Aksa tertegun seketika mendengar pengakuan Yesti. Seharusnya dia senang lantaran apa yang dia inginkan tercapai. Tapi yang ada, rasa sesak tiba-tiba menghimpit dada. Tangan yang memegang pergelangan tangan Dahayu mengendur lemas melepaskan tautan. "Aksa, aku hamil." Kembali suara Yesti menggema mengulangi kalimatnya. Tidak ada tanggapan dari Aksa dia terpaku dengan kilat mata kosong. Sementara Dahayu segera tersenyum miring dan berkata, "Selamat, aku menunggu akta cerai darimu, Tuan Aksa Jayanta." Lantas Dahayu berlenggang pergi tak ingin bersinggungan lagi dengan dua orang yang sangat dia hindari. Sementara Yesti segera memeluk Aksa dari belakang. "Apakah kamu masih ingin meninggalkanku? Kita akan punya anak." "Beristirahatlah, aku akan menemuimu nanti." Aksa melepaskan pelukan Yesti dan segera pergi. Sementara Yesti langsung tersenyum licik sembari mengangkat dagu. Dia sudah merencanakan ini sejak Aksa menanyakan perihal tanda lahir bulan sabit. Paling tidak pengakuan hami
Di kantor Aksa sedang menggelar rapat dengan kepala departemen pemasaran. Ketegangan memenuhi atmosfer ruangan yang tampak senyap. Aksa menatap layar proyektor dengan dingin. Sepertinya pemasaran produk parfum akan terbengkalai untuk sementara waktu. "Hentikan produksi, ini tidak akan berhasil menembus pasar internasional jika peringkatnya terus merosot," titah Aksa sembari memijat keningnya yang berdenyut. "Bagaimana jika parfumer kita mengikuti kompetisi internasional, Tuan? Jika mereka menang produk kita pasti akan diminati konsumen," usul salah satu kepala departemen pemasaran. Aksa melepaskan jarinya dari kening, dan berucap, "Atur saja. Kita tidak kekurangan modal, tapi jika diperlukan cari investor ternama untuk mendukung jalannya operasional produk kita." "Sejauh ini orang yang sangat tertarik dengan parfum adalah Grup Mantila dari kota Mada, mereka sedang membuka peluang pada perusahaan parfum untuk masuk di konsorium mereka. Jika kita bisa berkerja sama, mungkin akan leb
"Tiga bulan. Entah kamu menjadi sesuatu atau tidak, kamu harus menyerah padaku, Dahayu. Kamu harus menjadi istriku sepenuhnya. Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri, atau kamu akan membusuk di vila Seroja, tanpa tahu dunia luar seperti apa." Seketika Dahayu tertawa mencibir setelah mendengar ancaman Aksa. "Apa yang kamu tertawakan?" tanya Aksa setelah mengerutkan alis pekatnya yang memanjang. "Aku hanya tidak tahu ekspresi apa yang harus aku tunjukkan untuk menanggapi orang sombong, tapi sangat percaya diri sepertimu, Tuan Aksa Jayanta. Kamu hanya menganggap dirimu sangat penting, dan terus memaksakan kehendak. Begini saja, aku dengar salah satu perusahaanmu akan mengikuti ajang kompetisi parfum tingkat internasional. Biarkan aku ikut berpartisipasi. Jika aku kalah aku akan bertekuk lutut padamu selamanya. Tapi jika aku menang, kamu harus melepaskanku. Apakah kamu setuju?" Aksa nyaris mencela permintaan Dahayu, dia tahu Dahayu mengambil jurusan manajemen bisnis saat kulia
Dahayu hanya merespon ucapan Aksa dengan anggukkan samar setelah terpaku cukup lama, keberadaannya di samping Aksa sudah cukup menyita perhatian banyak orang. Meski Dahayu santer dikabarkan sebagai wanita perayu Aksa, tapi nyatanya orang tidak sering melihat mereka tampil berdua di depan publik. Saat jalan bersama, ini seperti sedang memberi kesempatan mata dan telinga tajam untuk mencari celah kebobrokan pada hubungan Aksa dan Dahayu. Jika Dahayu menolak dan membuat hati Aksa memburuk, mereka pasti akan muncul dalam kabar berita terpanas di kota Zimo keesokan hari. Dahayu sangat tahu bagaimana temperamen Aksa saat memaksa menuruti keinginannya. Dia tidak ingin mengambil resiko. Dahayu sedang membangun image baik di depan publik demi melancarkan proyek yang diberikan Aksa. Saat berhasil berpisah dengan Aksa, Dahayu ingin semua orang bisa memandangnya dengan pantas, bahwa dia bukan wanita rendahan yang hanya bisa merayu pria kaya demi mengenyangkan perut dan selimut hangat.
