Share

Bab 12: Konfrontasi

Penulis: Ferdyfbrnsyh25
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-13 11:14:25

Saat suara tembakan menggema di dalam gudang, Ferdy merasa adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya. Setiap detik terasa seperti selamanya, setiap tarikan napas penuh dengan tekad untuk bertahan hidup dan melindungi orang-orang yang dicintainya. Anak buahnya telah menyebar di sekitar gudang, bergerak dengan cepat dan efisien seperti yang sudah mereka latih berkali-kali. Meskipun mereka berada dalam situasi berbahaya, mereka semua percaya pada Ferdy. Dia adalah pemimpin yang tak pernah gagal membawa mereka keluar dari situasi sulit.

Di balik peti-peti dan rongsokan besi, Ferdy terus memperhatikan pergerakan musuh. Mata tajamnya menangkap sosok-sosok bayangan yang bersembunyi di sudut-sudut gelap, dan dia tahu bahwa musuh-musuh mereka sudah siap. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Insting Ferdy memberitahunya bahwa ada yang tidak beres.

Rian, yang bersembunyi di sampingnya, mengangguk sebagai tanda kesiapan. Mereka telah berbagi banyak misi bersama, dan tanpa kata-kata, mereka bis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 13: Badai Ditengah Kedamaian

    Di tengah keheningan malam, Nadia duduk di teras belakang rumah, merenung dengan pikiran yang dipenuhi kecemasan. Sudah berjam-jam sejak dia mendengar kabar terakhir dari Ferdy. Ketenangan yang biasanya dia rasakan setiap kali Ferdy berada di rumah kini tergantikan oleh kekhawatiran yang tak kunjung hilang. Malam itu terasa lebih gelap, seolah-olah menggambarkan badai yang sedang berkecamuk di dalam hatinya.Tiba-tiba, ponsel Nadia bergetar di atas meja, memecah keheningan. Dengan cepat, dia meraihnya dan melihat nama Ferdy di layar. Jantungnya berdebar kencang saat diadit mengangkat telepon itu. "Ferdy?" tanyanya dengan nada penuh harap.Di seberang sana, suara Ferdy terdengar tenang meski ada sedikit kelelahan yang tersirat. "Nadia, aku sudah dalam perjalanan pulang. Tapi ada sesuatu yang harus kita bicarakan begitu aku sampai di rumah."Nada suara Ferdy yang serius membuat Nadia semakin cemas. "Ada apa, Ferdy? Apa yang terjadi?"Ferdy terdiam sejenak sebelum menjawab, "Tidak di tel

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 14: Kabut perang dan Penghianatan

    Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya. Ferdy terbangun berkali-kali, terganggu oleh bayangan-bayangan gelap yang mengintai di sudut pikirannya. Di sampingnya, Nadia tidur dengan tenang, wajahnya menunjukkan kepercayaan yang dia tempatkan pada Ferdy. Namun, kepercayaan itulah yang justru menambah beban di hati Ferdy. Dia tahu, apa yang akan dia hadapi esok hari adalah sesuatu yang bisa mengubah hidup mereka selamanya. Saat pagi menjelang, Ferdy bangun lebih awal. Dia duduk di meja kecil di kamar mereka,but menatap peta yang penuh dengan tanda-tanda dan coretan-coretan rencana. Matanya menelusuri garis-garis yang telah digambarnya sebelumnya, memikirkan setiap langkah dan strategi yang telah mereka susun. Ini bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga soal keselamatan orang-orang yang dia cintai. Tiba-tiba, suara ponsel yang bergetar mengalihkan perhatiannya. Ferdy meraih ponsel itu dan melihat nama Rian di layar. "Rian, ada apa?" tanyanya langsung saat mengangkat telepon. Suara

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 15: Pertempuran dimulai

    Malam itu tiba lebih cepat dari yang diharapkan. Di markas Ferdy, suasana terasa tegang, setiap orang bergerak dengan kewaspadaan tinggi. Mereka semua tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang menentukan, hari di mana mereka akan bertarung untuk mempertahankan segala yang telah mereka bangun. Ferdy berdiri di depan jendela besar di ruang rapat, memandang keluar ke arah langit malam yang gelap. Tidak ada bintang yang tampak, seolah-olah alam pun mengerti bahwa sesuatu yang besar dan berbahaya sedang mendekat.Di ruangan itu, anak buah Ferdy sudah berkumpul, duduk di sekitar meja panjang dengan ekspresi serius di wajah mereka. Rian berdiri di sebelah Ferdy, menunggu perintah lebih lanjut. Ferdy menoleh ke arah mereka, matanya tajam dan penuh keyakinan.“Kita semua tahu mengapa kita ada di sini malam ini,” kata Ferdy dengan suara yang dalam dan tegas. “Aditya sudah bergerak, dan pengkhianatan Aldi hanya mempercepat langkah kita. Tapi ini bukan saatnya untuk takut atau ragu. Kita sudah m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 16: Diujung Tanduk

