Aksa baru saja menyelesaikan pekerjaannya di kantor, malam ini dia akan menemui klien di kota Zimo selatan.Dia sudah bersiap ingin pergi. Namun, Ethan yang selalu menyertainya tiba-tiba menunjukkan wajah suram manakala menghadap, membuat Aksa ingin bertanya, "Ada apa?""Ada masalah, Tuan. Nyonya kedua sekarang ditangkap polisi."Seketika alis tebal Aksa berkerut, ada embusan napas kasar yang keluar dari celah hidung pria tersebut.'Apa lagi yang dia lakukan?'Sesampainya di kantor polisi, Aksa baru mengetahui jika Dahayu dituduh melakukan tindak penganiayaan terhadap pimpinan grup Majaya yang hendak melecehkannya.'Lagi, kasus serupa terjadi,' batin Aksa kesal.Setelah menyelidiki lebih dalam ternyata usai mengantar maka siang ke kantornya, Dahayu berkali-kali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari klien yang dia temui.Seketika raut wajah Aksa berubah suram memikirkan begitu banyak orang yang menginginkan istri mudanya.Dahayu sama sekali tidak terlihat seperti wanita penggod
Saat ini Aksa sudah membawa Dahayu ke dalam mobil. Tapi keheningan tiba-tiba lenyap saat Dahayu memekik sembari menahan tangan kekar Aksa yang mencoba melepas pakaiannya. "Apa yang kamu lakukan? Kita ada dalam mobil!" Aksa sama sekali tidak ingin menghiraukan teriakan Dahayu dia terus mencoba melepas pakaian istri mudanya yang basah. "Hentikan! Apa kamu sudah gila?" Lagi, Dahayu berteriak sembari mencegah tangan Aksa untuk melepas pakaiannya. Namun, nyatanya Aksa belum ingin menggubris teriakan Dahayu, bahkan dia sudah berhasil melepaskan blazer yang Dahayu kenakan. "Tuan, hentikan!" Dahayu sudah sangat panik melihat Aksa yang menggila tak mau berhenti melepas pakaiannya. "Tuan ...." Plak! Dahayu kehilangan kesabaran, dia tidak punya pilihan lain untuk menghentikan kegilaan Aksa selain menampar laki-laki tersebut. Aksa membeku sesaat sembari menatap Dahayu lekat. Ada titik air mata yang menetes di pipi istri muda. Dahayu mengusap kasar cairan yang meleleh tanpa
"Jadi dia telah mendapatkan mainan baru dan melupakanmu?" tanya Lukas sembari mengemudikan mobil. "Tutup mulutmu, kata-katamu hanya membuat telingaku sakit." Yesti menyahut dengan binar wajah kesal. Lukas tertawa ringan menanggapi kekesalan Yesti. "Aku sudah mengatakan Aksa tidak sebaik diriku, jadi kapan kamu akan meninggalkannya dan berpaling kepadaku?" Hesti melirik laki-laki di sampingnya, lantas dia berkata, "Apa kamu benar-benar ingin berperan sebagai ipar adalah maut?" "Kenapa tidak? Nyatanya setiap ada masalah kamu juga lari padaku. Jika kamu sangat menderita maka tinggalkanlah dia, aku yang akan membahagiakanmu." Memang iya, Lukas selalu ada untuk Yesti, dia akan menemaninya mabuk sepanjang waktu dan mendengarkan apapun keluh kesah Yesti. Tapi meninggalkan pria yang sangat tampan dan berkuasa siapa yang mau? Meskipun terlahir dari ayah yang sama, nyatanya ketampanan dan karisma seorang pemimpin hanya dimiliki oleh Aksa. 'Hanya wanita bodoh yang mau meninggalkan suami se
