Home / CEO / Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Chapter 111 - Chapter 120

205 Chapters

111. Cincin Bermata Ruby

“Bersiap sebentar lagi akan menjadi kakakmu.”Bukan saja Marc, Sarah pun menatap Irwan. Ucapannya itu seolah memastikan hubungan Ibu Irma dan Papa Frank.“Tidak perlu. Aku anak tunggal Mama dan Papaku.” Marc menjawab dan menggeleng berbarengan.Terdengar kekehan. Irwan berdiri, merapikan kursi lalu berpamitan. Sarah dan Marc kembali melanjutkan pekerjaan.“Dokter Ming sudah mengirim daftar pertanyaan untuk interview kamu dan Ibu Irma lusa. Aku kirimkan ke emailmu, ya.”Sarah mengangguk. Begitu mendengar suara notifikasi email, langsung ia buka. Sarah membaca sekilas lalu merengut.“Kenapa? Ada pertanyaan yang tidak berkenan?”“Pertanyaan nomer lima. Aku harus jawab apa?”Marc membaca pertanyaan yang dimaksud. Ternyata tentang dukungan suami atau keluarga. Sepertinya selain ahli gizi, Dokter Ming juga penasaran dengan kehidupan pribadi Sarah.Bagaimana tidak? Dokter Ming sempat terkejut saat mengetahui Sarah adalah istri Marc Carrington. Namun tentu saja, Marc hanya membenarkan tanpa m
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

112. Aku Tutormu

Pagi itu, Sarah diantar Marc ke apartemen. Istrinya akan bekerja dari sana sekalian mengontrol toko juga berkordinasi tentang interview dengan Ibu Irma.“Kamu tidak akan pergi ke mana-mana, kan?”Sarah menggeleng. “Tidak. Hari ini ada meeting online saja selanjutnya hanya menemani Ibu Irma masak.”“Ok. Kabari aku jika butuh sesuatu.”Sarah mengantar Marc ke depan pintu. Lelaki itu mencium pipi dan bibir Sarah sebelum pergi. Kemesraan itu diperhatikan Ibu Irma. Ia senang Sarah dan Marc terlihat semakin mesra dari hari ke hari.“Meeting jam berapa?” Ibu Irma bertanya saat Sarah duduk di kursi dapur.“Dua jam lagi.”“Dengan Irwan?”“Siapa lagi? Bos aku kan anak ibu itu.”Ibu Irma terkekeh. “Sebenarnya sebagai bos, Irwan itu bagaimana, sih?”“Baik banget. Sabar dan tidak pernah marah-marah.”“Masa?”Dengan tegas, Sarah membenarkan pernyataannya. Meski begitu, Irwan sangat profesional. Jika ada karyawan yang terus-menerus melanggar etiket bekerja, ia juga tidak ragu untuk memecat karyawan
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

113. Perhatian dan Inisiatif

“Kita mau ke mall?” Sarah memasang sabuk pengaman setelah duduk di kursi mobil.Marc mengangguk. Dalam perjalanan ke apartemen untuk menjemput Sarah, ia memang menulis pesan agar Sarah bersiap di lobi. Ia juga menulis bahwa ingin mengajak Sarah ke mall.“Kamu kan butuh pakaian dan sepatu baru. Kebetulan Mama bilang, butik teman Mama baru buka di mall.”“Oh. Mama juga ada di sana?”“Tidak. Mama mengaku masih merasa rendah diri karena teman-temannya tau Mama pernah menjadi narapidana kasus percobaan pembunuhan.”“Semoga setelah keputusan pengadilan keluar dan nama Mama dipulihkan, Mama bisa kembali bersosialisasi, ya.”Hanya senyuman yang diberikan Marc sebagai jawaban. Ia lalu menatap perut Sarah dan mengelusnya.“Bagaimana bayinya hari ini?”“Seperti biasa saja.”Masih dalam perjalanan, Sarah mendapat pesan dari Irwan. Lelaki itu baru sampai di apartemen dan berkata ia penasaran dengan cincin bermata ruby Ibunya.Sarah hanya membalas singkat lalu kembali memasukkan ponsel ke tas. Mere
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

