Semua Bab Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Bab 121 - Bab 130

205 Bab

121. Rasa Kecewa

Marc melirik ke arah jendela. Ia lalu berdiri dan menutup jendela dengan tirai gulung. Setelahnya ia mengetik pesan untuk Sarah.Terdengar embusan napas kasar saat kini Marc menggeser kursi dan duduk di samping Irwan. Lelaki itu memijat keningnya hingga bagian tersebut memerah.“Ceritakan padaku bagaimana perbincanganmu dengan Ibu Irma.”“Pedulimu hanya sebatas ingin tau bahwa ibuku akan tetap tinggal di kota ini dan membantu bisnis istrimu, bukan?” Irwan mendelik pada Marc.“Sudah kukarakan bahwa aku tidak tau tentang hal ini. Tetapi, jika memang ini menyangkut istriku, aku harus menyiapkan diri.”Mungkin karena selama ini tidak memiliki teman curhat, Irwan akhirnya berterus-terang. Mulai dari kehidupan mereka yang sederhana hingga akhirnya ia harus berpisah pada ibunya karena mendapat pekerjaan di kota yang berbeda.“Demi mendapat gaji yang cukup besar, aku memang meninggalkan ibuku sendiri di kota kecil itu. Tetapi, aku berjanji pada diri sendiri, suatu saat akan membelikan ibu seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

122. Sulit Diprediksi

Sarah mengerti setelah mendengar penjelasan Marc. Selama ini, keluarga Carrington tidak pernah menyembunyikan status pernikahan Marc. Namun begitu, para relasi bisnis mempertanyakan mengapa pernikahan itu seperti disembunyikan dari publik.Selain itu, terkadang Marc perlu mengajak Sarah pada acara-acara bisnis. Marc mengaku tak enak hati jika Sarah menjadi bahan pembicaraan karena mereka menikah diam-diam.Selanjutnya, Marc juga meminta Sarah untuk memilih event organizer yang akan mengatur pesta pernikahan mereka. Sarah menggeleng tak mengerti.“Aku belum pernah membuat pesta dan berkordinasi dengan event organizer.”“Hmm ... bagaimana jika kita minta bantuan Mama saja?”Sarah tersenyum dan mengangguk. Lucy memiliki pertemanan yanng luas. Mertuanya itu juga paham dengan pesta dan segala keperluannya.“Ok. Nanti aku hubungi Mama.”Mobil Marc berhenti di depan lobi rumah sakit. Lelaki itu turun lebih dulu, lalu meraih tangan istrinya saat Sarah akan keluar.Keduanya langsung menuju rua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

123. Solusi

“Ini beberapa gambar yang dikirim Om Adrian untuk toko kuenya, Bu.” Sarah memperlihatkan layar ponselnya pada Ibu Irma.Ada beberapa gambar yang menarik. Terutama sekali gambar dengan dapur yang besar.Ibu Irma mengangguk lalu mengembalikan ponsel kepada Sarah. “Ibu terserah kamu saja, Sarah.”Sarah mengamati lagi layar ponsel. “Aku juga belum memutuskan yang mana, Bu. Marc ingin survey langsung dulu.”Tidak ada jawaban dari Ibu Irma. Sarah melirik wanita setengah baya yang tampak termenung itu. Sepertinya Ibu Irma pun tidak terlalu antusias dengan pembicaraan tentang toko kue baru mereka.“Bu?” Sarah menyentuh lengan Ibu Irma.“Eh, iya?” Sedikit kaget, Ibu Irma menyahut.“Lagi mikirin apa, sih? Aku perhatikan Ibu tidak mendengar aku bicara, lho.”Tetap tidak ada jawaban dari Ibu Irma selain embusan napas panjang. Kali ini, kening Ibu Irma berkerut dengan jari memainkan cincin ruby.“Bu, cerita dong sama Sarah.” Sarah memohon pada Ibu Irma.Sedikit senyum terukir di wajah Ibu Irma. Ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

