Home / CEO / Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Chapter 101 - Chapter 110

205 Chapters

101. Olahraga Pagi

“Maaf. Aku haus.” Sarah menunjukkan botol minuman yang dipegangnya.Marc menggeleng lalu merebut botol tersebut. “Jangan minum sembarangan. Kita ke kafe saja beli jus buah.”Sarah berjalan di samping Marc. “Memangnya kamu larinya sudah selesai?”Bagaimana ia bisa olahraga jika tadi saat lari perhatiannya selalu tertuju ke kursi di mana Sarah duduk. Dan ia hampir gila saat melihat kursi itu kosong hingga berlari sangat cepat.“Nggak papa. Kita ke kafe saja dulu.”Kafe itu berada di pinggir jalan. Masih sepi, hanya ada satu pengunjung. Marc memesan jus buah stroberi dan roti kismis untuk Sarah.“Kamu nggak makan?”“Nanti saja di rumah.”“Kamu mau lari lagi? Aku janji di sini saja. Kamu bisa melihatku dari jalur jogging.”Memang ia bisa melihat Sarah. Tetapi, saat istrinya ada apa-apa, ia mungkin tidak bisa langsung membantu.Namun karena merasa keadaan aman, Marc akhirnya kembali berlari. Satu putaran aman. Sarah tersenyum dan melambai saat Marc melintasinya.Biasanya Marc berlari palin
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

102. Ketiduran yang Membuat Khawatir

Benar dugaan Marc. Sarah mendapat panggilan esok harinya untuk mulai bekerja. Untung saja gedung perkantorannya dekat dengan perusahaan Marc.“Hari ini kamu istirahat di rumah saja karena besok akan mulai kerja.” Marc berkata pada Sarah.“Iya. Aku juga memang harus menyiapkan diri.”Apa maksudnya menyiapkan diri? Marc tidak menggubris pernyataan istrinya.“Nanti sore kita ke rumah sakit untuk kontrol, jadi aku akan pulang lebih awal.”“Ok. Aku tunggu.” Saat itu tiba-tiba, Sarah teringat sesuatu. “Ya Tuhan, Marc.”Marc langsung menoleh cepat dan menatap Sarah. “Kenapa?”“Berarti hari ini Papa dan Ibu Irma akan bertemu Mama Lucy dong di rumah sakit? Mereka bilang mau ikut, kan”Keduanya bertatapan dengan wajah tegang. Sarah menggigit bibir dalamnya memikirkan apa yang akan terjadi nanti sore.“Ya sudahlah. Lambat laun, Mama juga akan tau.”Sarah mengangguk. Hanya saja ia khawatir, Lucy kembali kesal dengannya. Apalagi ibu Irma adalah wanita yang selama ini membantunya.“Semoga Mama tida
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

103. Kamu Keberatan?

“Katanya seorang dokter ahli gizi. Boleh Ibu berikan nomer ponsel Sarah padanya?”Marc keberatan. Ia tidak ingin Sarah menerima telepon dari orang tidak dikenal. Marc akhirnya memberikan nomer telepon kantornya dan email pribadinya.“Ibu mengerti. Oh ya, nanti sore Ibu jadi ikut menemani Sarah memeriksa bayi, ya.”“Ok.” Marc menjawab singkat lalu menutup ponselnya.Sampai di rumah, Marc segera masuk ke dalam kamar. Ruangan itu bahkan lebih dingin dari biasanya. Sepertinya Sarah mengatur suhu pendingin ruangan lebih dingin.Marc menghampiri ranjang dan berdiri di sisinya. Perlahan mengelus kepala sang istri yang masih tertidur.Lelaki itu menghitung jam tidur istrinya. Sepertinya sudah hampir dua jam Sarah tidur. Apa ia bangunkan saja?Sebelum membangunkan istrinya, Marc menelepon pelayan. Ia bertanya apa Sarah sudah minum vitamin? Saat pelayan berkata belum, Marc menggeleng dan menepuk perlahan pipi Sarah.“Sarah, bangun.”Sarah memicingkan mata. Ia mengguman tak jelas lalu terlihat b
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

