Bunga ceri masih tergerak ringan di bawah pancaran sinar matahari yang merangkak menuju puncak siang. Yesti menggertakkan gigi, terlihat sangat geram setelah tahu Dahayu kembali ditemukan.Kemarin dia sudah sangat senang telah berhasil memaksa Dahayu untuk berlutut memohon agar dia membantunya melarikan diri.Tapi saingan kecil itu terus saja kembali membayangi pernikahannya dengan Aksa."Sial!" Yesti tak bisa menahan hasrat untuk mengumpat setelah cukup bingung dengan selera Aksa kali ini.Bisa-bisanya laki-laki yang sebelumnya tidak pernah bersinggungan dengan wanita lain selain dirinya, tiba-tiba mengurus gadis ingusan dari desa.Yesti tahu ini perihal bayi, tapi memilih gadis desa yang tidak berpendidikan demi meneruskan garis keturunan, itu sama sekali tak bisa Yesti terima.Yesti merasa terhina harus bersaing dengan gadis yang menurutnya tidak selevel dengan dirinya.Sampai detik ini, Yesti belum tahu jika selama empat tahun Dahayu menghilang, dia meneruskan pendidikannya di lu
Embusan napas terdengar samar manakala sepasang mata kelam seorang pria tengah menatap kosong udara malam yang sunyi.Di tangannya memegang gelang usang yang dirajut dari benang dimana ada tulisan sansekerta dari emas yang tak dapat Aksa baca apa bunyinya.Ingatan Aksa kembali pada kenangan pahit ketika Lukas tiba-tiba memukulnya dengan balok dari belakang.Buk!Seketika pandangan Aksa menggelap seiring rasa sakit yang menghantam kepalanya.Tawa bengis Lukas masih bisa Aksa dengar saat itu."Enyahlah ke neraka, kamu sama sekali tak pantas menjadi bagian dari Jayanta."Setelah itu Aksa merasakan punggung yang ditendang hingga dia masuk ke dalam jurang.Aksa masih sedikit mendapatkan kesadaran meski pandangannya sudah sangat kabur, tubuhnya pun penuh luka akibat menabrak semak belukar dan bebatuan terjal di dasar lembah.Namun, saat itu Aksa masih bisa mendengar suara seorang gadis yang mendekat.'Kak, kakak kamu tidak mati 'kan?''Kakak, bertahanlah kita harus berteduh, sebentar lagi a
Senyum Yesti langsung merekah melihat Dahayu datang mendekat, sebelumnya dia mendengar bahwa Dahayu tidak bisa berenang hingga hampir mati saat Aksa menghukumnya.Yesti mulai mencela dalam hati betapa bodohnya gadis tersebut mempercayainya.Manakala Dahayu tiba di hadapannya, segera Yesti menarik Dahayu hendak menjatuhkannya di dalam kolam.Namun, alih-alih Dahayu jatuh ke dalam kolam renang. Yesti malah menjerit kesakitan manakala pantatnya jatuh ke lantai keras setelah dijegal Dahayu. Dahayu mencibir geram sebelum berkata, "Kamu pikir aku tidak tahu pikiran busukmu? Raut wajahmu sama buruknya dengan otakmu."Dahayu langsung meninggalkan Yesti yang masih terduduk di lantai menikmati kekalahan.Rasanya Dahayu sudah muak tinggal dengan orang-orang yang terus mencoba mencelakainya.Namun langkah Dahayu mulai terhenti ketika melihat sosok tinggi yang beberapa hari ini tidak terlihat batang hidungnya. Dahayu mengira Aksa akan marah dan menindasnya saat tahu dia baru saja membuat Yesti t
Aksa tertegun seketika mendengar pengakuan Yesti. Seharusnya dia senang lantaran apa yang dia inginkan tercapai. Tapi yang ada, rasa sesak tiba-tiba menghimpit dada. Tangan yang memegang pergelangan tangan Dahayu mengendur lemas melepaskan tautan. "Aksa, aku hamil." Kembali suara Yesti menggema mengulangi kalimatnya. Tidak ada tanggapan dari Aksa dia terpaku dengan kilat mata kosong. Sementara Dahayu segera tersenyum miring dan berkata, "Selamat, aku menunggu akta cerai darimu, Tuan Aksa Jayanta." Lantas Dahayu berlenggang pergi tak ingin bersinggungan lagi dengan dua orang yang sangat dia hindari. Sementara Yesti segera memeluk Aksa dari belakang. "Apakah kamu masih ingin meninggalkanku? Kita akan punya anak." "Beristirahatlah, aku akan menemuimu nanti." Aksa melepaskan pelukan Yesti dan segera pergi. Sementara Yesti langsung tersenyum licik sembari mengangkat dagu. Dia sudah merencanakan ini sejak Aksa menanyakan perihal tanda lahir bulan sabit. Paling tidak pengakuan hami