124. Menahan Hasrat

Sial. Marc menggeram dalam hati. Padahal ia ingin segera pulang ke rumah dan bermesraan dengan istrinya.Sarah tersenyum tipis pada Marc lalu mengangguk pelan. Wanita hamil itu menarik pelan tangan suaminya yang tampak berat melangkah untuk duduk di sofa.Saat mereka duduk, ibu Irma permisi ke dapur untuk membuat minuman. Marc kembali mendesah dalam hati dan bergumam bahwa perbincangan ini mungkin akan menjadi sangat lama dengan adanya bermacam suguhan.“Tadinya kami mau pergi agar kamu dan Ibu Irma bisa bebas berbicara.” Marc berkata pada Irwan.“Wah, aku yang jadi tidak enak. Apartemen ini adalah milik Sarah, masa kalian yang keluar.” Irwan menggeleng dan tersenyum berbarengan.Ibu Irma datang dengan baki di tangan. Sarah membantu meletakkan cangkir teh dan kue wortel ke atas meja.“Aku perkirakan kalian sudah mendapat kata sepakat,” tebak Marc sambil memandang Ibu Irma dan Irwan bergantian.Irwan mengangguk lalu menoleh menatap Ibunya.“Syukurlah, setelah aku bicara dengan Marc dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya

125. Kamu Percaya, kan?

Pagi itu Sarah dan Marc bangun kesiangan. Padahal mereka ada janji dengan Lucy.Namun begitu, tidak ada pelayan yang berani membangunkan pasangan suami istri tersebut. Lucy yang sudah datang akhirnya menunggu di ruang keluarga sambil membaca majalah.“Mama?” Marc memanggil dengan suara parau.Saat terbangun karena Sarah ingin ke kamar mandi, Marc ikut terjaga. Refleks, ia membuka ponsel dan membaca pesan dari Lucy bahwa Mamanya itu sudah datang.Lucy menoleh menatap putranya yang masih mengenakan piyama dan rambut acak-acakan. Wanita yang masih tampak cantik di usia senja itu berdiri dan tersenyum penuh arti.“Maaf, Mama membangunkanmu.”“Mmm ... tak apa.” Marc menguap lebar. “Aku dan Sarah akan siap satu jam lagi. Mama tidak apa-apa menunggu kami?"“Tak apa, Mama tunggu saja. Mama bisa berjalan-jalan sebentar di taman. Sudah lama Mama tidak ke rumahmu ini.”Marc mengangguk. Ia kembali ke kamar dan membangunkan Sarah yang tertidur setelah buang air kecil.“Sarah.” Marc mengguncang pel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya

126. Rencana Pesta

“Dhea.” Lucy menyapa seorang wanita berkacamata.Wanita itu tersenyum dan langsung menghampiri. Mereka berjabatan dan mencium pipi masing-masing di depan Sarah.“Bagaimana kabar kasusmu?” Dhea terlihat bertanya dengan nada prihatin.“Minggu depan baru ada keputusan dari hakim. Tetapi, pengacaraku yakin hakim akan memutuskan tidak bersalah dan aku bisa bebas dari wajib lapor.”Penjelasan Lucy membuat Dhea tersenyum senang. Ia lalu melirik Sarah yang berdiri di samping Lucy.“Ini .... ?”“ Iya. Ini Sarah, menantuku. Istri Marc yang kuceritakan di telepon kemarin.”Sarah menjulurkan tangan lebih dulu dengan santun. Mereka berjabatan. Dhea tampak ramah di mata Sarah.“Jadi ini pengantin wanitanya? Kita tidak akan menemukan kesulitan banyak.” Dhea berujar sambil mengedipkan satu matanya pada Lucy.“Hehe seperti kubilang padamu. Cantik, kan?” Lucy mengusap punggung Sarah perlahan.Sarah cukup kaget mendengar percakapan kedua wanita senior tersebut. Sepertinya Lucy sudah cukup banyak membica
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-09
Baca selengkapnya

127. Ratusan Milyar

Marc mengeluarkan biaya besar untuk pesta pernikahannya. Bahkan Frank dan Lucy mendukung penuh.Semula, Sarah tidak tau menahu tentang biaya tersebut. Namun akhirnya total pengeluaran pesta itu tercetus dari bibir Larry.“Apa? Pesta itu seharga ratusan milyar?” Sarah membelalakkan matanya.“Sstt.” Larry meletakkan jari telunjuk di bibir. “Jangan keras-keras, nanti aku dimarahi Marc.”“Jadi, Marc bilang padamu agar merahasiakan biaya pesta ini dariku?”Larry menggeleng. Hanya saja sepertinya Marc tau istrinya tidak suka bermewah-mewah.“Wajar saja, Sarah. Ini akan menjadi pesta pernikahan satu-satunya karena Marc merupakan anak tunggal.”Sarah terdiam. Memang benar. Tetapi ia hanya berpikir, sayang sekali uang sebanyak itu untuk pesta sehari semalam.Saat ini Larry sedang memberikan kartu ucapan terima kasih yang harus ditandatangani Sarah. Kartu tersebut akan dikirim bersama suvenir khusus yang akan didapat para tamu undangan.Tak main-main, suvenir berupa mini tablet dari brand apel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-09
Baca selengkapnya

