Semua Bab Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Bab 61 - Bab 70

85 Bab

61. Pindah Apartemen

Sebisa mungkin Sarah sedikit berbohong tentang pertemanannya dengan Ibu Irma. Ia mengatakan ternyata temannya telah pindah alamat. Di sana lah ia bertemu dan dekat dengan Ibu Irma.“Aku mau makan di restoran Vegan, boleh?” Sarah mengalihkan perbincangan.Marc tidak langsung membalas. Restoran Vegan adalah restoran mewah tempat pertemuan Sarah dengan bos-nya. Seketika Marc malas mengingat kedekatan istrinya dengan lelaki itu.“Restoran lain saja.”“Kenapa? Aku suka menu makanan di sana.”“Aku tau yang lebih bagus.”Kenapa sih tidak langsung menuruti keinginan istri? Apalagi ia sedang hamil. Sarah hanya bisa mengomel dalam hati.Marc yang tidak peka, menjalankan kendaraannya menuju salah satu restoran mahal di pinggir kota. Mungkin julukan kekinian untuk restoran ini adalah hidden gem atau tempat kuliner yang bagus namun lokasinya jarang diketahui orang banyak.Restorannya memang privasi. Cocok dengan pribadi Marc yang tidak menyukai keramaian.Berbeda dengan restoran bagus lainnya yang
Baca selengkapnya

62. Antusias Kehamilan

Satu minggu kemudian, Sarah harus berkonsultasi ke dokter kandungan. Marc sudah bersiap akan mengantar.“Kalau kamu sibuk, aku bisa pergi ke dokter sendiri.”“Aku bisa mengantarmu.”Setelah sarapan bersama, Marc pamit untuk bekerja. Sarah mengatakan hari ini ia akan bekerja dari rumah karena khawatir masih muntah-muntah.“Itu lebih baik.”Sarah kembali ke kamar saat Marc telah berangkat. Ia mengambil ponselnya yang sejak tadi tergeletak di ranjang. Ada lima panggilan tak terjawab dari nomer tak dikenal.Mengabaikan notifikasi tersebut, Sarah membuka laptopnya. Ia mencari-cari informasi tentang wanita yang baru mendapat operasi sebagai pendonor ginjal dan hamil.“Maaf, ya. Mama sempat berpikir kamu hadir di waktu yang tidak tepat.” Sarah berkata sambil mengelus perutnya yang masih rata.Beberapa artikel terpercaya, Sarah simpan di dokumennya. Semua informasi mengatakan tidak disarankan hamil setidaknya selama enam bulan pasca operasi ginjal. Sarah segera menutup laptopnya.Semakin memb
Baca selengkapnya

63. Keputusan Terakhir

“Maafkan Papa, ya. Papa tidak bisa memberi contoh yang baik kepadamu.” Frank mengambil tisu dan mengelap ujung matanya yang berair.Marc menunduk dalam mendengar cerita panjang lebar dari Papa-nya. Tak pernah ia mengira bahwa ternyata masalah orang tuanya sangat serius.“Papa sudah yakin dengan keputusan Papa ini?” Perlahan, Marc kembali bertanya.“Papa sudah memikirkannya setiap malam, Marc.”Kepala Marc akhirnya mengangguk. Ia menatap wajah tua di sampingnya dalam-dalam. Detik berikutnya, ayah dan anak itu berpelukan dan menitikkan air mata tanpa suara.Pelukan itu lebih dulu diurai Marc. Ia mengambil udara banyak-banyak ke paru-parunya untuk melegakan sesak di dada. Meski ternyata itu tidak banyak membantu.“Bagaimana kandungan Sarah?” Frank mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.“Baik. Sarah masih mual tetapi sekarang dokter tidak lagi memberikan obat.”“Jaga istri dan anakmu, Marc. Belajar lah dari sekarang untuk menjadi suami dan ayah yang baik.”“Aku akan mencoba, Pa.”Frank m
Baca selengkapnya

