Semua Bab Tuan, Biarkan Aku Pergi: Bab 11 - Bab 20

34 Bab

11. Membayar Utang

Embun baru saja menetes dari dedaunan kala mentari pagi mengintip dari ufuk timur.Aksa membuka matanya perlahan, sementara tangannya memijat kening untuk mengurangi rasa pening akibat alkohol yang dia konsumsi tadi malam.Tapi setelah ingat perihal istri muda yang dia hukum tadi malam, kakinya bergegas membawa diri ke dekat dinding kaca.Langit masih tampak redup, namun gadis yang tergeletak di bawah sana membuat Aksa melebarkan mata dengan aura kemarahan pekat."Apa-apaan ini?!"Gegas Aksa berlari dari dalam ruangan tersebut dan menuruni tangga dengan cepat.Udara pagi masih sangat dingin manakala Aksa keluar dari dalam rumah."Ayu, Ayu, buka matamu. Siapa yang melakukan semua ini?" pekik Aksa sembari memeluk Dahayu.Pelayan memang mendekat saat melihat Aksa keluar dari kediamannya dengan membawa kemarahan, namun, tak ada satupun yang berani menjawab."Ayu, Ayu, buka matamu." Kekhawatiran tercetak jelas di wajah Aksa, bahkan binar mata itu membawa penyesalan yang teramat dalam.Gaun
Baca selengkapnya

12. Melucuti Pakaian Dahayu

Yesti gemetaran saat Ethan kembali membawa lima orang beserta lima ember air es di tangan mereka masing-masing. "Aksa, setelah sembilan tahun pernikahan kita, apakah kamu akan melakukan ini padaku?" Yesti ingin memegang tangan Aksa, namun pria tersebut segera mundur. Aksa malah memerintahkan pada dua pelayan yang tadinya terus berlutut untuk bertindak seperti apa yang mereka lakukan pada Dahayu tadi malam. "Lakukan seperti apa yang kalian lakukan pada Dahayu, jika tidak ingin stick bisbol ini menghancurkan kepala kalian." Dua pelayan itu saling menatap bingung, tapi juga ketakutan. Yesti sudah lama menjadi nyonya muda di kediaman Jayanta, tentu saja lebih banyak keraguan daripada melakukannya pada Dahayu yang baru saja datang dan membawa status predikat buruk. Sementara Aksa menatap Ethan sejenak kemudian membalikkan tubuh dengan perlahan. Ethan segera tahu apa yang diinginkan Aksa. Dia pun memberi isyarat pada lima orang yang membawa ember besar untuk mengguyur Yesti secara ber
Baca selengkapnya

13. Awasi Dia

Udara basah dan lembab menyelimuti kota Zimo sepanjang hari, sejak hujan berhenti sebentar di pagi hari, langit kembali menumpahkan rintik air yang tak kunjung reda meski juga tak terlalu deras. Langit kelabu tampak jelas dari jendela kaca di kamar Dahayu, saat gadis tersebut membuka kelopak mata dengan berat. "Nyonya, Anda sudah bangun?" Suara seorang pelayan membuat Dahayu menoleh. "Syukurlah Nyonya sudah sadar, Nyonya membutuhkan sesuatu?" Dahayu tak segera menjawab, dia masih menyesuaikan diri dengan ruangan asing tersebut. Dahayu baru ingat dengan kejadian tadi malam setelah sedikit menggerakkan tubuhnya yang terasa remuk redam. "Nyonya tidak perlu banyak bergerak jika masih sakit, katakan saja jika memerlukan sesuatu.'' Pelayan tersebut terus berkata dengan sopan dan lembut kepada Dahayu. Sepertinya dia memang sangat ingin melayani Dahayu dengan baik. "Bantu aku duduk." Suara Dahayu yang timbul tenggelam terdengar sangat serak, namun malah membuat pelayan tersenyum dan men
Baca selengkapnya