Di kota selatan, Aksa baru saja selesai menggelar pertemuan dengan orang penting di sebuah restoran mewah, senyumnya merekah resmi layaknya pengusaha sukses pada umumnya.Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam saat ini, kakinya yang memakai sepatu kulit berjalan elegan keluar dari salah satu ruangan eksklusif restoran tersebut.Dia ingin kembali ke hotel tempat Dahayu menginap, dia sangat ingat istri kecilnya sedikit demam saat dia meninggalkannya tadi.Membiarkan sendirian di kamar hotel tentu saja membuatnya sedikit khawatir.Namun, kelopak mata itu tiba-tiba menyipit kala mendapati istri pertamanya juga ada di restoran tersebut bersama adiknya."Aksa." Yesti menyapa dengan senyum cantik yang terlihat menawan.Tanpa ragu Yesti langsung memeluk Aksa dengan mesra, sementara matanya mulai melirik ke kanan dan ke kiri. Ada kilat pertanyaan pada sorot mata itu manakala tidak melihat Dahayu di sana."Kenapa kamu di sini?" Suara Aksa terdengar datar seperti biasanya."Aku datang menemu
Pintu masuk Golden Jay sudah sangat ramai dipenuhi oleh para wartawan yang sedang mencari berita, setibanya Dahayu sampai di tempat tersebut. Dahayu menghela napas sejenak guna menyiapkan mental. Dua hari bekerja, dia sudah dihadapkan masalah yang bertubi-tubi. Kembali dia mengenakan kaca mata hitam yang dia rampas dari Ethan sebelum keluar dari dalam mobil. Awalnya Dahayu mengira akan menghadapi semua wartawan sendirian. Namun, begitu dia keluar dari dalam mobil 10 pria dengan setelan jas hitam rapi mengepung dan melindunginya dari berbagai penjuru. Senyum samar muncul di garis bibir Dahayu, tentu saja dia tahu siapa yang mengatur semua ini. Dahayu mulai berjalan dengan percaya diri menghadapi kamera on yang menyorot kepadanya. "Direktur Dahayu, apa benar Anda telah menganiaya sejumlah investor yang Anda lobi?" Dengan percaya diri Dahayu menjawab, "Benar." "Kenapa Anda melakukan itu? Anda tidak puas mempermalukan keluarga Jayanta sejak empat tahun yang lalu?" "Mempun
Dahayu berjalan santai memasuki kantor dengan aura kepercayaan diri maksimal.Rivan yang sejak tadi menunggu, langsung menghampiri Dahayu, "Direktur Dahayu, para pemegang saham saat ini sedang berada di ruang rapat. Mereka sedang menunggu Anda menjelaskan tentang berita heboh pagi ini, sepertinya mereka takut merugi karena sudah berinvestasi pada perusahaan yang Anda pimpin.""Aku akan segera menanganinya." Kepercayaan diri Dahayu belum hilang dari binar wajahnya yang rupawan.Dia berjalan dengan langkah sedikit cepat namun tak mengurangi kadar aura mulia yang terpancar dari setiap gestur tubuhnya.Sementara internet saat ini masih sangat gaduh. Berita tentang Dahayu yang kembali menganiaya beberapa orang kemarin sudah menjadi pusat perhatian publik.Membawa batu taman saat menemui investor. Ini seperti menggambarkan dewi iblis yang tak kenal takut.Namun, juga mengundang pertanyaan publik tentang bagaimana posisi Dahayu di samping Aksa?Seorang yang sangat berkuasa membiarkan istri k
"Begini, Tuan. Anda pasti sudah tahu kondisi perusahaan saat ini. Tapi direktur Dahayu malah memerintahkan pada bagian produksi untuk meningkatkan unit sebanyak 20% dari produksi bulan kemarin. Kami tidak bermaksud meremehkan kemampuan direktur Dahayu. Hanya saja kami sudah berusaha mengembangkan perusahaan ini selama dua tahun, tapi hasilnya seperti yang Anda ketahui. Kami khawatir memproduksi barang tanpa perhitungan, hanya akan menjadi penambah debu di gudang. Direktur Dahayu sama sekali tak mau mendengar nasehat dari kami. Mungkin jika Anda yang berkata direktur Dahayu akan lebih mengerti."Kekhawatiran Rivan hanya disambut dengkusan samar oleh Aksa, dengan suara rendah dan datar dia pun bertitah, "Jalankan saja apa yang dia perintahkan."Seketika Rivan terkesiap mendengar nada datar Aksa. Dia pun semakin bingung dengan pemikiran atasan tertinggi mereka.'Apa dia memang ingin menghancurkan perusahaan ini demi menyenangkan istrinya?' batin Rivan bingung sembari menatap Ethan yang t