Mina langsung tertegun bingung mendengar perintah Yesti. "Ta—tapi, Nyonya. Kata tuan, ini ....""Ah ... sudahlah, aku sedang malas mendengar sangkalan. Aku sangat lelah, bawa saja semua barangnya ke kamarku. Atau aku akan memecatmu, dasar pelayan tidak berguna."Yesti tak memedulikan Mina yang sedang kebingungan, dia langsung berjalan menuju ke lantai atas.Namun, begitu melihat Aksa yang berdiri sembari menengok arloji, Yesti mulai tahu jika suaminya dalam suasana hati tidak baik saat ini. Yesti pun siap berdalih."Aksa, kamu sudah pulang?" sapa Yesti dan langsung memeluk Aksa.Aksa tidak menanggapi. Dia masih tetap membisu dengan sikap dinginnya."Aksa, katakan sesuatu. Aku takut jika kamu diam seperti ini," rengek Yesti masih memeluk Aksa."Kamu sedang hamil. Jika kamu masih ingin menjadi penggila kelab bersama Lukas, gugurkan saja kandunganmu," Tukas Aksa dingin dan kaku, dia sudah sangat hafal kebiasaan Yesti."Tidak, Aksa. Kita sudah menanti anak kita sejak lama, kenapa kamu men
Seketika wajah Yesti memucat, dia hanya bisa mengangguk samar, dan berkata, "Maaf, sebelumnya aku benar-benar tidak tahu jika kamu membelikan semua itu untuk Dahayu. Aku tidak bermaksud melimpahkan semua kesalahan pada Mina. Kamu tahu aku sedang hamil, saat aku melakukan kesalahan, aku takut kamu akan meninggalkanku. Di dunia ini aku hanya memilikimu, Aksa." Aksa menatap Yesti sekilas, dan berkata, "Mulai sekarang ingatlah, nyonya di sini bukan hanya kamu, jangan berlagak superior di belakangku, kamu bukan siapa-siapa jika tanpa aku." Aksa tak berkata lagi, dia melangkah dengan gerakan elegan setelah menatap Mina sekilas. Pelayan tersebut segera mengerti dan mengambil semua barang untuk ditaruh pada tempat yang seharusnya. Yesti terduduk lemas, merasa begitu menyedihkan seperti barang tak berharga lagi sekarang. Dia tidak bisa menerima jika harus kalah dengan Dahayu. Sejak dulu dia sudah menyukai Aksa, dia juga berusaha keras untuk bisa bersama dengan Aksa, saat dia sudah men
"Aksa, lihatlah. Dahayu sudah pintar berdandan sekarang, kamu memang tidak pernah salah saat membeli barang, seleramu memang sangat luar biasa," ucap Yesti setibanya Aksa di meja makan.Mata legam Aksa bergerak pelan menuju istri muda yang tampak dingin dan acuh tak acuh menikmati santap pagi.Tidak berucap, tapi begitu menerbitkan senyum samar, Yesti pun seperti mendapatkan pecutan.'Ada apa ini?'Bukan ekspresi seperti itu yang Yesti harapkan dari seorang Aksa saat melihat istri mudanya berdandan tidak sesuai tempat.Aksa mulai duduk dengan tenang bersiap santap pagi.Suasana kembali hening, hanya hati Yesti yang bergemuruh.Sambil menyajikan menu sarapan di piring Aksa, Yesti pun kembali berucap, "Dengan dandanan luar biasa seperti itu, seharusnya Dahayu tidak pergi untuk menyiram bunga 'kan, Aksa?""Hmm ...." Seperti halnya Dahayu, Aksa juga tampak acuh tak acuh sembari meraih sendok dan garpu di tangannya.Ketenangan Aksa kali ini benar-benar membuat Yesti was-was. Matanya beral
