Home / CEO / Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Chapter 81 - Chapter 90

205 Chapters

81. Penyesalan Lucy

Sarah bangun lebih dulu sebelum alarm berbunyi. Kandung kemihnya sudah penuh. Akhirnya ia ke kamar mandi sekaligus membilas diri.Belum selesai, Marc masuk. Ia langsung menuju urinoir dan membuang air seninya.“Selamat pagi.” Marc kemudian ikut masuk ke dalam bathtub dalam keadaan tanpa busana.“Pagi juga.”Sapaan itu jarang sekali diucapkan Marc. Sarah berusaha mengalihkan pandangannya pada tubuh Marc dan fokus menyabuni tubuhnya.Selagi ia berusaha, Marc malah menyabuninya. Sarah sampai harus menahan napas merasakan tangan Marc mengusap halus setiap inci kulitnya.“Kamu tidak perlu menyabuniku. Aku bisa sendiri.”Marc sedang menikmati kegiatannya hingga tidak menjawab pernyataan istrinya. Ia fokus menyusuri tubuh Sarah dengan busa di tangan. Setiap lekuk ia perhatikan dengan seksama.Hingga akhirnya ia menyadari bagian tubuhnya mulai menegang. Marc menundukkan kepala dan mengeram pelan. Hingga Sarah spontan mengikuti arah pandang suaminya.“Argghh.” Sarah menutup mata.Entah kenapa
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

82. Waktu Berkunjung

Sarah akhirnya hanya mengamati Marc dan Lucy berbincang di meja lain. Meski begitu, terkadang ia dapat mendengar jelas perbincangan mereka.“Penjara ini jahat, Marc. Hampir setiap hari ada yang menghina bahkan memukuli Mama.” Lucy mengadu pada putranya.Marc terdiam. Ia juga pernah mendengar cerita bahwa penjara wanita yang ditempati ibunya termasuk penjara yang rawan kejahatan fisik. Itu semua karena penjara ini adalah tempat tahanan bagi orang yang menjadi terdakwa kekerasan.Tentu saja yang berada di dalam memang wanita-wanita yang akrab dengan hidup keras dan liar untuk bertahan hidup.Sebenarnya, pengacara Lucy sudah meminta kelonggaran agar Lucy ditempatkan di sel sendiri. Tetapi, hingga saat ini permintaan itu belum dikabulkan.“Bertahan ya, Ma. Mama wanita yang cerdas. Cobalah menghindari masalah dengan wanita-wanita di sini.”“Mama berusaha.”Mereka terdiam. Lucy mengamati Sarah yang sedang menunduk.“Pasti Sarah senang Mama dipenjara.”Cepat, Marc menggeleng. “Sarah bahkan i
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

83. Hey, Itu Suamiku!

“Bagaimana ini bisa terjadi?”“Ada apa?” Marc dengan wajah khawatir langsung mendekati Dokter Samuel dan istrinya.Namun pertanyaan penasaran itu tidak dijawab. Dokter Samuel malah sibuk membuka-buka berkas dan membacanya. Selain itu ia juga banyak mengajukan pertanyaan pada Sarah.“Dan kamu sedang hamil satu bulan sekarang?”Sarah mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Dokter Samuel. Kali ini ia khawatir. Apa kehamilannya akan terganggu?Dokter Samuel mengembuskan napas panjang. Lelaki berjas putih itu meminta suster membantu Sarah kembali berpakaian karena ia telah selesai memeriksa pasiennya.Mereka harus sabar menunggu karena saat ini Dokter sedang menulis beberapa catatan pada berkas kesehatan Sarah. Setelah itu, ia meminta Frank naik ke atas ranjang hidrolik.Hanya sebentar waktu yang Dokter Samuel butuhkan untuk memeriksa Frank. Ia melihat berkas data bahwa Frank sangat rajin memeriksakan kesehatannya pasca operasi. Kini, semuanya duduk di kursi dan menunggu penjelasan Dokt
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

