Semua Bab Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Bab 141 - Bab 150

205 Bab

141. Lebih Baik Jujur

Sarah mengamati suaminya yang telah berdandan rapi. Pagi ini ia dilarang pergi dan hanya boleh tinggal di rumah bersama Frank. Tetapi, Sarah merasa sang suami menyembunyikan sesuatu darinya.“Kenapa aku nggak boleh ikut meeting?” Sarah merengek pada Marc.“Meetingnya hanya sebentar, Sayang. Aku tidak ingin kamu lelah.” Dengan sabar, Marc menjawab dan mengusap sayang kepala Sarah.“Kamu pasti malu kalau aku ikut.” Sarah menebak.Marc mengerutkan keningnya. “Malu? Aku malu kenapa?”“Gara-gara kemarin kamu menggendongku di kantor dari ruang kerja sampai lobi. Kamu bilang citramu sebagai bos dingin sudah tercemar.”Marc meledakkan tawa. Lelaki itu berkata tidak memperdulikan omongan para karyawan yang mungkin mengejek di belakangnya. Apalagi ia melakukan itu semua karena rasa sayangnya pada Sarah.Kedua tangan Marc mengenggam tangan Sarah. Mereka saling bertatapan. Sarah merasakan perutnya bergejolak dan merasa malu saat memandang wajah tampan suaminya.“Jangan berpikiran macam-macam. Kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-18
Baca selengkapnya

142. Trauma Sakit

Kentara sekali gestur tubuh Benny menegang. Ia terlihat berpikir untuk menjawab pertanyaan Adrian. Tak lama kemudian, kepala Benny mengangguk.“Memang Tinna meneleponku dan menceritakan kejadian hingga mereka sampai ditahan.”Marc mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. “Apa yang Ibu Tinna ceritakan?”“Persis seperti yang kamu katakan.”“Apa yang Ibu Tinna inginkan?”Benny menatap pada Marc. Tatapan tajam lelaki muda itu membuatnya kembali mengalihkan pandangan.“Tinna hanya merasa kasihan pada Marsha dan ingin aku menjenguknya.”“Jadi, kamu belum menjenguk putrimu?"Benny mengembuskan napas berat dan menggeleng.Dengan tegas, Marc berkata bahwa ia tidak akan mengajukan proses pengurangan masa tahanan Marsha dengan dalih kasihan. Ia juga berkata bahwa keluarga Carrington dilindungi hukum dan akan melapor ke kepolisian jika Benny berani mengganggu keluarganya lagi.Setelah berkata demikian, Marc berdiri. Tanpa berpamitan, lelaki itu keluar dari restoran diikuti Adrian dan pengacara kel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-18
Baca selengkapnya

143. Pemimpin Baru

Sarah dan Marc mengamati dokter yang sedang memeriksa Frank. Saat dokter bertanya beberaapa hal terkait kesehatannya, Frank selalu menjawab bahwa ia baik-baik saja. Hingga akhirnya dokter mengambil darah lelaki setengah baya itu untuk pemeriksaan lebih lanjut.Setelah dokter selesai, Sarah dan Marc menghampiri dokter. Mereka menunggu dokter menulis catatan tentang kesehatan Frank dan resep obat.“Bagaimana, dok?” tanya Marc.“Infeksi virus yang menyerang hidung, tenggorokan dan paru-paru atau biasa disebut influenza.” Dokter menjawab. “Nanti kita lihat hasil tes darah apa ada bakteri tipes atau tidak karena Tuan Frank menunjukkan gejala ke sana.”“Tidak perlu dirawat di rumah sakit, kan?”Dokter menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Sarah. Untuk saat ini, dokter hanya menyarankan minum obat antibiotik, makan makanan bergizi dan istirahat penuh saja.Sarah dan Marc keluar mengantar dokter ke pintu keluar. Dokter berpamitan lalu menatap Sarah.“Sebaiknya Nyonya Sarah menjaga jarak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya

144. Siasat untuk Kabur

Tinna masuk ke ruang perawatan Marsha. Kali ini ia sudah mendapatkan kepercayaan hingga tidak perlu didampingi saat mengunjungi putrinya. Meskipun ia tetap mendapat jadwal tertentu saja untuk bisa masuk dan bicara pada Marsha.“Marsha.” Tinna memanggil putrinya yang termenung di depan jendela. “Ibu bawakan makanan. Ayo, makan dulu.”Tinna menuntun Marsha duduk. Karena telah berhari-hari, Tinna melakukan pendekatan, Marsha tidak lagi menolak keberadaan ibunya.Dengan telaten, Tinna mengajari Marsha makan. Wanita mengamati putrinya yang makan dengan tatapan kosong. Tangannya terjulur mengelus pipi Marsha.“Ayahmu akan datang menjemputmu. Kamu baik-baik sama dia, ya. Ibu akan menyusul segera.” Tinna berkata sangat pelan.Tinna merogoh sakunya. Ia memperlihatkan foto keluarga mereka. Dirinya, Benny dan Marsha saat mereka masih menjadi keluarga utuh.“Ini ayahmu. Namanya Benny.” Tinna menunjuk foto lelaki di depan Marsha.Tidak ada reaksi apa pun dari Marsha. Tatapan tetap kosong. Tinna ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya

145. Tiba-Tiba Kangen

Marc tersenyum mendengar laporan Kyra tentang rapat tadi siang. Bahkan Kyra mengirim rekaman di ruang rapat tersebut.Dugaannya tepat, Sarah bisa memimpin dengan baik.Selama ini, Marc memang sengaja selalu ikut saat Sarah bekerja. Selain karena ingin menemani, ia juga penasaran dengan cara kerja Sarah.Melihat bagaimana Sarah dan Irwan dapat berkordinasi dengan pegawai lain membuat Marc memiliki ide untuk mengikutsertakan Sarah dalam perusahaan.Hanya saja niat itu belum sempat ia jalankan karena kesibukan dirinya dan juga Sarah.“Nyonya Sarah bahkan bisa menyindir manager keuangan saat berhitung tanpa kalkulator.”“Aku takjub. Nyonya Sarah keren sekali.”“Padahal baru kali ini Nyonya Sarah memimpin rapat.”Kyra bicara tanpa henti. Biasanya, Marc paling anti mendengar sekretarisnya cerita panjang lebar. Namun kali ini, ia menikmati cerita Kyra.“Aku rasa meeting selanjutnya biar saja Nyonya Sarah yang melanjutkan.”Di akhir cerita, Kyra memberi masukan. Marc hanya menjawab singkat de
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-20
Baca selengkapnya

146. Mana Marsha?

“Bagaimana keadaan Papa hari ini?”Setelah memanjakan Sarah dan tiba di rumah, Marc langsung menjenguk Frank. Lelaki itu sedang memegang remote kontrol LCD dan menonton tayangan berita.“Bosan.” Frank mencebik dengan mata tetap pada layar LCD di depannya.Marc tersenyum penuh pengertian. Sejak ia masih kecil, Frank emmang pekerja keras dan selalu aktif. Keadaan yang membuatnya harus berbaring pasti menyiksa.“Maksudku, tubuh Papa bagaimana? Masih demam?”Kepala Frank menggeleng. “Setelah minum antibiotik sudah membaik.”“Bagus. Dokter bilang hasil tes darah Papa juga baik-baik saja. Jadi, sakit Papa murni hanya influenza.”“Sudah Papa bilang bahwa Papa baik-baik saja.”Marc mengangguk-angguk. Ia lalu mengamati jarum infus yang tertancap di pergelangan tangan Frank.“Tadi Mama menelepon dan aku menceritakan keadaan Papa. Mama bilang semoga Papa lekas sembuh.”“Terima kasih.” Frank tampak tak terlalu perduli.“Sarah juga bilang bahwa Ibu Irma besok akan mampir untuk menjenguk Papa. Ibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-20
Baca selengkapnya

147. Marsha Menghilang

Tinna yang sedang membawa baki untuk gelas-gelas yang telah digunakan menatap perawat yang menanyakan Marsha. Meski jantungnya berdebar kencang, Tinna berusaha tenang.“Tadi sedang makan.”“Di mana?” Perawat itu kembali bertanya sambil mengamati sekeliling.“Aku lihat Marsha di pojok ruangan.”Perawat tersebut protes karena Tinna tidak menjaga Marsha. Lalu, ia segera berjalan melewati kerumunan orang. Tinna menghitung dalam hati dan menebak dalam hitungan kelima, staff rumah sakit akan kelimpungan karena Marsha telah pergi.Tinna berpura-pura sibuk beberes. Meski begitu, sudut matanya mengamati perawat yang terlihat mulai panik mencari Marsha. Lalu, tiba-tiba tangannya ditarik seseorang. Mereka masuk ke salah satu ruangan. Orang tersebut melepaskan Tinna dan menatap tajam.“Di mana Marsha?”Tinna menggeleng. “Sudah kubilang tadi Marsha sedang makan. Ada apa? Kalian tidak menemukan putriku?”Ekspresi wajah Tinna dibuat panik. Ia mengulangi pertanyaannya dengan nada khawatir membuat per
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-21
Baca selengkapnya