Aksa tersenyum samar, dia membiarkan Dahayu bekerja sendirian di anak perusahaannya yang hampir bangkrut, bukan berarti dia tidak memantau apa yang sedang dilakukan Dahayu setiap saat.Hampir setengah hari berlangsung Aksa hanya sibuk menanyakan pada Ethan bagaimana perkembangan di Golden Jay dari waktu ke waktu.Hingga pekerjaan Ethan pun sedikit lebih sibuk sekarang. Tapi melihat tuannya yang mulai murah senyum, Ethan pun merasa puas dengan pekerjaannya."Bagus, sepertinya aku berhasil menyekolahkannya di luar negeri. Untuk seorang pemula dia cukup bisa berpikir cepat," puji Aksa dengan binar wajah yang cerah."Benar, Tuan. Nyonya memang sangat cerdas." Ini untuk kesekian kalinya Ethan juga menyanjung Dahayu.Semakin Aksa senang, semakin sering juga Ethan mengucapkan pujian pada nyonya mudanya."Oh ya, Tuan. Nanti Anda ingin makan siang apa?"Mendengar pertanyaan Ethan wajah cerah Aksa tiba-tiba berubah menjadi suram, dia menatap Ethan dengan sorot mata tidak suka.Diam-diam hati Et
"Seperti itukah putra kesayanganmu?"Ucapan sarkas Elena membuat wajah Defgan menggelap."Lukas, apa yang kamu tertawaan?"Tawa Lukas mulai mereda, dan berkata, "Memangnya kenapa jika aku tidur dengan Yesti? Aku hanya mencoba menyelamatkan keluarga Jayanta."Semua orang bingung dengan pernyataan Lukas.Tapi Lukas justru menegakkan kepala dengan percaya diri ketika menatap Defgan. Bahkan dia tersenyum."Ayah, aku ingin menjadi putra baik dan berbudi luhur. Tapi keadaan memaksaku melakukan itu, jika tidak maka keturunan keluarga Jayanta akan terputus.""Apa maksudmu?"Lukas tersenyum. "Ayah, Yesti dan Aksa menikah sudah hampir 10 tahun, tapi mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak. Tapi Yesti hanya melakukan sekali denganku dan dia langsung hamil. Apa itu artinya?"Lukas kembali tertawa mengejek ketika melihat Aksa, dan berkata, "Aksa mandul!""Omong kosong!" Elena tidak terima."Terserah kamu percaya atau tidak. Putramu itu adalah laki-laki mandul. Meskipun dia sangat kaya dan memp
Dahayu jelas merasakan ada banyak pasang mata yang tak terhitung jumlahnya sedang tertuju padanya.Dalam sekejap, Dahayu dan Yesti sepertinya menjadi tontonan.Keheningan langsung menyelimuti setelah kegaduhan dari mulut Yesti. Semua orang masih tercengang dan ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.Pada akhirnya Dahayu menyeringai. "Apa kamu kebanyakan nonton drama protagonis yang teraniaya?" cela Dahayu asal asalan."Sudah cukup kamu beromong kosong!"Dahayu menoleh dan melihat yang berbicara barusan adalah Defgan.Dia tersenyum dangkal dan menghela napas tidak berdaya.'Betapa bodohnya orang tua ini dikelabuhi Yesti,' batinnya.Lukas juga terlihat datang dan membantu Yesti berdiri."Aku menyesal mengundangmu ke sini. Kamu memang membawa bencana dimana pun kamu berada!"Lukas juga ikut angkat bicara membuat Dahayu sadar dia telah diserbu."Penjaga! Usir wanita pembawa sial itu dari sini!"Perintah Defgan menghadirkan dua orang keamanan dan langsung mencengkeram dua tangan
