Semua Bab Tuan, Biarkan Aku Pergi: Bab 21 - Bab 30

34 Bab

21. Aku Akan Memberi Tahu Caranya

Embusan napas terdengar samar manakala sepasang mata kelam seorang pria tengah menatap kosong udara malam yang sunyi.Di tangannya memegang gelang usang yang dirajut dari benang dimana ada tulisan sansekerta dari emas yang tak dapat Aksa baca apa bunyinya.Ingatan Aksa kembali pada kenangan pahit ketika Lukas tiba-tiba memukulnya dengan balok dari belakang.Buk!Seketika pandangan Aksa menggelap seiring rasa sakit yang menghantam kepalanya.Tawa bengis Lukas masih bisa Aksa dengar saat itu."Enyahlah ke neraka, kamu sama sekali tak pantas menjadi bagian dari Jayanta."Setelah itu Aksa merasakan punggung yang ditendang hingga dia masuk ke dalam jurang.Aksa masih sedikit mendapatkan kesadaran meski pandangannya sudah sangat kabur, tubuhnya pun penuh luka akibat menabrak semak belukar dan bebatuan terjal di dasar lembah.Namun, saat itu Aksa masih bisa mendengar suara seorang gadis yang mendekat.'Kak, kakak kamu tidak mati 'kan?''Kakak, bertahanlah kita harus berteduh, sebentar lagi a
Baca selengkapnya

22. Aksa, Aku Hamil

Senyum Yesti langsung merekah melihat Dahayu datang mendekat, sebelumnya dia mendengar bahwa Dahayu tidak bisa berenang hingga hampir mati saat Aksa menghukumnya.Yesti mulai mencela dalam hati betapa bodohnya gadis tersebut mempercayainya.Manakala Dahayu tiba di hadapannya, segera Yesti menarik Dahayu hendak menjatuhkannya di dalam kolam.Namun, alih-alih Dahayu jatuh ke dalam kolam renang. Yesti malah menjerit kesakitan manakala pantatnya jatuh ke lantai keras setelah dijegal Dahayu. Dahayu mencibir geram sebelum berkata, "Kamu pikir aku tidak tahu pikiran busukmu? Raut wajahmu sama buruknya dengan otakmu."Dahayu langsung meninggalkan Yesti yang masih terduduk di lantai menikmati kekalahan.Rasanya Dahayu sudah muak tinggal dengan orang-orang yang terus mencoba mencelakainya.Namun langkah Dahayu mulai terhenti ketika melihat sosok tinggi yang beberapa hari ini tidak terlihat batang hidungnya. Dahayu mengira Aksa akan marah dan menindasnya saat tahu dia baru saja membuat Yesti t
Baca selengkapnya

23. Tidak Mungkin Selamanya Menjadi Pecundang

Aksa tertegun seketika mendengar pengakuan Yesti. Seharusnya dia senang lantaran apa yang dia inginkan tercapai. Tapi yang ada, rasa sesak tiba-tiba menghimpit dada. Tangan yang memegang pergelangan tangan Dahayu mengendur lemas melepaskan tautan. "Aksa, aku hamil." Kembali suara Yesti menggema mengulangi kalimatnya. Tidak ada tanggapan dari Aksa dia terpaku dengan kilat mata kosong. Sementara Dahayu segera tersenyum miring dan berkata, "Selamat, aku menunggu akta cerai darimu, Tuan Aksa Jayanta." Lantas Dahayu berlenggang pergi tak ingin bersinggungan lagi dengan dua orang yang sangat dia hindari. Sementara Yesti segera memeluk Aksa dari belakang. "Apakah kamu masih ingin meninggalkanku? Kita akan punya anak." "Beristirahatlah, aku akan menemuimu nanti." Aksa melepaskan pelukan Yesti dan segera pergi. Sementara Yesti langsung tersenyum licik sembari mengangkat dagu. Dia sudah merencanakan ini sejak Aksa menanyakan perihal tanda lahir bulan sabit. Paling tidak pengakuan hami
Baca selengkapnya