Di kantor Aksa sedang menggelar rapat dengan kepala departemen pemasaran. Ketegangan memenuhi atmosfer ruangan yang tampak senyap. Aksa menatap layar proyektor dengan dingin. Sepertinya pemasaran produk parfum akan terbengkalai untuk sementara waktu. "Hentikan produksi, ini tidak akan berhasil menembus pasar internasional jika peringkatnya terus merosot," titah Aksa sembari memijat keningnya yang berdenyut. "Bagaimana jika parfumer kita mengikuti kompetisi internasional, Tuan? Jika mereka menang produk kita pasti akan diminati konsumen," usul salah satu kepala departemen pemasaran. Aksa melepaskan jarinya dari kening, dan berucap, "Atur saja. Kita tidak kekurangan modal, tapi jika diperlukan cari investor ternama untuk mendukung jalannya operasional produk kita." "Sejauh ini orang yang sangat tertarik dengan parfum adalah Grup Mantila dari kota Mada, mereka sedang membuka peluang pada perusahaan parfum untuk masuk di konsorium mereka. Jika kita bisa berkerja sama, mungkin akan leb
"Tiga bulan. Entah kamu menjadi sesuatu atau tidak, kamu harus menyerah padaku, Dahayu. Kamu harus menjadi istriku sepenuhnya. Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri, atau kamu akan membusuk di vila Seroja, tanpa tahu dunia luar seperti apa." Seketika Dahayu tertawa mencibir setelah mendengar ancaman Aksa. "Apa yang kamu tertawakan?" tanya Aksa setelah mengerutkan alis pekatnya yang memanjang. "Aku hanya tidak tahu ekspresi apa yang harus aku tunjukkan untuk menanggapi orang sombong, tapi sangat percaya diri sepertimu, Tuan Aksa Jayanta. Kamu hanya menganggap dirimu sangat penting, dan terus memaksakan kehendak. Begini saja, aku dengar salah satu perusahaanmu akan mengikuti ajang kompetisi parfum tingkat internasional. Biarkan aku ikut berpartisipasi. Jika aku kalah aku akan bertekuk lutut padamu selamanya. Tapi jika aku menang, kamu harus melepaskanku. Apakah kamu setuju?" Aksa nyaris mencela permintaan Dahayu, dia tahu Dahayu mengambil jurusan manajemen bisnis saat kulia
Dahayu hanya merespon ucapan Aksa dengan anggukkan samar setelah terpaku cukup lama, keberadaannya di samping Aksa sudah cukup menyita perhatian banyak orang.Meski Dahayu santer dikabarkan sebagai wanita perayu Aksa, tapi nyatanya orang tidak sering melihat mereka tampil berdua di depan publik.Saat jalan bersama, ini seperti sedang memberi kesempatan mata dan telinga tajam untuk mencari celah kebobrokan pada hubungan Aksa dan Dahayu.Jika Dahayu menolak dan membuat hati Aksa memburuk, mereka pasti akan muncul dalam kabar berita terpanas di kota Zimo keesokan hari.Dahayu sangat tahu bagaimana temperamen Aksa saat memaksa menuruti keinginannya. Dia tidak ingin mengambil resiko.Dahayu sedang membangun image baik di depan publik demi melancarkan proyek yang diberikan Aksa.Saat berhasil berpisah dengan Aksa, Dahayu ingin semua orang bisa memandangnya dengan pantas, bahwa dia bukan wanita rendahan yang hanya bisa merayu pria kaya demi mengenyangkan perut dan selimut hangat.Rona langit
Mina langsung tertegun bingung mendengar perintah Yesti. "Taātapi, Nyonya. Kata tuan, ini ....""Ah ... sudahlah, aku sedang malas mendengar sangkalan. Aku sangat lelah, bawa saja semua barangnya ke kamarku. Atau aku akan memecatmu, dasar pelayan tidak berguna."Yesti tak memedulikan Mina yang sedang kebingungan, dia langsung berjalan menuju ke lantai atas.Namun, begitu melihat Aksa yang berdiri sembari menengok arloji, Yesti mulai tahu jika suaminya dalam suasana hati tidak baik saat ini. Yesti pun siap berdalih."Aksa, kamu sudah pulang?" sapa Yesti dan langsung memeluk Aksa.Aksa tidak menanggapi. Dia masih tetap membisu dengan sikap dinginnya."Aksa, katakan sesuatu. Aku takut jika kamu diam seperti ini," rengek Yesti masih memeluk Aksa."Kamu sedang hamil. Jika kamu masih ingin menjadi penggila kelab bersama Lukas, gugurkan saja kandunganmu," Tukas Aksa dingin dan kaku, dia sudah sangat hafal kebiasaan Yesti."Tidak, Aksa. Kita sudah menanti anak kita sejak lama, kenapa kamu men