84. Gangguan Jiwa

“Kamu mengenaliku?”Marsha tersenyum menatap Marc. Wanita yang masih mengenakan pakaian pasien rumah sakit itu terkekeh. “Kamu suamiku yang tampan dan kaya raya.”Marc menggeleng keras dan membalas, “Bukan. Aku bukan suamimu.”Seketika wajah Marsha menegang. Secara tiba-tiba ia melihat Sarah lalu tangannya terjulur berusaha menggapai adik tirinya tersebut.“Kamu pelakor! Iya, kan? Kamu yang merebut suamiku. Tolong! Ada pelakor!” Marsha menjerit kembali tak terkendali.Kegaduhan itu mulai menjadi perhatian para pengunjung dan staff rumah sakit. Seorang dokter berlari mendekat lalu memerintahkan Marsha dibawa ke ruang perawatan.Tentu saja Marsha meronta. Ia memanggil-manggil nama Marc dengan suara keras. Frank dan Marc memandang dengan wajah Marsha tanpa belas kasihan.Sementara Sarah terlihat takut. Ia menggigit bibirnya dan menunduk hingga Marc sadar lalu segera memeluk Sarah serta menenangkannya.“Tenang.”Sarah mengangguk mendengar satu kata dari Marc. Sebenarnya ia sangat ingin pu
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

85. Berbalas Pesan

Frank menghampiri Sarah. Ia duduk di depan menantunya dan menatap Sarah dan mengelengkan kepala.“Terbuat dari apa hatimu, Sarah. Mereka menghinamu, membuangmu, membohongi, mengancam bahkan melakukan percobaan pembunuhan tetapi kamu masih mau membantu mereka.”“Kasihan mereka, Pa. Siapa lagi yang bantu kalau bukan aku?”“Dan menurutmu mereka akan berterima kasih padamu?”“Aku tidak butuh ucapan terima kasih, Pa.”Marc akhirnya juga gemas mendengar ucapan istrinya. Lelaki itu membuang napas berat sebelum berkata tegas pada Sarah.“Lalu, jika kamu membantu mereka dan mereka meminta maaf kamu bersedia memaafkan?”Sarah tidak langsung menjawab. Ia bingung sendiri. Otaknya mengatakan ibu dan kakak tirinya tidak akan pernah menyesal dan berbaik hati padanya namun hati kecilnya tetap merasa kasihan pada mereka.“Biarkan Adrian yang mengurus aset itu, ya. Tolong Papa, Jangan berhubungan lagi dengan Tinna dan Marsha.”Akhirnya Sarah mengangguk setuju atas permintaan Frank. Marc terkesima melih
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

86. Seperti Remaja

Dengan wajah memerah, Sarah mengetik balasan lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas.“Sebaiknya kamu pegang saja ponselmu. Kalau Marc menghubungi, jadi ia tidak khawatir karena kamu lama membalasnya.” Sambil tersenyum simpul, Frank turun dari mobil.Entah mengapa, Sarah menurut. Ia mengambil ponselnya dan menggenggamnya hingga rasanya Frank ingin tertawa terbahak-bahak.Umur putra dan menantunya sudah dewasa. Mereka seperti layaknya anak remaja yang senang membaca pesan dari lawan jenis.Lalu, Frank sadar. Marc selama ini memang belum pernah berpacaran. Sejak remaja hingga dewasa, ia sibuk dengan berbagai aktifitas mengembangkan keahliannya diperbagai bidang.Marc juga belum tipe lelaki yang mudah bergaul. Ia lebih senang di rumah dan belajar atau ikut dengan Frank ke perusahaan mereka.Menurut Thomas, putrinya juga tidak pernah memiliki kekasih. Walaupun cukup ramah dan senang bergaul, Sarah sibuk mempertahankan prestasinya sebagai mahasiswa beasiswa yang memiliki nilai tinggi.Cocok
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

87. Rencana Cerdas

Polisi tidak menerima laporan Marc. Mereka berkata, Maxim masuk tanpa paksaan. Jadi, menurut polisi hal tersebut tidak bisa dijadikan aduan pencurian barang.“Bukankah mengambil sesuatu yang bukan miliknya namanya mencuri dan bisa dihukum?” Marc berkeras hati.“Masalahnya, Maxim mendapat akses ke kamar dan juga ruang wardrobe. Padahal untuk masuk ke kamar dan ruangan aksesoris memiliki PIN.”Marc akhirnya membiarkan polisi pergi. Dengan hati kesal, ia menata barang-barang Mamanya dan memasukkan semua ke dalam satu lemari dan mengganti PIN-nya.Setelah itu ia mengumpulkan para pelayan dan memberikan pengarahan untuk tidak sembarangan membiarkan orang yang bukan keluarga untuk masuk. Marc meminta sekuriti menutup rapat gerbang rumah.Sambil memijat keningnya, kini Marc duduk di ruang keluarga. Ia mengamati layar ponsel dan mendapat satu pesan dari Sarah.Lelaki itu segera duduk tegak dan membaca pesan. Sarah meminta dijemput di apartemen karena sudah jadwalnya minum vitamin.Marc segera
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