Di sisi Defgan, Lukas juga tampak tersenyum mencemooh kepada Aksa.Dia menganggap, sekarang Aksa hanya seorang laki-laki tak berguna yang hidup mengandalkan wanitanya.Sudah tidak punya pekerjaan, semua saham juga sudah dikuasai oleh istrinya.'Benar-benar laki-laki bodoh!'Raut ejekan di wajah Lukas terlihat jelas di mata Aksa. Tapi tampaknya dia juga tidak peduli.Perhatian Aksa justru tertuju pada Defgan yang terlihat tegang.Sama sekali tak ada kesan puas di wajah Defgan meski perusahaan Jayanta sudah lolos dari masa kritis.Tentu saja.Lukas baru saja kehilangan 25% saham hanya demi mempertahankan perusahaan Jayanta.Perusahaan Wisesa memang berjanji tidak akan mencekal bisnis perusahaan Jayanta lagi, mereka juga menyumbang begitu banyak dana untuk membantu perusahaan Jayanta.Tapi juga merampas kepemilikan saham sebanyak 25%.Namun, perusahaan Jayanta tidak punya pilihan untuk bisa menolak.Saat ini perusahaan Jayanta sudah terpecah, dan sebagian besar dimiliki oleh Dahayu dan
Konsorsium Jayanta kini hanya seonggok bangunan sepi setelah kehilangan banyak investornya.Hampir semua proyek mangkrak karena kekurangan dana untuk mengoperasikannya.Dan sudah pasti pendapatan menurun drastis dan berakibat pengurangan karyawan secara besar-besaran untuk menghindari defisit dalam jangka panjang.Bahkan bisnis yang ada di luar negeri tiba-tiba mendapat serangan dari perusahaan Wisesa.Defgan dibuat sakit kepala dengan masalah pasca pengangkatan Lukas sebagai CEO konsorsium Jayanta.Dulu saat dipegang Aksa, dia tinggal duduk manis dan menikmati hasilnya.Sekarang dia sudah tidak punya saham, tapi masih saja dipusingkan dengan urusan perusahaan.Dia baru sadar jika putra keduanya ini benar-benar tidak becus mengelola perusahaan.Tapi menyesal saja tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Defgan tetap turun tangan demi menyelamatkan perusahaan peninggalan leluhurnya."Atur janji dengan pemimpin perusahaan Wisesa. Jika masih menolak, paling tidak bisa berbicara melalui sa
Lukas tersenyum senang. Ternyata saudaranya ini sangat bodoh dan masih melindunginya seperti dulu.'Apa kamu pikir dengan bersikap baik padaku, ayah akan melunak padamu?''Anak haram tetaplah anak haram. Kamu bukan lagi tuan muda Jayanta.'Tapi semua anggota dewan direksi justru tidak terima dengan pernyataan Aksa.Dahayu sendiri juga tidak menyangka jika Aksa akan menyerah secepat ini."Tuan Aksa. Kami sangat percaya pada Anda, kami tahu Anda lebih baik dari pada Lukas dalam memimpin perusahaan. Kami harap Anda tidak menyerah dan mengecewakan kami. Kami sangat mendukung Anda di perusahaan ini."Seseorang mulai menyampaikan kekhawatirannya dan membuat yang lain juga melontarkan pendapat mereka masing-masing agar Aksa tidak mundur dari jabatannya.Tapi sepertinya Aksa memang sudah tidak berniat memimpin konsorsium Jayanta lagi."Saya tidak ingin menyalahi aturan. Siapa yang mempunyai saham tertinggi maka dialah yang pantas menjadi pemimpin. Karena itu sejak awal saya sudah mempersiapka