64. Curiga

Berita perceraian Frank dan Lucy ramai diberitakan media cetak maupun televisi. Setiap ada yang meragukan, Frank selalu mengangguk dan berkata. “Iya, itu benar.”Tentu saja semuanya terkejut dengan keputusan Frank. Usia pernikahan mereka telah mencapai tiga puluh tahun dan tidak pernah terdengar berita miring. Meski begitu, Frank menutup rapat penyebab ia mengajukan cerai dengan Lucy.“Sudah lah, Lucy. Harus diakui akhir-akhir ini kalian memang sudah tidak sejalan.” Dengan sok bijaksana, Tinna menyemangati temannya.“Aku tau, hanya saja ini benar-benar terjadi. Aku tak menyangka.” Wajah pucat Lucy begitu menyedihkan.Meski terlihat prihatin, dalam hati Tinna tersenyum. Ia merasa ini saat yang tepat untuk mendekati Frank. Wanita itu hanya harus terus mendekati Lucy karena ia masih tinggal di apartemen milik temannya itu.Apalagi begitu mendengar bahwa Lucy mendapat harta yang besar dari perceraiannya dengan Frank. Tinna berusaha tetap berpura-pura menjadi teman yang baik.“Aku turut pr
Baca selengkapnya

65. Kejutan di Apartemen

Marc benar-benar menjalankan perintah Papanya. Ia mengirim seseorang untuk menyelidiki apa saja yang dilakukan Tinna dan Marsha di Korea.Setelah akhirnya mendapat klien dari perusahaan Prancis dan ikut dalam projek besar tersebut, Sarah jadi rajin belajar bahasa Prancis. Ia memilih belajar bersama Frank dibanding Marc.“Kamu memang cerdas. Hanya cengkok Prancisnya saja yang masih kurang.” Pujian meluncur dari bibir Frank.“Iya, Pa. Sedikit-sedikit Sarah sudah bisa mengerti, tetapi saat membalas dengan bahasa Prancis, terkadang mereka tertawa.” Sarah jadi ikut terkekeh mengingat kesalahannya dalam mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Prancis.“Kamu butuh banyak latihan berbicara. Mulai sekarang, cobalah berkomunikasi dengan Marc menggunakan bahasa Prancis."Bibir Sarah langsung mengerucut. “Dengan Marc? Bicara bahasa kita saja irit, bagaimana dengan bahasa lain. Marc cuma lancar bahasa kalbu, Pa.”Tanpa sengaja, Sarah mengadukan prilaku suaminya pada Frank. Lelaki tua itu tersenyum
Baca selengkapnya

66. Kecelakaan yang Disengaja

“Aku mau mengucapkan terima kasih padamu.” Irwan membantu Ibu Irma menggeser cangkir teh ke depan Sarah.Setelah bisa menguasai diri, Sarah, Ibu Irma dan Irwan duduk bersama di ruang keluarga. Untungnya hari ini hari libur dan toko kue mereka tutup hingga tidak ada tamu dan asisten dapur yang mengganggu kebersamaan mereka.“Terima kasih untuk apa?”“Karena kamu akhirnya Ibu mau keluar dari kota kecil itu. Berkali-kali aku mengajak Ibu pergi dan tinggal bersamaku, tetapi beliau selalu menolak.”Ibu Irma hanya tersenyum lalu mengelus rahang putranya dengan penuh sayang.“Kenapa begitu?”“Kota itu adalah kota kelahiranku. Hingga Ayah meninggal dan aku mendapat kerja di luar kota, Ibu tetap bertahan di sana.”“Aku bahkan tidak tau Ibu Irma memiliki anak.”Irwan bercerita Ibunya sangat terkesan dengan kota kecil tersebut. Selain itu, menurut Irwan, Ibu Irma tidak bisa move on dari kenangan bersama suaminya hingga memilih tetap tinggal di sana.Ibu Irma bahkan menolak diberikan rumah baru k
Baca selengkapnya

67. Kamu kan Pendonornya?

“Emm ... di mana aku?” Sarah mengamati sekeliling.Ruangan sederhana itu sepi. Tidak ada yang menemaninya. Sarah mengamati dirinya,Wanita itu menggunakan pakaian rumah sakit. Pergelangan tangannya di infus. Kaki dan lengannya luka baret.“Oh, Nyonya sudah bangun?” Seorang suster masuk dan langsung berteriak meminta temannya memanggil dokter jaga.“Aku di mana, suster? Aku kenapa?”“Anda di rumah sakit Merlin, Nyonya.”Belum sempat menjelaskan, dokter telah masuk. Sarah diam sejenak untuk membiarkan dirinya diperiksa.“Apa yang dirasa, Nyonya?”“Kakiku perih.”“Anda ingat apa yang terjadi?”Sarah mengerjap sesaat. Ya, ia ingat. Saat akan menyebrang, ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi.Teringat juga bahwa ia sempat menghindar dan seseorang menarik lengannya. Ia terjatuh di pinggir jalan sambil memegangi perut lalu semuanya gelap.“Bagus. Ingatan Anda tidak terganggu. Menurut data, Anda sedang hamil. Kami akan memeriksa kandungan Anda.”Karena masih merasa shock, Sarah meng
Baca selengkapnya