104. Pacar Baru?

Suami mana yang tidak kesal mendengar istrinya nyaman dengan lelaki lain. Rasanya Marc ingin sekali marah tapi sebisa mungkin ia tahan.Sarah juga bingung kenapa dari pertanyaan matematika, Marc bisa nyambung ke perbincangan tentang Irwan. Apalagi setelahnya ia yang sewot sendiri.Untung saja ada saat yang dinanti mereka. Sore ini pemeriksaan bayi. Saat yang mereka selalu nantikan.Marc dan Sarah berjalan bersisian menuju ruang konsultasi. Dari jauh mereka sudah melihat Lucy berdiri dan bicara dengan suster.“Mama.” Marc menyapa Lucy.Wanita itu menoleh dan langsung tersenyum memamerkan barisan gigi rata dan putihnya. Lucy memeluk dan mencium pipi Marc. Ia juga melakukan hal yang sama pada Sarah.“Apa kita langsung masuk? Kata Suster, dokternya sudah datang.” Lucy bertanya pada Marc dan Sarah.“Umm ... belum, Ma. Sarah diperiksa berat badan dan tekanan darahnya dulu oleh suster.”Sarah mengangguk. Ia tau Marc akan mencoba mengulur waktu karena Papa Frank dan Ibu Irma belum datang.Mer
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

105. Makan Malam Canggung

“Pacar baru Frank cantik juga, ya.”Spontan, Marc menoleh ke samping menatap Mamanya yang sedang memandang mobil di samping mereka.“Emm ... Mereka hanya berteman, Ma. Kebetulan Ibu Irma adalah teman SMA Papa. Anak Ibu Irma juga merupakan bos Sarah.” Marc menjelaskan.“Oh ya? Wah kebetulan sekali.”Akhirnya Marc bercerita tentang kisah Sarah yang dibuang Ibu Tinna dan Marsha hingga bertemu dengan Ibu Irma. Tidak ada yang menyangka bahwa Irwan ternyata adalah anak satu-satunya Ibu Irma.“Suaminya Irma ke mana? Sudah bercerai juga?”Marc menggeleng. “Tidak. Suami Ibu Irma sudah meninggal. Ibu Irma sudah menjanda selama sepuluh tahun.”Kembali Lucy meminta maaf pada Sarah. Ia prihatin mendengar Sarah tidak mendapat pengobatan yang sesuai.Sarah hanya mengangguk pelan.“Oh ya, Ma. Barang-barang Mama yang dicuri Maxim sudah terkumpul semua. Pengacara akan mengembalikan besok.” Tiba-tiba, Marc teringat.“Mama harus wajib lapor ke kantor polisi besok. Kamu saja yang terima barang-barang itu.
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

106. Kamu Ingat Aku?

Tinna mengerjap-ngerjap. Ia meringis merasakan sakit di sekujur tubuh dan wajahnya. Netranya menatap ke sekeliling.“Apa yang terjadi? Di mana ini?”Seorang wanita muda berpakaian putih-putih masuk dan terlihat memeriksa sesuatu. Tinna ingin memanggil, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.Tenggorokannya terasa kering. Ia menoleh ke samping dan melihat gelas berisi air mineral. Namun saat ingin meraih gelas tersebut, ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tangan bahkan jari-jarinya.“Pasien belum bangun?” Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara di balik tirai.“Belum.”Setelah itu ia mendengar suara pintu ditutup. Sial. Aku sudah bangun. Tinna menjerit dalam hati.“Jadi, aku belum mati?” Tinna bicara pada dirinya sendiri.Padahal, ia sengaja mencelakakan dirinya. Sengaja membuat masalah hingga dipukuli. Berharap mati karena sudah tak sanggup lagi.Ia tau akan divonis penjara dalam waktu yang lama. Putrinya gila. Tidak ada yang bisa membuatnya ingin menjalani hidup.Air mata me
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

107. Tahta Tertinggi

Mengagumkannya, setelah dirawat selama satu bulan, Ibu Tinna dapat sembuh. Walaupun kakinya pincang sebelah dan hidungnya patah membuat penampilannya cukup memprihatinkan.Sarah bersikeras meringankan hukuman ibu tirinya. Tinna akhirnya mendapat vonis seumur hidup bekerja pada layanan sosial. Lagi-lagi, Sarah menggunakan kekuatannya sebagai menantu keluarga Carrington.“Bisa kan Ibu Tinna mendapat hukuman bekerja sebagai pekerja sosial di rumah sakit jiwa? Jadi ia juga bisa sekalian merawat Marsha.”Frank, Marc dan pengacara saling berpandangan. Jika tidak dituruti, Sarah akan memberengut dan mengatakan bahwa ia sedang hamil hingga keinginannya harus dipenuhi. Tahta tertinggi keluarga Carrington kini berada di tangan Sarah.“Saya akan mengajukan surat permohonan ke pengadilan dan seterusnya adalah keputusan hakim.” Pengacara mengakhiri pertemuan mereka.“Sekalian buatkan surat perjanjian bahwa Tinna dan Marsha tidak bisa lagi bertemu dengan seluruh keluarga Carrington.” Frank berkata
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