    Markas utama Aditya tampak seperti benteng tak tertembus di bawah langit malam yang kelam. Gedung itu dikelilingi oleh pagar tinggi dan kawat berduri, dengan penjaga yang bersenjata lengkap berjaga di setiap sudut. Cahaya lampu sorot yang tajam menyinari setiap jengkal tanah di sekitarnya, membuat tidak ada celah bagi siapa pun untuk mendekat tanpa terdeteksi. Namun, bagi Ferdy dan anak buahnya, ini bukanlah hal yang bisa menghentikan mereka. Mereka telah melewati batas tanpa bisa kembali. Pertempuran ini adalah segalanya, bukan hanya untuk Ferdy, tapi untuk seluruh timnya yang telah berjuang di sisinya selama ini.Di dalam kendaraan, suasana terasa hening. Tidak ada yang berbicara, tetapi masing-masing orang bisa merasakan tekanan yang semakin kuat seiring mereka mendekati markas Aditya. Rian yang duduk di samping Ferdy, sesekali melirik ke arah pemimpinnya. Wajah Ferdy tetap tenang, tetapi Rian tahu bahwa di balik ketenangan itu, ada badai yang siap meledak kapan saja.“Kita sudah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 17: Ancaman Tersembunyi

    Fajar mulai menyingsing, sinar matahari pertama perlahan menyinari bekas medan pertempuran di markas Aditya. Udara pagi yang segar membawa aroma tanah basah dan bau mesiu yang masih tertinggal. Ferdy berdiri di tengah-tengah kekacauan yang baru saja mereka lewati, menatap ke arah gedung yang sekarang sepi dan tak lagi menunjukkan tanda-tanda perlawanan. Aditya telah ditangkap, dan sisa-sisa pasukannya telah dibubarkan atau ditangkap. Ini seharusnya menjadi saat kemenangan, tetapi ada sesuatu yang membuat Ferdy merasa gelisah.Ferdy menyandarkan punggungnya ke dinding gudang, mencoba mengatur napas. Rian menghampirinya, wajahnya penuh dengan ekspresi lega, tetapi juga kecemasan yang tertinggal. “Kita berhasil, Bos,” ujar Rian dengan nada lega. “Aditya dan anak buahnya sudah di tangan kita. Ini seharusnya menjadi akhir dari semua ini.”Ferdy mengangguk pelan, namun matanya tetap tajam mengamati sekeliling. “Ya, seharusnya begitu. Tapi ada sesuatu yang tidak beres, Rian. Rasanya seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 18: Dibalik Bayangan

    Hari telah beranjak siang ketika Ferdy dan Rian tiba kembali di markas utama mereka. Setelah pertempuran sengit semalam, suasana di markas terlihat lebih tenang, tetapi tidak ada yang benar-benar merasa lega. Anak buah Ferdy masih berkeliaran di sekitar, menjaga keamanan dan bersiap untuk apa pun yang mungkin terjadi. Mereka tahu, dengan Aditya yang kini berada dalam tahanan, ancaman tidak serta merta hilang. Sebaliknya, mungkin saja bahaya baru sedang menanti di sudut gelap yang tak terduga.Ferdy masuk ke ruang rapat utama, tempat yang sering mereka gunakan untuk merencanakan langkah-langkah strategis. Di dalam ruangan itu, beberapa orang kepercayaannya telah menunggu. Di antara mereka adalah Anton, kepala keamanan yang selalu waspada, dan Marni, seorang ahli IT yang bertanggung jawab atas semua komunikasi mereka. Ferdy langsung menuju meja utama, duduk dengan serius, sementara Rian mengambil tempat di sampingnya.“Aditya sudah di tangan kita,” Ferdy memulai, menatap satu per satu w