14. Pelacur Kecil Juga Harus Sehat

Aksa meletakkan ponsel dengan pelan di atas meja dan memejamkan mata. Dia tidak mempunyai dendam apapun pada Lukas meski dia sangat tahu saudara tak seibu itu tidak akan berhenti menyerangnya sampai di situ. Sejak Lukas mengetahui jika Elena adalah selingkuhan Defgan semasa ibu kandungnya masih hidup. Lukas menjadi sangat membenci keberadaan Aksa dan Elena di rumahnya. Lukas menganggap kematian ibunya akibat tertekan karena perselingkuhan Defgan dengan Elena, hingga dia berusaha melahirkan Lukas secara prematur agar anak pertama keluarga Jayanta keluar dari rahimnya. Namun, hanya kekecewaan yang dia dapat, ibu kandung Lukas baru berhasil melahirkan setelah Aksa lahir satu jam sebelumnya. Itu membuat ibu kandung Lukas sangat tertekan dan kehilangan nyawa akibat depresi berlebihan pasca melahirkan paksa. Kematian ibu kandung Lukas mempermudah Elena masuk dan menjadi nyonya besar Jayanta. Terlebih dia juga melahirkan putra pertama yang nantinya akan mewarisi semua harta kekayaan kel
Baca selengkapnya

15. Keluar!

Rona gelap berangsur-angsur mendominasi malam. Langit belum juga berhenti menumpahkan pasukan basah yang menyerbu bagai anak panah menuju ke daratan, bersamaan dengan itu, cahaya terang kadangkala berkilat dan mengerjap. Setelah Aksa memberikan perhatiannya pada istri muda di siang hari, mana mungkin Yesti membiarkan pergi di malam hari. Yesti terus menggoda Aksa, namun pria tersebut sungguh tak ingin melakukannya. Sampai Yesti lelah dan tertidur dengan sendirinya setelah merengek mengingatkan Aksa tentang kejadian 10 tahun yang lalu. Itu bagai pemaksaan agar Aksa terus berada di samping Yesti seumur hidup. Namun, ketika ingat dokter mengatakan bahwa kandungan Yesti kehilangan kesuburan akibat ketergantungan suplemen pelangsing, seketika membuat Aksa kesal. Berkali-kali Aksa mengatakan pada Yesti bahwa dia akan menerima apapun kondisinya, tapi Yesti begitu keras kepala dan mempertahankan pendiriannya. "Sebagai istrimu aku selalu ingin selalu sempurna, Aksa." Itu yang dikatakan Ye
Baca selengkapnya

16. Dia Memang Orang Seperti Itu

Dahayu tersontak dan tersadar, napasnya tersengal akibat ciuman Aksa, dia langsung menoleh ke arah pintu. Segera Dahayu mendorong dada Aksa, kemudian menarik tubuhnya ke belakang, duduk sembari membenarkan piyama yang sedikit berantakan.Wajah Yesti sangat pucat saat berdiri di ambang pintu.Setelah mendapati penolakan Aksa sepanjang sore, kini dia malah menemukan suaminya bercumbu dengan istri muda.Yesti sudah seperti kesetanan saat dia menemukan pisau buah di meja dekat sofa Dahayu."Yesti ...!"Aksa yang awalnya ingin mengabaikan Yesti, kini berlari dengan cepat menyambangi istri pertama yang berbuat nekad."Yesti, apa kamu benar-benar sudah tidak waras?" Aksa menekan pergelangan tangan Yesti yang berdarah akibat goresan pisau tajam."Kamu tidak mencintaiku lagi, kamu memilih dia daripada aku," keluh Yesti pilu dengan isak tangis yang tak tertahan."Omong kosong!" Binar kecemasan di wajah Aksa terlihat jelas, dia langsung membopong Yesti keluar dari dalam kamar Dahayu.Tidak lam
Baca selengkapnya

17. Berkompromilah Denganku

Aksa memang sudah cukup lama menatap Dahayu yang terus merenung di depan kolam hangat.Wajah cantik yang sedikit pucat memancarkan daya tarik yang luar biasa memikat.Lembut, namun juga terasa dingin layaknya angin musim semi yang berembus saat ini.Mata yang berkilat sendu bagai bintang yang bersinar jatuh pada pohon ceri putih yang bergerak ringan.Aksa tak bisa menyangkal kecantikan istri mudanya saat ini. Diam-diam bibirnya melengkung samar.Namun, saat Dahayu berbalik, senyum itu segera bersembunyi di balik wajah kaku yang dingin.Dahayu yang semula ingin duduk kini mengurungkan niatnya. Sementara Mina mulai sedikit membungkuk kala Aksa berangsur-angsur mendekat.Ketika Aksa tiba di depan Dahayu, Mina segera tahu diri dan menyingkir."Kamu sudah kembali rupanya."Suara rendah Aksa sama sekali tak mendapatkan sambutan dari Dahayu, gadis itu menurunkan pandangan enggan menatap Aksa."Sepertinya dokter sangat berlebihan mengatakan bahwa kondisimu sangat buruk, nyatanya kamu tak juga
Baca selengkapnya