128. Menantumu Cantik, ya.

Para tamu bergantian menghampiri Sarah dan Marc. Mereka mengucapkan selamat untuk pernikahan dan kehamilan Sarah.Sarah yang tadinya tegang mulai bisa menyesuaikan diri. Itu semua karena selama pesta Marc selalu menggenggam tangan Sarah dan menemani istrinya bersosialisasi.Banyak relasi Marc yang tertarik dengan pekerjaan Sarah. Namun dengan tegas Marc berkata istrinya tidak akan bekerja lagi setelah melahirkan. Sarah hanya tersenyum santun mendengar penuturan suaminya.“Kita makan sekarang.” Marc berbisik pada Sarah.Sampai di meja VIP, Marc mendorong kursi untuk istrinya. Saat duduk, Sarah baru merasakan kakinya pegal.“Kenapa?”“Pegal. Apa aku boleh melepas heels ini?”Tanpa banyak bicara, Marc menunduk dan melepas sepatu berhak tinggi yang digunakan Sarah. Ia juga memijat kaki Sarah.“Sudah. Terima kasih, Marc.”“Kamu angkat saja kakimu ke pahaku.”“Oh, tidak perlu.” Sarah menolak anjuran sang suami.Marc mengangguk lalu menawarkan berbagai makanan untuk istrinya. Sarah merasa ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

129. Cinta yang Indah

Sarah tidak langsung menyetujui. Ia menoleh menatap Marc meminta persetujuan. Marc tersenyum pada Sarah lalu mengangguk pada teman-teman Lucy.“Silahkan. Tersedia banyak spot foto yaang menarik. Boleh upload di media sosial.”Pernyataan Marc membuat Sarah sedikit bingung. Biasanya Marc tidak terlalu suka kehidupan pribadinya diumbar di media sosial.Namun begitu, Sarah tidak langsung bertanya. Ia meladeni permintaan teman-teman Lucy untuk berfoto. Marc hanya berfoto bersama satu kali selebihnya ia hanya memperhatikan Sarah dan teman-teman Lucy.“Sarah tampak bahagia.”“Aku juga.”Tanpa menoleh, Marc tau siapa yang bicara padanya. Larry berdiri di samping memperhatikan Sarah yang berpose bersama wanita-wanita senior.“Barusan aku dengar Om Adrian bicara pada Om Frank, mengabari bahwa Tante Lucy bebas dari tuduhan bersekutu dalam percobaan pembunuhan Sarah.”“Iya. Mama sudah mengabariku.”“Syukurlah.”“Boleh aku tau sesuatu?”“Tumben minta izin. Biasanya langsung bertanya.” Marc mencebi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

130. Pijatan yang Enak

Tinna memang ditempatkan di rumah sakit jiwa di mana Marsha di rawat. Tetapi, ia tidak diperbolehkan mendekat.Sehari-hari, Tinna bekerja membersihkan ruangan dan lorong-lorong rumah sakit dengan pengawasan ketat. Boro-boro kabur, menjenguk putrinya saja ia tidak bisa.Hingga suatu hari, melalui kaca jendela, Tinna melihat Marsha yang sedang duduk di ruang berkumpul sambil menonton televisi.Tinna menatap putrinya yang duduk sambil mengusap perut yang terlihat diganjal bantal. Matanya berair melihat keadaan Marsha.“Marc!” Tiba-tiba, Marsha menjerit histeris sambil menunjuk-nunjuk televisi.“Marsha, ada apa?” Seorang perawat datang menghampiri.Marsha mengguncang lengan perawat lalu menunjuk layar televisi kembali.“Itu suamiku. Itu suamiku.” Marsha berteriak kesenangan.Berita di televisi memang sedang menayangkan pernikahan megah pewaris satu-satunya keluarga Carrington. Mata Marsha kemudian membulat.“Apa suamiku menikah lagi dengan wanita itu? Hiks, hiks. Dia berselingkuh?” Marsha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
21
DMCA.com Protection Status