68. Manusia Keji

“Kamu pakai kursi roda saja, ya.”Itu bukan suatu pertanyaan melainkan pernyataan. Marc tidak mau dibantah saat ia meminta petugas rumah sakit menyiapkan kursi roda untuk sang istri.Lagipula, Sarah masih lemas dan kakinya juga sakit. Jadi, wanita itu mengangguk pelan.Marc sendiri yang mendorong kursi Sarah ke depan ruang perawatan Tinna dan Marsha. Frank yang melihat langsung menghampiri.“Bagaimana ceritanya bisa sampai begini?” Frank menuntut penjelasan saat Sarah datang dengan kursi roda.Saat itu Lucy juga sudah datang. Ia hanya berdiri mematung tanpa menyambut Sarah.Namun begitu, Lucy dapat mendengar kejadian yang menimpa Sarah hingga menyebabkan dirinya pingsan di rumah sakit dan terbangun dengan luka ringan di kaki dan lengan.“Apa yang kamu lakukan di sana, Sarah?”“Hanya sedang jalan-jalan, Pa.”Frank menggeleng lalu menoleh pada Adrian. “Selidiki tenpat itu. Aku mau orang yang menabrak menantuku ini ditangkap dan diadili.”“Siap, Tuan.” Adrian menunduk santun dan mulai si
Baca selengkapnya

69. Tersangka Tabrak Lari

“Aku akan melapor ke polisi. Perbuatan mereka sangat di luar batas.” Marc menggeleng lalu merogoh ponselnya.Lelaki tampan itu berpamitan sebentar. Sarah tampak memperhatikan Marc yang menjauh.“Kita periksa keadaanmu sekarang, ya.” Frank menggenggam tangan Sarah.“Sarah sudah diperiksa dokter di rumah sakit, Pa.”“Apa yang kamu rasakan?”“Hanya kaki dan lengan saja yang perih.”Frank kemudian baru mengamati luka memar dan baret di lengan dan kaki Sarah. Setelah Adrian datang, Frank berkata mereka harus pulang dan beristirahat. Terlalu banyak kejadian mengejutkan dalam satu hari ini.Kepala lelaki tua itu bersandar di dinding. Rasanya ia ingin minum obat tidur dan langsung terlelap hingga dapat sesaat melupakan hari ini.“Pantas saja Ayah bilang ia menyesal menikah dengan Ibu Tinna.” Sarah menggumam pelan namun masih dapat terdengar Frank.Embusan napas panjang terdengar dari hidung Frank. “Sebenarnya itu juga salah Papa. Papa membiarkan Lucy menjodohkan ayahmu dengan Tinna.”“Tidak a
Baca selengkapnya

70. Bersama Lelaki Muda Itu?

“Nyonya Lucy?” Adrian menyahut dengan kening berkerut dalam.“Adrian? Ada apa?”“Aku akan bicara dengan Anda segera.”Adrian memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Ia segera keluar dari kantor polisi sesaat setelah menandatangani berkas-berkas yang dibutuhkan.Setengah perjalanan, Adrian merasa lelah. Perjalanan masih cukup jauh. Hingga akhirnya ia menepi saat melihat sebuah penginapan.Istirahat dua jam mungkin cukup, Adrian berucap dalam hati. Setelah membilas tubuh, lelaki itu segera berbaring di ranjang. Tak lupa ia memasang alarm sebelum memejamkan mata.Frank cukup khawatir saat ia mencoba menelepon, namun nomer asistennya itu selalu dialihkan. Lelaki tua itu hanya penasaran bagaimana hasil pembicaraan Adrian dengan tersangka yang menabrak Sarah.“Papa, ayo makan dulu.” Sarah membuyarkan lamunan Papa mertuanya yang berdiri sambil memegangi ponsel.“Oh, iya.”Frank berbalik badan. Malam ini ia akan menginap di rumah Marc. Anak lelakinya itu memaksa dan Frank akhirnya setuju
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status