Seketika wajah Yesti memucat, dia hanya bisa mengangguk samar, dan berkata, "Maaf, sebelumnya aku benar-benar tidak tahu jika kamu membelikan semua itu untuk Dahayu. Aku tidak bermaksud melimpahkan semua kesalahan pada Mina. Kamu tahu aku sedang hamil, saat aku melakukan kesalahan, aku takut kamu akan meninggalkanku. Di dunia ini aku hanya memilikimu, Aksa." Aksa menatap Yesti sekilas, dan berkata, "Mulai sekarang ingatlah, nyonya di sini bukan hanya kamu, jangan berlagak superior di belakangku, kamu bukan siapa-siapa jika tanpa aku." Aksa tak berkata lagi, dia melangkah dengan gerakan elegan setelah menatap Mina sekilas. Pelayan tersebut segera mengerti dan mengambil semua barang untuk ditaruh pada tempat yang seharusnya. Yesti terduduk lemas, merasa begitu menyedihkan seperti barang tak berharga lagi sekarang. Dia tidak bisa menerima jika harus kalah dengan Dahayu. Sejak dulu dia sudah menyukai Aksa, dia juga berusaha keras untuk bisa bersama dengan Aksa, saat dia sudah mendapat
"Aksa, lihatlah. Dahayu sudah pintar berdandan sekarang, kamu memang tidak pernah salah saat membeli barang, seleramu memang sangat luar biasa," ucap Yesti setibanya Aksa di meja makan.Mata legam Aksa bergerak pelan menuju istri muda yang tampak dingin dan acuh tak acuh menikmati santap pagi.Tidak berucap, tapi begitu menerbitkan senyum samar, Yesti pun seperti mendapatkan pecutan.'Ada apa ini?'Bukan ekspresi seperti itu yang Yesti harapkan dari seorang Aksa saat melihat istri mudanya berdandan tidak sesuai tempat.Aksa mulai duduk dengan tenang bersiap santap pagi.Suasana kembali hening, hanya hati Yesti yang bergemuruh.Sambil menyajikan menu sarapan di piring Aksa, Yesti pun kembali berucap, "Dengan dandanan luar biasa seperti itu, seharusnya Dahayu tidak pergi untuk menyiram bunga 'kan, Aksa?""Hmm ...." Seperti halnya Dahayu, Aksa juga tampak acuh tak acuh sembari meraih sendok dan garpu di tangannya.Ketenangan Aksa kali ini benar-benar membuat Yesti was-was. Matanya beral
Aksa tersenyum samar, dia membiarkan Dahayu bekerja sendirian di anak perusahaannya yang hampir bangkrut, bukan berarti dia tidak memantau apa yang sedang dilakukan Dahayu setiap saat.Hampir setengah hari berlangsung Aksa hanya sibuk menanyakan pada Ethan bagaimana perkembangan di Golden Jay dari waktu ke waktu.Hingga pekerjaan Ethan pun sedikit lebih sibuk sekarang. Tapi melihat tuannya yang mulai murah senyum, Ethan pun merasa puas dengan pekerjaannya."Bagus, sepertinya aku berhasil menyekolahkannya di luar negeri. Untuk seorang pemula dia cukup bisa berpikir cepat," puji Aksa dengan binar wajah yang cerah."Benar, Tuan. Nyonya memang sangat cerdas." Ini untuk kesekian kalinya Ethan juga menyanjung Dahayu.Semakin Aksa senang, semakin sering juga Ethan mengucapkan pujian pada nyonya mudanya."Oh ya, Tuan. Nanti Anda ingin makan siang apa?"Mendengar pertanyaan Ethan wajah cerah Aksa tiba-tiba berubah menjadi suram, dia menatap Ethan dengan sorot mata tidak suka.Diam-diam hati Et
Dahayu sangat bisa membaca apa yang ada di pikiran Aksa, dia pun tersenyum samar dan berkata, "Kamu dapat memegang kata-kataku. Aku bukan orang yang suka membual, aku akan tetap tenang sebelum kompetisi parfum berlangsung."Aksa hanya menatap Dahayu dengan cukup lama, hatinya masih belum bisa menerima meski Dahayu sudah memberikan keterangan yang cukup jelas."Nyonya Jayanta tidak menyetir sendiri," ucap Aksa pelan.Dahayu mulai kesel sekarang. Nada bicaranya pun sedikit keras. "Sebenarnya kamu itu takut atau serakah? Sudah ada ....""Aku takut, Dahayu. Aku takut, kamu dengar itu?" Aksa berucap memotong ucapan Dahayu sembari maju selangkah, membuat Dahayu terkesiap.Dahayu melihat binar keseriusan di mata Aksa yang kelam. Entah mengapa hatinya juga mulai bergetar mendengar apa yang diucapkan Aksa. Dahayu pun terpaku untuk beberapa saat menatap Aksa yang juga menatapnya dengan sangat dalam saat ini.Ada ikatan yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata dari setiap tatapan dua orang yang
Di perjalanan kembali ke Golden Jay Dahayu terus melamun, dia sedikit terkejut ketika merasakan ponsel yang dia genggam di pangkuan bergetar.Dia menengok notifikasi dan melihat nama Yesti di sana.Ibu jarinya mengusap pelan layar ponsel dan menekan video yang baru saja dikirimkan Yesti.Terlihat Aksa menyuapkan makanan yang dia kirim kepada Yesti, ada senyuman samar di bibir laki-laki tersebut. Kemudian dia meletakkan sendok dan mengusap perut Yesti dengan penuh kasih sayang. Itu adalah binar kebahagiaan seorang pria yang akan mendapat gelar seorang ayah.Mata Dahayu meredup, tangannya pun lemas dan kembali meletakkan ponsel di pangkuan. Dia kembali tertegun. Namun bola matanya bergerak ke layar ponsel begitu merasakan ponsel tersebut kembali bergetar. [Terima kasih ya, kamu telah melayani kami dengan baik. Semoga Aksa memberikan gaji yang pantas untukmu.]Jelas Dahayu tahu, pesan yang dikirimkan Yesti adalah hinaan untuknya.Dahayu hanya dianggap pelayan kecil yang tidak penting.