24. Tiga Bulan

Di kantor Aksa sedang menggelar rapat dengan kepala departemen pemasaran. Ketegangan memenuhi atmosfer ruangan yang tampak senyap. Aksa menatap layar proyektor dengan dingin. Sepertinya pemasaran produk parfum akan terbengkalai untuk sementara waktu. "Hentikan produksi, ini tidak akan berhasil menembus pasar internasional jika peringkatnya terus merosot," titah Aksa sembari memijat keningnya yang berdenyut. "Bagaimana jika parfumer kita mengikuti kompetisi internasional, Tuan? Jika mereka menang produk kita pasti akan diminati konsumen," usul salah satu kepala departemen pemasaran. Aksa melepaskan jarinya dari kening, dan berucap, "Atur saja. Kita tidak kekurangan modal, tapi jika diperlukan cari investor ternama untuk mendukung jalannya operasional produk kita." "Sejauh ini orang yang sangat tertarik dengan parfum adalah Grup Mantila dari kota Mada, mereka sedang membuka peluang pada perusahaan parfum untuk masuk di konsorium mereka. Jika kita bisa berkerja sama, mungkin akan leb
Baca selengkapnya

25. Kamu Adalah Istriku Bukan Budak Rendahan

"Tiga bulan. Entah kamu menjadi sesuatu atau tidak, kamu harus menyerah padaku, Dahayu. Kamu harus menjadi istriku sepenuhnya. Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri, atau kamu akan membusuk di vila Seroja, tanpa tahu dunia luar seperti apa." Seketika Dahayu tertawa mencibir setelah mendengar ancaman Aksa. "Apa yang kamu tertawakan?" tanya Aksa setelah mengerutkan alis pekatnya yang memanjang. "Aku hanya tidak tahu ekspresi apa yang harus aku tunjukkan untuk menanggapi orang sombong, tapi sangat percaya diri sepertimu, Tuan Aksa Jayanta. Kamu hanya menganggap dirimu sangat penting, dan terus memaksakan kehendak. Begini saja, aku dengar salah satu perusahaanmu akan mengikuti ajang kompetisi parfum tingkat internasional. Biarkan aku ikut berpartisipasi. Jika aku kalah aku akan bertekuk lutut padamu selamanya. Tapi jika aku menang, kamu harus melepaskanku. Apakah kamu setuju?" Aksa nyaris mencela permintaan Dahayu, dia tahu Dahayu mengambil jurusan manajemen bisnis saat kulia
Baca selengkapnya

26. Memanjakan

Dahayu hanya merespon ucapan Aksa dengan anggukkan samar setelah terpaku cukup lama, keberadaannya di samping Aksa sudah cukup menyita perhatian banyak orang.Meski Dahayu santer dikabarkan sebagai wanita perayu Aksa, tapi nyatanya orang tidak sering melihat mereka tampil berdua di depan publik.Saat jalan bersama, ini seperti sedang memberi kesempatan mata dan telinga tajam untuk mencari celah kebobrokan pada hubungan Aksa dan Dahayu.Jika Dahayu menolak dan membuat hati Aksa memburuk, mereka pasti akan muncul dalam kabar berita terpanas di kota Zimo keesokan hari.Dahayu sangat tahu bagaimana temperamen Aksa saat memaksa menuruti keinginannya. Dia tidak ingin mengambil resiko.Dahayu sedang membangun image baik di depan publik demi melancarkan proyek yang diberikan Aksa.Saat berhasil berpisah dengan Aksa, Dahayu ingin semua orang bisa memandangnya dengan pantas, bahwa dia bukan wanita rendahan yang hanya bisa merayu pria kaya demi mengenyangkan perut dan selimut hangat.Rona langit
Baca selengkapnya

27. Melanggar Batas

Mina langsung tertegun bingung mendengar perintah Yesti. "Ta—tapi, Nyonya. Kata tuan, ini ....""Ah ... sudahlah, aku sedang malas mendengar sangkalan. Aku sangat lelah, bawa saja semua barangnya ke kamarku. Atau aku akan memecatmu, dasar pelayan tidak berguna."Yesti tak memedulikan Mina yang sedang kebingungan, dia langsung berjalan menuju ke lantai atas.Namun, begitu melihat Aksa yang berdiri sembari menengok arloji, Yesti mulai tahu jika suaminya dalam suasana hati tidak baik saat ini. Yesti pun siap berdalih."Aksa, kamu sudah pulang?" sapa Yesti dan langsung memeluk Aksa.Aksa tidak menanggapi. Dia masih tetap membisu dengan sikap dinginnya."Aksa, katakan sesuatu. Aku takut jika kamu diam seperti ini," rengek Yesti masih memeluk Aksa."Kamu sedang hamil. Jika kamu masih ingin menjadi penggila kelab bersama Lukas, gugurkan saja kandunganmu," Tukas Aksa dingin dan kaku, dia sudah sangat hafal kebiasaan Yesti."Tidak, Aksa. Kita sudah menanti anak kita sejak lama, kenapa kamu men
Baca selengkapnya