"Tch ...." Dahayu berdecak kesal sembari mengibaskan tangan Aksa. Sepertinya memang tiada hari tanpa ancaman yang keluar dari mulut pria di hadapannya. Tapi begitu Aksa menyentuh dahinya perlahan, Dahayu sedikit terkesiap dan membatin, 'Dia sedang apa?' "Jangan berlagak seperti wonder woman," tukas Aksa sinis. Dahayu tahu dia memang sedikit demam sejak tadi malam, tapi dia merasa baik-baik saja sekarang. Mencaci dengan kata sok perhatian seperti itu hanya terlihat lebay di mata Dahayu. Aksa menarik tubuh dan berjalan membuka pintu ruangan Dahayu. Sepertinya dia memerintahkan sesuatu pada Ethan. Hanya saja Dahayu tidak mendengar apa yang pria itu perintahkan. Saat Aksa kembali Dahayu sudah turun dari atas meja. Dia menatap Dahayu dingin dan datar tanpa berucap. Sikap diam Aksa sangat membuat Dahayu tidak nyaman, hingga alis halus itu kini sedikit berkerut. "Aku akan menyiapkan makan siang untukmu," kilah Dahayu, dia mencoba menghindari Aksa. Namun, tangannya kembali ditarik, t
Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut.Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi.Apalagi saat melihat Dahayu Yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya.Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?""Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?""Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila.""Benar, perempuan muda dan berbakat
Hari berlalu dengan cepat. Terangnya matahari kini telah berganti dengan keanggunan malam.Pukul tujuh malam waktu setempat, Aksa sudah duduk tenang di dalam mobil.Memandang secarik kertas perjanjian perceraian sebagai hadiah ulang tahun istri kecilnya.Aksa mendengkus samar setelah tersenyum ironi dari bibir yang manis.Mungkin baru kali ini dia memberi hadiah ulang tahun dengan menyakiti hatinya sendiri."Jalan," titahnya pada Ethan yang sejak tadi memang menunggu dia memerintah.Mobil itu sekarang sudah melaju menelusuri jalanan kota Zimo yang basah akibat guyuran hujan sepanjang sore.Dingin, layaknya hati Aksa yang melangkah untuk melepaskan peri kecil yang sempat memberi senyum hangat setelah hampir lima tahun menjadi seorang istri.Ini adalah ulang tahun istrinya, tapi digelar dia kediaman Mantila. Cukup menegaskan jika istri kecilnya telah berpaling pada hati yang lain, tapi dengan bodohnya dia malah datang untuk memberi hadiah dengan tangannya sendiri.Ramai dan sangat megah