Keriuhan di kota Zimo diabaikan.Aksa masih bekerja seperti biasa, dan pulang ke apartemen Dahayu setelahnya.Vila Seroja sudah menjadi tempat menjijikkan bagi Aksa.Tempat itu hanya mengingatkan akan kebodohan dan penyesalannya saat ini.Duduk termenung menatap gemerlap lampu kota sambil menyesap anggur sudah menjadi kegemaran baru setiap harinya.Apartemen itu sangat nyaman untuk meresapi kerinduannya terhadap Dahayu."Tuan …." Suara Ethan terdengar ringan.Aksa tidak menoleh, juga tidak menyahut.Seakan tidak ingin diganggu.Tapi suara orang lain, tiba-tiba membuat alisnya berkerut dengan sedikit senyuman dingin."Beruntung sekali Kakak ipar mengunjungiku," ucap Aksa santai sambil memutar kursinya."Berhenti memanggilku seperti itu. Kamu membuatku jijik."Aksa terkekeh mendengar umpatan Satya."Ada apa?" tanya Aksa santai."Aku ada urusan di luar negeri, ayah dan ibu juga sangat sibuk. Jika kamu suami yang baik, kamu tidak akan membiarkan dia sendirian."Satya yang tidak ingin berb
Keesokan harinya, kota Zimo langsung digegerkan dengan berita bahwa Aksa dicoret dari kartu keluarga Jayanta karena tidak ingin menceraikan Dahayu.Aksa tidak lagi menyandang gelar tuan muda Jayanta karena sudah dibuang oleh ayahnya.Berita bahwa Aksa adalah anak haram juga beredar di mana-mana.Sudah pasti Lukas di balik rumor jahat yang beredar saat ini.Biasanya Aksa akan menebas dan melenyapkan berita miring tentangnya.Tapi kali ini dia membiarkan saja berita tersebut menyala dan membuat kegaduhan semua kalangan di kota Zimo.Dan sampailah pada Dahayu yang saat ini sedang duduk bersandar di kamarnya sambil menonton televisi."Sepertinya dia sangat mencintaimu. Demi mempertahankanmu, dia rela didepak dari keluarga Jayanta," ucap Satya acuh tak acuh sembari memasukan kacang atom ke mulutnya.Saat ini Satya tengah berbaring di samping Dahayu.Dahayu sama sekali tak menanggapi ucapan kakaknya hanya menatap dingin layar televisi saat ini."Kamu tidak ingin memberi tahunya jika dia aka
Acara pesta berakhir. Melihat Aksa masih berdiri menatapnya, Dahayu sama sekali tak ingin menghindar. Dia pun berjalan dengan anggun menghampiri suaminya. "Tuan Aksa Jayanta, para tamu undangan sudah pulang, kenapa Anda masih di sini?" Wajah tampan aksa bersinar, menyambut kedatangan istrinya. "Aku belum mengucapkan. Selamat ulang tahun pada istriku?" Dahayu tersenyum sengit dan berkata, "Ucapan selamat saja tidak cukup, Anda harus datang dengan membawa hadiah. Tapi sepertinya Anda datang dengan tangan kosong, sebaiknya aku yang menentukan hadiahku." Aksa tahu apa yang akan dilakukan Dahayu saat seseorang mendekat dengan membawa stopmap di tangannya. Dia tersenyum dan menerima berkas tersebut. Namun, bukannya menandatangani, Aksa malah menyobek lembar kertas tersebut menjadi sobekan kecil-kecil dan melemparkan ke udara. Untuk sesaat Dahayu kejatuhan sobekan kertas hingga seperti sedang diguyur confetti. Raut wajahnya menjadi dingin dan kejam kala menatap Aksa. Namun, Aksa ju
Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut. Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi. Apalagi saat melihat Dahayu yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya. Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?" "Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?" "Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila." "Benar, perempuan muda dan be