114. Kejutan Manis

Saat akan berjalan ke toko lain, ponsel Marc berdering. “Sebentar, Sarah. Aku angkat telepon dulu.”Sarah menunggu Marc mengangkat ponselnya. Mereka berhenti di depan etalase toko perhiasan. Sarah memilih melihat-melihat di sana.“Papa?” Marc membalas telepon yang ternyata dari Frank.“Bagaimana Sarah? Kamu bilang tadi khawatir karena suara Sarah seperti sengau saat kamu telepon?”“Oh. Maaf, aku lupa mengabari lagi. Saat aku telepon, Sarah sedang tidur jadi suaranya seperti itu, Pa.”“Syukurlah. Kalian di mana sekarang? Irma bilang kalian langsung pergi?”“Ini sedang mengantar Sarah berbelanja di mall.” Marc melirik Sarah yang terlihat menatap sedang menatap perhiasan.Frank terdengar senang mengetahui putra dan menantunya sedang berbelanja bersama. Ia membicarakan apa yang ingin disampaikan. Marc mengembuskan napas panjang dan mengangguk.Setelah Frank memutuskan sambungan telepon mereka, Marc menatap layar ponsel dengan dahi berkerut. Lelaki itu memasukkan benda komunikasi itu kemba
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

115. Apa pun yang Membuat Bahagia

Restoran yang dipesan Frank merupakan salah satu restoran mahal dan terkenal di kota mereka. Saat Sarah dan Marc datang, Frank, Irma dan Irwan sudah berada di sana lebih dulu.Marc menyadari banyak yang melirik Sarah saat mereka melewati beberapa pelanggan restoran. Dengan posesif, tangannya merangkul pinggang Sarah saat berjalan menghampiri meja yang telah di pesan Frank.“Selamat malam.” Marc menyapa semua orang.Mereka saling bersalaman atau mencium pipi. Marc mendorong kursi untuk istrinya sebelum ia duduk di samping Sarah.“Kamu cantik sekali, Sarah.” Ibu Irma memuji penampilan Sarah.“Terima kasih.”Marc tau diam-diam Irwan melirik istrinya. Dengan sengaja ia menghalangi pandangan Irwan dengan tubuhnya hingga tidak dapat melihat Sarah dengan jelas.“Maaf, kami terlambat.” Marc berkata pada Frank.“Tidak. Kami juga baru datang. Silahkan memesan makanan lebih dulu.”Marc memberikan perhatian penuh pada Sarah. Sesekali saat mendiskusikan menu, tangannya mengusap sayang punggung Sar
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

116. Permohonan

Setelah makan malam, mereka terpisah menjadi tiga rombongan. Irma dan Irwan pulang lebih dulu.“Papa ada acara pertemuan dengan teman-teman di klub Senior. Sampai bertemu lagi.” Frank mencium Sarah dan Marc sebelum masuk ke mobilnya.Marc melepas jas dan mengenakannya pada bahu Sarah. Ia menggandeng tangan sang istri dan mengajaknya berjalan-jalan di sekitar restoran.“Daerah ini terkenal dengan berbagai pertokoan dan restoran mahal.” Marc mengendik pada deretan btuik-butik di depan mereka.“Kamu sering ke sini?”“Tidak juga. Aku ke sini biasanya karena ada undangan ke sebuah restoran saja.”Sarah mengangguk. Ia lalu melihat sebuah air mancur di tengah pelataran dan meminta ke sana.“Ayah pernah menunjukkan video atraksi air mancur. Bagus sekali. Kalau tidak salah air mancur Bellagio.”“Bellagio adalah salah satu air mancur terbaik di dunia. Ada di Amerika.”Spontan, Sarah menoleh dan menatap suaminya. “Kamu pernah melihatnya lansung?”“Pernah.”“Bagus?”“Bagus. Kenapa kamu suka air m
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

117. Cinta Setelah Menikah

Marc menatap mata Sarah. Mata jernih itu balas menatapnya. Hanya saja ia menatap mata itu dengan penuh tanda tanya.“Aku juga mencintaimu.” Sarah berkata pelan namun sangat jelas terdengar di telinga Marc.Mereka berpandangan cukup lama. Hingga akhirnya Marc memiringkan wajah dan mencium bibir Sarah. Ciuman itu semakin liar apalagi saat Sarah membalasnya.Sarah melepaskan pagutan itu lebih dulu. Ia sadar sedang berada di tempat umum, meski sepertinya tidak ada yang perduli.“Ternyata benar, saat jatuh cinta, kita bisa merasakan kupu-kupu menari di perut.” Marc menempelkan keningnya di dahi Sarah.Sarah hanya terkekeh lalu menggapit lengan suaminya dan kembali berjalan. Baik Sarah maupun Marc berharap gairah yang timbul mereda. Sambil mendesah Marc melingkari lengannya di pinggang Sarah.Sepanjang perjalanan, Marc dan Sarah sering tersenyum. Pernyataan Sarah membuat keduanya merasa beruntung dapat menemukan cinta setelah menikah.“Sebenarnya, aku tidak percaya kamu baru pertama kali me
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