108. Aku Mencintaimu

Sambil makan malam, Sarah menceritakan tentang perbincangannya dengan Irwan. Menurut Irwan, Ibu Irma dan Frank memang semakin dekat. Namun Ibu Irma tetap mengelak jika ditanya apakah keduanya berpacaran.“Kita hanya harus siap jika suatu hari, Papa mengajak kita bicara dan ternyata menyatakan mereka akan menikah.”Marc termenung mendengar penuturan Sarah. Mungkin mudah bagi Irwan menerima kenyataan tersebut. Tetapi, baginya akan sangat risih karena ibu kandungnya masih hidup.“Menurutmu juga begitu?” Marc menatap Sarah meminta pendapat sang istri.Sarah balas menatap Marc. Mereka saling memandang beberapa saat hingga Sarah lebih dulu yang mengalihkan perhatiannya.“Aku mengerti kamu pasti masih tidak nyaman dengan keadaan itu. Tetapi, menurutku, daripada muncul pemberitaan yang tidak mengenakkan tentang hubungan Papa dan Ibu Irma, bukankah lebih baik secepatnya diresmikan?”Hanya embusan napas panjang yang diberikan Marc sebagai jawaban. Mereka melanjutkan makan dalam diam. Ponsel Mar
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

109. Aku Menyukai Perhatianmu

Ucapan Marc hanya terdengar seperti gumaman pelan. Sarah menatap Marc dan menajamkan pendengarannya.“Kamu bilang apa?”Tepat saat itu hujan turun. Sarah menatap langit lalu merasakan tangannya di genggam Marc.“Ayo, masuk. Hujannya langsung deras.”Mereka tidak bisa berjalan cepat. Marc takut Sarah terpeleset hingga sampai di dalam rumah, pakaian mereka basah semua.“Langsung ganti baju saja. Jangan sampai kamu sakit karena kehujanan.”Sarah mengangguk. Sampai di kamar, ia memutuskan untuk membilas sebentar tubuhnya. Marc mengikuti dan melakukan hal yang sama.Setelah memakai piyama panjang, Sarah dan Marc menikmati teh peppermint hangat yang disiapkan pelayan. Sarah menatap keluar jendela balkon. Hujan semakin deras.Petir menyambar membuat Marc berdiri dan menutup korden. Lelaki itu lalu mengambil vitamin dan menyerahkannya pada Sarah bersama segelas air mineral.“Terima kasih.” Sarah menelan vitamin-vitaminnya.“Mau nonton atau tidur saja?”Sarah berdiri dan berjalan ke ranjang. “
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

110. Mode Penjaga

Marc benar-benar tak perduli ia menjadi tontonan di kantor Sarah. Semua orang menatapnya heran. Sementara Sarah hanya tersenyum kala melihat teman—teman sekantornya memandang dengan tatapan tanya.Ruang kerja Sarah kecil. Hampir semua dindingnya terbuat dari kaca tembus pandang. Hanya ada dua kursi di depan mejanya. Marc melirik sekeliling dan memilih duduk di salah satu kursi di sana.“Jadi, kamu tidak bekerja hari ini?” Sarah mengamati Marc yang dengan santai membuka laptopnya.“Aku bisa bekerja dari mana saja.”Sarah mengangguk pelan. Rasanya udara di ruang kecil ini menjadi hangat dengan adanya Marc. Wanita itu membuka jas dan melampirkannya di punggung kursi.Kepala Marc mendongak menatap istrinya. Kini, Sarah hanya menggunakan babydol tanpa lengan. Pandangannya lalu beralih ke luar jendela di mana banyak pegawai yang bisa melihat penampakan sang istri.“Sarah.” Marc berdiri dan menghampiri sang istri.“Ya?” Sarah yang sedang sibuk melakukan kalkulasi menoleh.Wanita itu bingung
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status