148. Mau Aku Pecat?

Sungguh Marc tidak memiliki jawaban atas pertanyaan polisi. Tanpa pikir panjanng, ia menggeleng. Akhirnya polisi mengundurkan diri.Marc masuk ke dalam kamar. Sarah sedang bekerja di atas ranjang. Lelaki itu menghampiri istrinya dan mencium kening Sarah.“Kenapa masih bekerja? Mau aku pecat?”“Pecat saja.” Sarah terkekeh sambil tetap bekerja.Kepala Marc menggeleng. Ia berbaring di samping sang istri dan menatap langit-langit kamar.Sebenarnya, ia tidak ingin memikirkan Marsha, tetapi entah kenapa hatinya resah. Ia takut hilangnya Marsha berarti bahaya mengintai sang istri. Mana Sarah sedang hamil besar pula.Marc mengembuskan napas berat. Lelaki itu tak sadar, Sarah telah menutup laptop dan sedang memperhatikannya. Lelaki itu menoleh saat merasakan rambutnya dielus.“Ada masalah?” Sarah bertanya sambil bersandar pada punggung tempat tidur.Posisi tidur Marc berganti. Ia tidur miring menghadap Sarah dan menikmati belaian tangan istrinya.“Aku harus memberitahumu sesuatu. Jangan panik,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-21
Baca selengkapnya

149. Merasa Tidak Dibutuhkan

Seharian itu Marsha tantrum. Ia melempar makanan yang dibawakan Widya. Tetapi, kemudian siang harinya, ia makan makanan yang berhamburan di lantai sambil menangis.“Akhirnya dia merasa lapar juga dan makan.” Widya berkata saat mengintip di lubang kunci pintu.“Iya, pasti begitu.” Hans dengan santai menjawab sambil membaca koran.“Tapi, kasihan. Ia makan seperti hewan kelaparan.” Widya mengembuskan napas berat lalu menghampiri suaminya.“Namanya juga tidak waras.”Mendengar ucapan sang suami, Widya hanya mengangguk pelan. Wanita setengah baya yang selalu mengenakan celemek itu melanjutkan membereskan makanan dan memasak.Hans mengamati istrinya. Bagaimana ia bisa tertarik lagi dengan wanita itu? Tidak pernah merawat tubuh dan wajah hingga selalu terlihat lusuh. Ia bertahan di rumah ini hanya karena tidak memiliki tempat lain.Lagipula, bersama Widya ia masih bisa makan tanpa susah-susah bekerja. Lelaki itu bangkit dan berjalan ke kamar Marsha. Ia mengintip dan melihat keadaan wanita mu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

150. Anakmu Tidak Waras

Lucy keluar dari rumah Marc tanpa pamit pada putranya. Hatinya pedih mengetahui kepulangannya menjadi sia-sia. Padahal dalam bayangannya, ia bisa merawat Frank yang sedang sakit saat Marc dan Sarah bekerja.Saking kalutnya, Lucy hanya minta supir berputar-putar tanpa tujuan. Wanita itu mencoba mengendalikan diri dan berpikir apa yang akan ia lakukan sekarang. Ponsel di tangannya bergetar.Satu notifikasi pesan masuk. Nomer tidak dikenal. Lucy ingin mengabaikan, namun pesan itu terbaca olehnya.Tinna meminta bertemu di rumah sakit jiwa. Karena tidak memiliki tujuan dan sangat ingin menyalurkan amarah, akhirnya Lucy bersedia bertemu dengan Tinna.Dalam perjalanan, Lucy menyusun strategi. Ia ingin menyelidiki tentang hilangnya Marsha. Berpura-pura baik pada Tinna mungkin akan ada gunanya.“Lucy.” Tinna menghampiri dan duduk di depan kursi Lucy.Lucy meneguk ludahnya sendiri saat melihat penampilan Tinna. Wanita yang biasanya bermake up tebal, memakai pakaian dan aksesoris keluaran brand
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status