28. Dahayu, Mampuslah Kau!

Seketika wajah Yesti memucat, dia hanya bisa mengangguk samar, dan berkata, "Maaf, sebelumnya aku benar-benar tidak tahu jika kamu membelikan semua itu untuk Dahayu. Aku tidak bermaksud melimpahkan semua kesalahan pada Mina. Kamu tahu aku sedang hamil, saat aku melakukan kesalahan, aku takut kamu akan meninggalkanku. Di dunia ini aku hanya memilikimu, Aksa." Aksa menatap Yesti sekilas, dan berkata, "Mulai sekarang ingatlah, nyonya di sini bukan hanya kamu, jangan berlagak superior di belakangku, kamu bukan siapa-siapa jika tanpa aku." Aksa tak berkata lagi, dia melangkah dengan gerakan elegan setelah menatap Mina sekilas. Pelayan tersebut segera mengerti dan mengambil semua barang untuk ditaruh pada tempat yang seharusnya. Yesti terduduk lemas, merasa begitu menyedihkan seperti barang tak berharga lagi sekarang. Dia tidak bisa menerima jika harus kalah dengan Dahayu. Sejak dulu dia sudah menyukai Aksa, dia juga berusaha keras untuk bisa bersama dengan Aksa, saat dia sudah mendapat
Baca selengkapnya

29. Menghancurkan atau Mengembangkan

"Aksa, lihatlah. Dahayu sudah pintar berdandan sekarang, kamu memang tidak pernah salah saat membeli barang, seleramu memang sangat luar biasa," ucap Yesti setibanya Aksa di meja makan.Mata legam Aksa bergerak pelan menuju istri muda yang tampak dingin dan acuh tak acuh menikmati santap pagi.Tidak berucap, tapi begitu menerbitkan senyum samar, Yesti pun seperti mendapatkan pecutan.'Ada apa ini?'Bukan ekspresi seperti itu yang Yesti harapkan dari seorang Aksa saat melihat istri mudanya berdandan tidak sesuai tempat.Aksa mulai duduk dengan tenang bersiap santap pagi.Suasana kembali hening, hanya hati Yesti yang bergemuruh.Sambil menyajikan menu sarapan di piring Aksa, Yesti pun kembali berucap, "Dengan dandanan luar biasa seperti itu, seharusnya Dahayu tidak pergi untuk menyiram bunga 'kan, Aksa?""Hmm ...." Seperti halnya Dahayu, Aksa juga tampak acuh tak acuh sembari meraih sendok dan garpu di tangannya.Ketenangan Aksa kali ini benar-benar membuat Yesti was-was. Matanya beral
Baca selengkapnya

30. Aku Ingin Mobil

Aksa tersenyum samar, dia membiarkan Dahayu bekerja sendirian di anak perusahaannya yang hampir bangkrut, bukan berarti dia tidak memantau apa yang sedang dilakukan Dahayu setiap saat.Hampir setengah hari berlangsung Aksa hanya sibuk menanyakan pada Ethan bagaimana perkembangan di Golden Jay dari waktu ke waktu.Hingga pekerjaan Ethan pun sedikit lebih sibuk sekarang. Tapi melihat tuannya yang mulai murah senyum, Ethan pun merasa puas dengan pekerjaannya."Bagus, sepertinya aku berhasil menyekolahkannya di luar negeri. Untuk seorang pemula dia cukup bisa berpikir cepat," puji Aksa dengan binar wajah yang cerah."Benar, Tuan. Nyonya memang sangat cerdas." Ini untuk kesekian kalinya Ethan juga menyanjung Dahayu.Semakin Aksa senang, semakin sering juga Ethan mengucapkan pujian pada nyonya mudanya."Oh ya, Tuan. Nanti Anda ingin makan siang apa?"Mendengar pertanyaan Ethan wajah cerah Aksa tiba-tiba berubah menjadi suram, dia menatap Ethan dengan sorot mata tidak suka.Diam-diam hati Et
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status