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 19: Di Ambang Bahaya

    Pagi itu, ketegangan terasa lebih nyata di markas Ferdy. Para anggota bergerak dengan cepat, memastikan setiap sudut markas aman dan setiap peralatan berfungsi dengan baik. Sejak panggilan ancaman semalam, mereka semua tahu bahwa sesuatu yang besar sedang mendekat. Rasa cemas bercampur adrenalin memenuhi udara, sementara Ferdy berdiri di ruang kontrol, matanya terus mengawasi layar monitor yang menampilkan rekaman kamera keamanan di sekitar markas.Rian, yang sejak pagi sibuk mengkoordinasikan keamanan, memasuki ruangan. “Ferdy, kita sudah menambah jumlah penjaga di semua titik masuk. Setiap orang dalam posisi siaga, siap untuk apa pun yang akan datang.”Ferdy mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. “Bagus. Pastikan mereka tetap waspada. Jangan biarkan seorang pun lengah. Musuh mungkin mencoba segala cara untuk menyerang kita. Aku tidak ingin ada yang lolos dari pengawasan kita.”Rian bisa merasakan ketegangan di suara Ferdy. Dia mengerti bahwa situasi ini sangat berbaha

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 20: Permainan Terakhir

    Malam itu, markas Ferdy terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya. Tidak ada lagi ketegangan yang menggantung di udara, sebaliknya, ada semangat kemenangan yang perlahan-lahan mulai merasuki setiap sudut ruangan. Namun, bagi Ferdy, malam ini belum berakhir. Kemenangan baru saja dimulai, dan dia tahu bahwa mereka harus menuntaskan apa yang telah mereka mulai. Tidak ada ruang untuk kesalahan; ini adalah permainan terakhir yang harus mereka menangkan.Ferdy berdiri di depan jendela besar di ruang rapat, memandang ke luar. Dia bisa melihat pantulan dirinya dalam kaca jendela, bayangan seorang pria yang telah berjuang mati-matian untuk mempertahankan segala yang berharga baginya. Dia memikirkan Nadia, wanita yang menjadi alasan utama mengapa dia terus berjuang. Semua ini demi masa depan mereka bersama. Sekarang, hanya tinggal satu hal yang harus diselesaikan: Aditya.Rian masuk ke dalam ruangan, mengganggu kesunyian malam. “Ferdy, tim sudah siap. Kita bisa bergerak kapan saja,” lapornya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03

Bab terbaru

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 98 Harapan yang mulai menyala

    Laras bangun pagi itu dengan perasaan campur aduk. Udara dingin menyejukkan kamar tidurnya, tetapi pikirannya terus mengulang percakapan semalam dengan Rizal. Kata-kata pria itu bergaung di kepalanya, membawa kehangatan sekaligus kebingungan.Setelah mencuci muka dan menyeduh secangkir kopi, Laras duduk di balkon kecil rumahnya. Pemandangan jalanan yang mulai ramai tidak cukup untuk mengalihkan pikirannya. Hubungan profesionalnya dengan Rizal selama ini selalu menyenangkan, tetapi ia tidak pernah membayangkan bahwa ada perasaan lain yang berkembang di antara mereka.Laras menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia sadar bahwa perasaan Rizal tulus, tetapi ia takut untuk melangkah terlalu cepat. Luka lama di hatinya belum sepenuhnya sembuh, dan ia tidak ingin mengambil risiko tanpa kepastian.“Laras, fokus,” gumamnya pada diri sendiri. Ia memutuskan untuk mengalihkan perhatian dengan bekerja. Program pelatihan di Rumah Kita adalah prioritasnya saat ini.---Hari itu, Laras tiba

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 97 Jejak baru di masa depan

    Matahari pagi menyinari jendela besar di ruang tengah Rumah Kita, menciptakan pola cahaya yang indah di lantai kayu. Laras duduk di salah satu meja, memandangi daftar acara yang telah direncanakan untuk bulan depan. Kafe ini telah menjadi tempat yang tidak hanya menyatukan komunitas, tetapi juga memberi makna baru dalam hidupnya.Kegiatan sehari-hari di kafe selalu membuat Laras sibuk, tetapi hari ini terasa berbeda. Ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya, seperti firasat baik yang tak bisa ia jelaskan. Suara pintu yang berderit menarik perhatiannya. Seorang pria masuk, membawa sebuah kotak besar di tangannya."Laras, ini pesanannya," kata Rizal sambil tersenyum lebar."Oh, Rizal! Terima kasih sudah mengantar," jawab Laras, berdiri untuk membantu.Rizal meletakkan kotak itu di meja dekat dapur, lalu duduk di kursi di depan Laras. "Kamu kelihatan sibuk. Semua berjalan lancar, kan?""Lancar, tentu saja," jawab Laras. "Tapi aku selalu merasa ada yang kurang. Aku ingin melakukan leb