Sesuai prediksi Dahayu, saat ini Yesti sudah tiba di kediaman Jayanta. Niatnya menghindari Lukas, nyatanya tak bisa terealisasi. Siapa lagi yang bisa dia mintai pertolongan selain Lukas? Adik ipar sekaligus selingkuhannya.Gegas Yesti berjalan menuju paviliun milik Lukas dan mendapati laki-laki itu tengah terbaring di kamarnya.Begitu melihat Yesti, Lukas sedikit melengos dengan senyum mencela. "Baru ingat aku, sekarang?" ucapannya sinis.Yesti pun segera tahu jika saat ini Lukas sedang marah lantaran dia tidak menanyakan kabarnya setelah Aksa menembaknya.Wanita itu langsung tahu apa yang harus dilakukan. "Lukas, aku mohon mengertilah posisiku. Kamu tahu betapa sulitnya aku agar Aksa tidak curiga. Aku sungguh sangat mengkhatirkanmu, lihat, aku langsung datang ke sini setelah Aksa pergi entah ke mana?"Lukas tahu Aksa pasti sedang mencari Dahayu. Dia sangat ingat saat saudaranya itu mengamuk lantas menembak dadanya dua hari yang lalu. Beruntung pengawal ayahnya segera membantu, jika t
Yesti terkesiap karena itu. Memang benar, Aksa sudah tidak mempunyai respek terhadap orang tuanya. Tidak mungkin meminta bantuan pada suaminya. Terlebih yang dianiaya adalah Dahayu, pasti suaminya tidak akan segan-segan untuk membunuh orang tuanya.Namun, mendengar Dahayu mengatakan jika Aksa tidak tahu kejadian ini, sudah pasti sekarang laki-laki itu tidak ada di kota Zimo. Melihat Dahayu berkeliaran di hotel sendirian, dia pun mulai berpikiran picik."Mungkin memang terjadi kesalahpahaman dengan orang tuaku, tapi pikirkan jika Aksa mengetahui bahwa kamu berkeliaran di hotel sendirian, Dahayu. Kamu telah membuat semua orang khawatir setelah menghilang selama satu pekan. Ternyata kamu malah ada di sini. Laki-laki mana lagi yang tengah kamu rayu setelah tahu cinta Aksa hanya untukku dan bayiku?"Lagi, Dahayu tergelak ringan mendengar desakan Yesti. Jelas perempuan itu kembali ingin mempermalukannya melihat pengunjung hotel lain sekarang tengah menonton di a
Di kota Zimo, Yesti sedang duduk manis menikmati kudapan yang baru saja disajikan para pelayan. Tapi tiba-tiba dia membanting apa yang dia pegang ke atas piring dengan kesal. Dia berdiri, lantas mematut diri di depan cermin. Tubuhnya sudah tak secantik dulu setelah perutnya mulai menggembung, lengan dan kakinya juga mulai membengkak. Benar-benar tidak sedap dipandang, menurutnya. Teringat tadi malam Aksa mengusirnya dari ruang baca dengan sangat kasar, hatinya pun menjadi sangat sedih. Dia mengira bahwa tubuhnya sudah tak menarik lagi hingga Aksa sudah tak terpikat dengan kecantikannya. Terlebih ketika ingat Ethan mengatakan bahwa Dahayu sudah ditemukan. Pikirannya pun semakin kesal membayangkan kemungkinan yang terjadi saat ini. Di kolam renang Dahayu memperlihatkan betapa indah tubuh ramping yang dia miliki beserta begitu banyak jejak cinta yang melukis tubuhnya di dekat area sensitif. Yesti mengira saat ini Dahayu pasti sedang menggoda Aksa dengan tubuh indah yang dia mili
"Tuan ...." Suara Ethan yang menyapa mengundang Aksa yang baru saja membuka mata perlahan menoleh. Asistennya juga tampak buruk, ada luka lembam yang menodai wajahnya. Ketika Aksa menunduk, perban sudah membalut dadanya yang tertembak. Tapi saat menilik ruangan asing ini. Dia menghela napas kasar dan mendongak pasrah di bantalnya yang empuk. "Nyonya baru saja pergi, Tuan." Seakan tahu apa yang dipikirkan Aksa, Ethan kembali bersuara. Namun, itu justru membuat Aksa tersenyum samar. Dia tahu Dahayu tak bisa membencinya meski hatinya tersakiti. Terbukti wanita itu tak mampu menembaknya meski dia ingin. Jika bukan karena Satya, dadanya tak mungkin terluka seperti ini. Aksa tahu istri kecilnya ini mempunyai hati yang baik, dia hanya ingin hidup tenang dengan meninggalkan gelar pelakor yang selama ini terus merunjam dari segala arah. Dia lelah terus menyandang gelar menjijikkannya itu sepanjang waktu, meski bukan keinginan Dahayu untuk menjadi orang ketiga. Aksa semakin menyes