88. Bebas Bersyarat

Satu bulan sudah Lucy ditahan. Pengacara akhirnya memberikan bukti suara rekaman dari ponsel Lucy. Hanya terdapat suara Marsha dan lelaki yang disewanya untuk mencelakakan Sarah.Akhirnya Lucy bebas bersyarat. Ia tidak diperbolehkan ke luar negeri. Berkewajiban melapor dua kali dalam seminggu serta melakukan pekerjaan sosial di dinas sosial.Paling tidak saat ini ia kembali berada di rumah. Marc menjemput dan mengantar Lucy. Frank tidak mengizinkan Sarah ikut dan meminta Sarah menemaninya ke rumah barunya.“Kenapa, Ma?” Marc bertanya saat melihat Lucy memandang sekeliling dengan wajah muram.“Kamu tidak merasakannya? Rumah ini jadi suram, ya?”“Mungkin karena sepi saja, Ma.”Lucy berjalan ke kamar utama diikuti Marc. Ia memandang dengan tatapan kosong lemari aksesorisnya. Marc menceritakan barang apa saja yang hilang dicuri Maxim.“Untungnya aku tidak pernah membuka safe deposit di depan Maxim.”Wanita itu lalu beranjak ke sebuah lukisan. Di balik lukisan tersebut terdapat safe deposi
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

89. Abaikan Saja, Ma!

Maxim menggeleng keras. Ia berteriak bahwa tidak ada bukti jika ia mencuri. Namun, tetap saja polisi berpakaian preman membawanya ke kantor polisi atas arahan Marc.“Terima kasih atas bantuanmu, Gianni.”“Sama-sama, Marc.”Mereka duduk bersama di sofa. Sarah mendengar bagaimana Gianni seringkali diminta mengenali benda-benda terkenal dunia.“Profesiku sebenarnya adalah pengamat fashion.”“Gianni sekarang viral karena seringkali membongkar kualitas barang-barang mahal,” jelas Marc.“Keren sekali. Aku sih pasti tidak bisa membedakan tas original dan tiruan yang premium.” Sarah memuji Gianni.“Kamu tidak perlu khawatir. Apa pun yang dibeli Marc, pasti original. Kalau tidak, toko tempatnya membeli barang bisa dituntut.”Sarah tersenyum. Ia jadi teringat bagaimana Marc pernah membelanjakan dirinya berbagai macam barang tanpa melihat tag harga.Setelah Gianni berpamitan karena akan melanjutkan kerja, Marc dan Sarah masih bersantai di apartemen. Marc memesan banyak makanan untuk mereka dari
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

90. Beli Supermarket

“Om jahat. Nanti aku kasih tau Mama-Papaku, ya!”Tak lama kemudian, datang pasangan lelaki dan wanita. Mereka langsung datang mendekati Sarah dan Marc.“Nessa!”Anak perempuan itu menoleh. Ia lalu berlari kecil menghampiri lelaki yang memanggilnya. Lelaki itu segera menggendongnya. Pasangan lelaki dan wanita itu menghampiri Sarah dan Marc.“Maaf, jika Nessa mengganggu.” Lelaki itu menunduk santun pada Sarah dan Marc.“Tu – Tuan Marc.” Wanita di sebelah lelaki menyapa.Marc menatap wanita itu lalu mengangguk. “Kyra.”“Maaf, Tuan, Nyonya. Ini Nessa putriku. Memang senang berlari-lari dan tadi sempat lepas dari pegangan Ayahnya saat kami sedang memillih-milih pakaian.” Kyra menjelaskan.“Tak apa.”Sarah tersenyum. Ia menatap Marc. Namun tampaknya, Marc tidak peka hingga tidak mengenalkan Sarah pada Kyra.Tangan Sarah terjulur ke arah Kyra. “Kenalkan saya, Sarah.”Kyra terkekeh dan menjabat tangan Sarah. “Saya sudah sangat mengenal Anda, Nyonya Sarah. Kenalkan saya Kyra, sekretaris Tuan M
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
DMCA.com Protection Status