Share

23. Tidak Mungkin Selamanya Menjadi Pecundang

Aksa tertegun seketika mendengar pengakuan Yesti. Seharusnya dia senang lantaran apa yang dia inginkan tercapai.

Tapi yang ada, rasa sesak tiba-tiba menghimpit dada.

Tangan yang memegang pergelangan tangan Dahayu mengendur lemas melepaskan tautan.

"Aksa, aku hamil." Kembali suara Yesti menggema mengulangi kalimatnya.

Tidak ada tanggapan dari Aksa dia terpaku dengan kilat mata kosong.

Sementara Dahayu segera tersenyum miring dan berkata, "Selamat, aku menunggu akta cerai darimu, Tuan Aksa Jayanta."

Lantas Dahayu berlenggang pergi tak ingin bersinggungan lagi dengan dua orang yang sangat dia hindari.

Sementara Yesti segera memeluk Aksa dari belakang. "Apakah kamu masih ingin meninggalkanku? Kita akan punya anak."

"Beristirahatlah, aku akan menemuimu nanti." Aksa melepaskan pelukan Yesti dan segera pergi.

Sementara Yesti langsung tersenyum licik sembari mengangkat dagu. Dia sudah merencanakan ini sejak Aksa menanyakan perihal tanda lahir bulan sabit.

Paling tidak pengakuan hami
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status