Sama seperti halnya Aksa di masa lampau, saat ini Dahayu sangat ingin menyakiti laki-laki itu, tapi ternyata justru malah menyakiti hatinya sendiri. Tangannya mengepal kuat acap kali tendangan terus menghantam tubuh tak berdaya di bawah sana, hatinya terasa penuh oleh sesuatu yang menusuk.Namun, membiarkan Aksa menikmati kemenangannya dengan mudah juga membuat Dahayu marah. Laki-laki itu harus merasakan apa yang dia rasakan saat itu.Membohongi dan membuatnya kedinginan sepanjang malam, setelah mendapatkan pukulan berkali-kali dari dua pelayan yang menyiksanya. Itu mana mungkin Dahayu lupakan."Apa yang terjadi?" tanya Satya pelan membuat Dahayu mengembuskan napas samar, meski dia enggan menjawab pertanyaan Satya.Melihat kebisuan Dahayu, hidung Satya mengembang menghirup udara dengan emosi yang kuat. "Dia juga memperlakukanmu seperti itu?"Dahayu masih membisu, matanya terus menatap laki-laki tak berdaya di bawah sana.
Lampu mercusuar berkelip kala helikopter terbang mengitari pulau dengan kastil kecil di tengahnya. Langit yang tadinya tampak kelabu kini pun menjatuhkan jutaan rintik hujan yang menghantam permukaan lautan.Sepatu boots hitam nan gagah jatuh menapak di pasir putih pada malam gelap bersama tiupan angin laut yang mencekam.Aksa bejalan cepat menembus hujan deras, langkahnya sama sekali tak terhenti ketika suara tembakan bergema di udara.Di kejauhan, dia melihat kastil kecil dengan benteng batu kokoh yang menonjol di atas bukit. Sekelompok orang dengan senjata api berjaga di sana, siap mempertahankan diri dari serangan.Suara tembakan terus berlanjut, mengiringi perjalanan Aksa yang semakin mendekat ke arah kastil.Aksa memaksa diri untuk bergerak meski basah kuyup, pikirannya hanya tertuju pada satu hal: Dahayu, istrinya yang hilang.Sejak awal dia sudah menebak bahwa Satya yang membawa Dahayu pergi, tapi tidak menyangka jika laki-laki itu akan menyembunyikan istrinya di pulau terpenc
Di tempat tidur yang sangat nyaman, perlahan Dahayu membuka mata dengan berat. Dia melihat cahaya terang yang jatuh menimpa retinanya yang belum siap, hingga mata itu kembali menyipit untuk menilik keadaan sekitar.Ruangan asing ini sudah pasti tidak dia kenal, selain itu aroma amis khas lautan tercium pekat pada indera penciumannya yang tajam. Seorang parfumer andal pasti tidak sulit untuk mengenali aroma ini.Kepalanya yang diperban masih sangat berat untuk bisa bergerak, tapi matanya mulai bisa menangkap dengan jelas beberapa wanita muda berseragam pelayan mendekat padanya."Nona sudah sadar?"Dahayu tak lantas menjawab, dia masih terlihat linglung menyesuaikan diri dengan keadaan asing ini.Tapi ingatannya tentang penyerangan mendadak itu, sedikit demi sedikit kembali pada otak Dahayu, hingga dia mulai bersikap waspada meski tubuhnya masih lemah."Cepat panggil dokter, beri tahu juga tuan muda, dia akan sangat senang melihat nona muda sudah bangun."Alis Dahayu mengernyit. 'Nona m