118. Minta Maaf Pada Sarah

“Ibu Irma harus menurunkan keahliannya pada seseorang yang kalian bisa percaya.” Marc berkata pada Sarah saat istrinya itu bercerita tentang rencananya pindah lokasi usaha.“Iya. Ibu Irma sudah mengajari salah satu asisten dapur. Kebetulan anak itu memang lulusan sekolah tata boga.”Kepala Marc mengangguk. Sambil membaca laporan Adrian tentang beberapa gedung yang bisa dipakai Sarah untuk usahanya, lelaki itu tak hentinya mengelus punggung sang istri.Sarah bergerak tak teratur. Ia berkali-kali dengan resah berganti posisi duduk.“Ada apa?”“Emm .... “ Ragu-ragu, Sarah menjawab.Marc memberi perhatian. “Katakan ada apa? Jangan kamu pendam sendiri masalahmu.”“Umm ... ini.” Sarah menatap perutnya.“Perutmu kencang lagi? Sakit?”Sarah menggeleng saat Marc mengelus seluruh perutnya dengan wajah khawatir.“Lalu, kenapa?”“Jangan khawatir. Ini hanya .... “ Sarah berhenti sejenak karena tatapan mata Marc yang terlihat mulai tak sabar.“Ayolah, Sarah. Aku suamimu, wajib tau apa yang terjadi
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

119. Sudah Berbaikan?

“Sarah?”Marc mengamati sekeliling kamar mencari istrinya. Sarah juga tidak ada di ranjang. Marc membuka kamar mandi.“Sarah?” Marc kembali memanggil istrinya.Lelaki itu masuk dan mendapati Sarah sedang berendam di bathtub dengan mata terpejam. Ia menjulurkan tangannya ke air yang ternyata sudah tidak hangat lagi.“Sarah, bangun.” Marc menekan tombol untuk mengeringkan bathtub.Sarah membuka matanya. Ia menatap Marc sekilas lalu menundukkan pandangan.Marc membantu istrinya turun dari bathtub. Sarah membiarkan Marc mengeringkan tubuh dan menggunakan piyama.“Aku siapkan susu hangat. Sebentar.” Marc meninggalkan Sarah.Tak lama kemudian, Marc kembali dengan baki di tangan. Dahi Sarah berkerut. aMarc membawa sendiri baki tersebut tanpa menyuruh pelayan.“Minumlah.” Segelas susu hangat disodorkan Marc ke depan istrinya.“Terima kasih.” Sarah membalas singkat.Marc mengamati istrinya yang minum susu hingga habis. Ia lalu membantu Sarah mengeringkan rambut, sementara Sarah menggunakan ski
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

120. Tersinggung

Frank datang hanya untuk mengecek keadaan Sarah. Saat melihat putra dan menantunya baik-baik saja, lelaki itu segera berpamitan untuk bekerja.Sarah dan Marc mengamati mobil Frank yang menjauh. Kemudian, mereka mendekati mobil yang akan mereka gunakan. Supir membukakan pintu untuk Marc dan Sarah.“Kenapa Papa bilang kita marahan?” Sarah bertanya pada Marc saat mereka dalam perjalanan.“Papa berpikir begitu. Semalam Papa ke sini dan memarahiku.”“Oh, maaf. Pasti karena aku mengadu. Soalnya saat aku menangis, Papa menelepon jadi aku tidak bisa bohong.”Marc mengusak kepala istrinya. “Memang tidak boleh bohong.”Sarah tidak menjawab. Keningnya berkerut dengan tubuh tegak menahan nyeri. Marc segera menekan bagian bawah perut Sarah.“Dia lapar.” Sarah berkata sambil mengatur napas.“Lapar? Kita baru saja sarapan.”“Mungkin sarapan tadi dia masih tidur.” Sarah terkekeh lalu membuka tampat makan yang disiapkan chef untuknya.Kotak itu berisi buah-buahan. Marc mengambil alih kotak tersebut la
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
21
DMCA.com Protection Status