Aksa baru saja menyelesaikan pekerjaannya di kantor, malam ini dia akan menemui klien di kota Zimo selatan.Dia sudah bersiap ingin pergi. Namun, Ethan yang selalu menyertainya tiba-tiba menunjukkan wajah suram manakala menghadap, membuat Aksa ingin bertanya, "Ada apa?""Ada masalah, Tuan. Nyonya kedua sekarang ditangkap polisi."Seketika alis tebal Aksa berkerut, ada embusan napas kasar yang keluar dari celah hidung pria tersebut.'Apa lagi yang dia lakukan?'Sesampainya di kantor polisi, Aksa baru mengetahui jika Dahayu dituduh melakukan tindak penganiayaan terhadap pimpinan grup Majaya yang hendak melecehkannya.'Lagi, kasus serupa terjadi,' batin Aksa kesal.Setelah menyelidiki lebih dalam ternyata usai mengantar maka siang ke kantornya, Dahayu berkali-kali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari klien yang dia temui.Seketika raut wajah Aksa berubah suram memikirkan begitu banyak orang yang menginginkan istri mudanya.Dahayu sama sekali tidak terlihat seperti wanita penggod
Saat ini Aksa sudah membawa Dahayu ke dalam mobil. Tapi keheningan tiba-tiba lenyap saat Dahayu memekik sembari menahan tangan kekar Aksa yang mencoba melepas pakaian Dahayu. "Apa yang kamu lakukan? Kita ada dalam mobil!"Aksa sama sekali tidak ingin menghiraukan teriakan Dahayu dia terus mencoba melepas pakaian istri mudanya yang basah."Hentikan! Apa kamu sudah gila?" Lagi, Dahayu berteriak sembari mencegah tangan Aksa untuk melepas pakaiannya. Namun, nyatanya Aksa belum ingin menggubris teriakan Dahayu, bahkan dia sudah berhasil melepaskan blazer yang Dahayu kenakan."Tuan, hentikan!" Dahayu sudah sangat panik melihat Aksa yang menggila tak mau berhenti melepas pakaiannya."Tuan ...."Plak!Dahayu kehilangan kesabaran, dia tidak punya pilihan lain untuk menghentikan kegilaan Aksa selain menampar laki-laki tersebut.Aksa membeku sesaat sembari menatap Dahayu lekat.Ada setitik air mata yang menetes di pipi istri muda.Dahayu mengusap kasar cairan yang meleleh tanpa bisa dia cegah.
"Pergi! Jangan mendekat padaku! Pergi!" Senyum dan tawa merendahkan tak henti menguar menanggapi seru ketakutan Dahayu yang terlempar di atas kasur dengan kasar. Wajah memerah penuh derai air mata malah membuat dua laki-laki sangat berhasrat untuk memakan gadis itu hidup-hidup. Bahkan ketakutan itu kian terlihat indah di mata mereka. "Menurutlah ... menurutlah ... kami akan membuatmu nyaman," ucap salah satu laki-laki tersebut kala melihat Dahayu terus mundur ke belakang. Sementara laki-laki lain masih menatap tubuh ramping Dahayu yang berbalut gaun sutera panjang warna mocca, sungguh keindahan yang luar biasa. "Kamu benar-benar sangat cantik, aku belum pernah memakan daun muda sepertimu, apakah kamu sangat manis?" Pria yang lain bertanya dengan raut wajah yang membuat Dahayu jijik. Dicekoki begitu banyak alkohol tentu saja melemahkan kesadaran Dahayu, tapi dia masih mempunyai kewarasan untuk tidak melayani laki-laki jahanam yang hendak menganiayanya. Ketika salah satu da