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 96 Awal yang baru

    Pagi itu, Laras bangun dengan perasaan ringan. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, ia merasa benar-benar bebas. Udara pagi yang segar menyusup melalui jendela yang terbuka, membawa aroma bunga melati dari halaman belakang. Ia berdiri di depan cermin, melihat pantulan dirinya yang tampak lebih ceria.Ia mengambil surat balasannya kepada Arman yang masih tergeletak di meja. Dalam hati, ia bertanya-tanya apakah surat itu benar-benar perlu dikirim. Namun, setelah beberapa saat merenung, Laras memutuskan untuk tidak mengirimkannya. Baginya, menuliskan perasaan itu sudah cukup. Itu adalah caranya untuk menutup lembaran lama tanpa harus menggali luka yang telah ia sembuhkan.Laras mengambil amplop itu, merobeknya menjadi potongan kecil, lalu membuangnya ke tempat sampah. "Ini adalah akhir," gumamnya pada diri sendiri, "dan juga awal yang baru."---Hari itu, Laras memutuskan untuk mengunjungi kantor barunya. Setelah lama mempertimbangkan, ia akhirnya membuka usaha kecil yang

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 95 Langkah awal untuk kebahagiaan baru

    Hari itu dimulai dengan sinar matahari yang cerah, seolah menyambut kehidupan baru yang siap dijalani Laras. Ia bangun lebih pagi dari biasanya, menyeduh kopi hangat, dan menikmati suasana rumah yang sunyi. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, rasa tenang yang belum pernah ia rasakan selama ini.Di ruang tamunya, surat dari Arman masih tergeletak di meja. Laras menatapnya sebentar, berpikir apakah ia harus melakukan sesuatu terhadap surat itu. Namun, ia tahu bahwa keputusan besar tidak boleh diambil tergesa-gesa.Sambil menghirup kopinya, Laras memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar komplek. Ia ingin menyegarkan pikiran dan merasakan udara pagi yang menyegarkan. Saat melangkah keluar, ia melihat tetangganya, Bu Rina, sedang menyiram tanaman di halaman.“Pagi, Laras! Wah, sudah jarang sekali lihat kamu keluar pagi-pagi begini,” sapa Bu Rina dengan senyuman ramah.Laras tersenyum balik. “Iya, Bu. Lagi ingin menikmati udara pagi saja.”“Kamu kelihatan lebih segar sekarang. Ada kab

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 94: Cahaya menuju terowongan

    Hari itu, Laras duduk di ruang kerjanya dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan. Semua yang ia rencanakan, yang ia perjuangkan selama ini, mulai menunjukkan hasil. Namun, hari ini bukan hanya tentang pekerjaan. Ada sesuatu yang lebih pribadi, sesuatu yang sudah lama ia nantikan.“Bu Laras, ini dokumen yang perlu tanda tangan Anda,” ujar Dani, asistennya, sembari menyerahkan setumpuk berkas.“Terima kasih, Dani. Bisa kamu tinggalkan di sini? Aku akan periksa sebentar lagi,” jawab Laras dengan nada lembut.Dani mengangguk sebelum keluar, meninggalkan Laras sendiri. Laras menarik napas panjang, menatap dokumen-dokumen itu sejenak, lalu memindahkan pandangannya ke foto keluarganya di atas meja. Foto itu adalah pengingat tentang bagaimana perjalanan hidupnya dimulai.---Pukul lima sore, Laras meninggalkan kantornya lebih awal dari biasanya. Mobilnya melaju perlahan melewati jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan. Tujuannya kali ini adalah sebuah panti asuhan di pinggiran kota, temp

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 93 Akhir Dari Perjalanan Lama, Awal Harapan Baru