18. Biarkan Dia Pergi

Rona malam kembali hadir menempati kedudukannya, Aksa yang baru tiba di vila Seroja melangkah santai menaiki tangga. Sepatu kulit yang ia kenakan memberikan irama langkah anggun saat menapaki lantai mengkilap di huniannya.Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam saat Aksa tiba.Dibukanya pintu kamar Dahayu dengan pelan.Manakala lampu mati, alis tebal Aksa pun mengernyit. Namun, pancaran sinar rembulan dari jendela yang terbuka tirainya, menampakan siluet seorang wanita yang tengah tertidur tenang di ranjangnya saat ini.Perlahan Aksa melangkah mendekati tempat tidur tersebut. Berdiri cukup lama, kemudian dia duduk dan menyentuh lengan wanita yang berbaring miring membelakanginya."Kamu sudah tidur, atau pura-pura tidur?" tanya Aksa pelan.Tak ada jawaban yang Aksa harapkan.Tapi sungguh mengejutkan, tiba-tiba Aksa membalik tubuh wanita tersebut dengan kasar, kemudian mencekiknya tanpa ampun."Beraninya kamu mencoba membodohiku, Yesti. Kamu pikir aku tidak tahu, ha? Ayu tidak akan
Baca selengkapnya

19. Tidak, Kamu Tidak Boleh Mati

Mina segera mendongak mendengar apa yang diucapkan Dahayu. "Nyonya, Anda baru sembuh dari sakit. Jangan mempedulikan saya, saya tidak apa-apa."Dahayu sama sekali tak menunjukkan ekspresi sedikitpun saat berucap, "Suruh orang-orangmu untuk melepaskan Mina."Aksa tersenyum hambar dan menoleh ke arah Dahayu. "Bodoh."Dahayu sangat tidak peduli dengan celaan Aksa. Dia hanya tidak bisa menyebabkan orang lain terluka karenanya."Sepertinya kamu memang sangat ingin mati.""Jika aku mati, kamu sendiri yang akan rugi." Suara kepasrahan yang menantang itu seketika membuat Aksa termenung untuk sesaat sembari menatap Dahayu lekat.Tanpa berucap Aksa melambaikan tangan, membuat semua orang tahu dan segera meninggalkan tempat itu.Dibaliknya dengan gerakan pelan tubuh Dahayu, hingga perempuan tersebut menghadap Aksa."Lepas bajumu," ucap Aksa pelan.Wajah Dahayu saat ini sangat tidak bisa tergambarkan. Begitu pucat dan terus-terusan menelan saliva dengan susah payah.Udara dingin musim semi menyap
Baca selengkapnya

20. Apakah Itu Benar-benar Kamu?

Bunga ceri masih tergerak ringan di bawah pancaran sinar matahari yang merangkak menuju puncak siang. Yesti menggertakkan gigi, terlihat sangat geram setelah tahu Dahayu kembali ditemukan.Kemarin dia sudah sangat senang telah berhasil memaksa Dahayu untuk berlutut memohon agar dia membantunya melarikan diri.Tapi saingan kecil itu terus saja kembali membayangi pernikahannya dengan Aksa."Sial!" Yesti tak bisa menahan hasrat untuk mengumpat setelah cukup bingung dengan selera Aksa kali ini.Bisa-bisanya laki-laki yang sebelumnya tidak pernah bersinggungan dengan wanita lain selain dirinya, tiba-tiba mengurus gadis ingusan dari desa.Yesti tahu ini perihal bayi, tapi memilih gadis desa yang tidak berpendidikan demi meneruskan garis keturunan, itu sama sekali tak bisa Yesti terima.Yesti merasa terhina harus bersaing dengan gadis yang menurutnya tidak selevel dengan dirinya.Sampai detik ini, Yesti belum tahu jika selama empat tahun Dahayu menghilang, dia meneruskan pendidikannya di lu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status