdy berdiri di ruang kontrol, matanya terus mengawasi layar monitor yang menampilkan rekaman kamera keamanan di sekitar markas.Rian, yang sejak pagi sibuk mengkoordinasikan keamanan, memasuki ruangan. “Ferdy, kita sudah menambah jumlah penjaga di semua titik masuk. Setiap orang dalam posisi siaga, siap untuk apa pun yang akan datang.”Ferdy mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. “Bagus. Pastikan mereka tetap waspada. Jangan biarkan seorang pun lengah. Musuh mungkin mencoba segala cara untuk menyerang kita. Aku tidak ingin ada yang lolos dari pengawasan kita.”Rian bisa merasakan ketegangan di suara Ferdy. Dia mengerti bahwa situasi ini sangat berbaha
Read more

Bab 20: Permainan Terakhir

Malam itu, markas Ferdy terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya. Tidak ada lagi ketegangan yang menggantung di udara, sebaliknya, ada semangat kemenangan yang perlahan-lahan mulai merasuki setiap sudut ruangan. Namun, bagi Ferdy, malam ini belum berakhir. Kemenangan baru saja dimulai, dan dia tahu bahwa mereka harus menuntaskan apa yang telah mereka mulai. Tidak ada ruang untuk kesalahan; ini adalah permainan terakhir yang harus mereka menangkan.Ferdy berdiri di depan jendela besar di ruang rapat, memandang ke luar. Dia bisa melihat pantulan dirinya dalam kaca jendela, bayangan seorang pria yang telah berjuang mati-matian untuk mempertahankan segala yang berharga baginya. Dia memikirkan Nadia, wanita yang menjadi alasan utama mengapa dia terus berjuang. Semua ini demi masa depan mereka bersama. Sekarang, hanya tinggal satu hal yang harus diselesaikan: Aditya.Rian masuk ke dalam ruangan, mengganggu kesunyian malam. “Ferdy, tim sudah siap. Kita bisa bergerak kapan saja,” lapornya.
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status