    Sinar matahari pagi menembus jendela ruang kerja Laras. Meja kayu besar di depannya dipenuhi berkas-berkas yang tersusun rapi. Hari itu, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Setelah sekian lama menghadapi badai dan perjuangan tanpa henti, hari ini ia merasa lebih ringan. Namun, bukan karena pekerjaannya berkurang, melainkan karena keyakinan bahwa langkah-langkah yang ia ambil sudah berada di jalur yang benar.“Bu Laras, rapat dengan investor akan dimulai 30 menit lagi,” ujar Dani setelah mengetuk pintu.“Terima kasih, Dani. Tolong pastikan semuanya sudah siap,” jawab Laras dengan senyuman.Sejak proyek pendidikan untuk anak-anak kurang mampu diluncurkan, Laras semakin sibuk. Namun, ia menyukai kesibukan itu. Setiap laporan tentang anak-anak yang kini mendapatkan akses pendidikan layak menjadi sumber semangat baru baginya. Laras merasa, untuk pertama kalinya, perusahaan yang ia pimpin bukan hanya tentang keuntungan, tetapi juga tentang memberikan manfaat bagi banyak orang.---Di ru

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 92 Langkah awal menuju babak baru

    Pagi itu, mentari bersinar hangat, seolah memberikan semangat baru untuk memulai hari. Laras duduk di ruang kerjanya yang sekarang terasa lebih lapang dan terang, bukan hanya karena dekorasi barunya, tetapi juga karena beban yang perlahan mulai terangkat dari pundaknya. Kemenangan terakhir melawan Pak Rahmat telah memberikan angin segar bagi Laras dan timnya. Namun, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir dari perjalanannya.Laras memandang papan strategi di depannya, yang penuh dengan catatan dan diagram rencana masa depan perusahaannya. Di sudut kanan papan, sebuah kalimat tertulis tebal: “Integritas adalah kekuatan.” Kalimat itu menjadi mantra yang terus ia ulang di tengah badai yang telah ia hadapi."Kita harus memastikan setiap langkah ke depan tidak hanya memperkuat bisnis ini, tapi juga berdampak positif pada masyarakat," gumamnya.---Dani mengetuk pintu sebelum masuk dengan setumpuk dokumen di tangannya. Wajahnya yang biasanya serius kini tampak lebih santai, bahkan dihiasi senyuman

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 91 Titik balik yang mengejutkan

    Pagi itu, udara terasa dingin, seperti memberikan pertanda akan sesuatu yang besar. Laras baru saja menyelesaikan rutinitas paginya ketika Dani masuk ke ruang kerjanya dengan wajah yang lebih serius dari biasanya."Ada apa, Dani?" tanya Laras, mencoba membaca raut wajahnya.Dani meletakkan sebuah map tebal di meja. "Ini hasil penyelidikan terakhir. Ada informasi yang sangat mengejutkan di dalamnya."Laras membuka map itu dengan hati-hati. Lembar demi lembar dokumen di dalamnya mengungkap jaringan rahasia yang selama ini tersembunyi, termasuk bukti bahwa Pak Rahmat tidak hanya menyabotase bisnisnya, tetapi juga melakukan penipuan besar-besaran terhadap beberapa perusahaan lain."Ini tidak mungkin," gumam Laras, matanya melebar saat membaca salah satu dokumen. "Jadi, dia bahkan menipu mitranya sendiri?""Benar," jawab Dani. "Dan ada sesuatu yang lebih mengejutkan lagi. Salah satu dokumen ini menunjukkan bahwa salah satu asetnya yang paling penting, perusahaan utama yang selama ini menda

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 90 Cahaya di ujung terowongan

    Pagi itu, Laras bangun dengan perasaan berbeda. Semalam, setelah berminggu-minggu menghadapi tekanan dari semua sisi, ia merasa ada secercah harapan. Bukti yang dikumpulkan dari pria misterius telah dikonsolidasikan, laporan hukum telah disusun, dan timnya mulai menatap ke depan dengan keyakinan baru. Namun, Laras tahu perjuangan ini belum selesai."Dani, apa ada kabar terbaru dari pihak berwenang?" tanya Laras saat mereka bertemu di ruang kerja.Dani mengangguk. "Mereka sudah mulai menyelidiki. Tapi, seperti yang kita duga, ini tidak akan berjalan mulus. Pak Rahmat punya koneksi kuat di berbagai institusi. Kita harus siap menghadapi serangan balik."Laras menghela napas. "Aku tahu. Kita juga harus memastikan bahwa mereka tidak bisa menyentuh kita dengan cara yang sama lagi."---Di tengah kesibukan itu, sebuah berita mengejutkan datang dari salah satu mitra lama mereka. "Laras, Pak Rahmat mulai bergerak menyerang kita secara terbuka," kata Mira saat memasuki ruangan dengan wajah tega

DMCA.com Protection Status