Home / CEO / Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Chapter 131 - Chapter 140

205 Chapters

131. Orang Kaya itu Enak

Marc duduk tegak mendengar ucapan Sarah. Ia merasa wajahnya panas hingga menjalar ke telinga. Bodoh sekali rasanya.“Mmmm ... tentu aku tidak keberatan. Apa kamu juga ingin nama panggilan sayang dariku?” Setelah menetralkan debaran jantungnya, Marc bertanya pada Sarah.“Terserah kamu.”Akh. Marc teringat peringatan Larry pada kata ini. Hati-hati. Harus bisa menebak apa keinginan wanita yang mengucapkan kata terserah.Bagi pasangan lain, terutama yang sudah berpengalaman, mungkin tidak masalah. Tetapi, bagi Marc yang baru memulai hubungan romantis, ini suatu pelajaran berat.“Babe. Aku panggil kamu itu saja.” Marc mengangguk puas dengan pilihan katanya.Namun, Sarah menggeleng. “Sepertinya aku tidak pantas dipanggil Babe. Jangan itu, deh.”“Oh, gak suka, ya. Mmm ... sweety, bagaimana?”Sarah kembali menggeleng. “Kaya lebay banget panggilan itu.”“Honey?”“Kamu punya manager yang namanya Hani. Nanti malah dia yang nengok kalau kamu panggil aku dengan nama itu di kantor.” Sarah mencebik.
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

132. Menjaga dengan Nyawa

Sepertinya Lucy masih berharap bisa kembali pada Frank. Marc hanya tersenyum tipis.“Aku tidak tau jawaban atas pertanyaan Mama.”“Memang hanya Frank dan Tuhan yang tau.”Keduanya lalu terdiam. Akhirnya Marc bertanya tentang jadwal sang Mama.“Mama mau ke mana lagi, sekarang?” Marc bertanya.“Ada penyaluran dana di yayasan yatim piatu.”“Mama masih aktif di yayasan itu?”Kepala Lucy memgangguk. Cuma itu saru-satunya hiburan Lucy saat ini. Bermain dengan anak-anak di yayasan.“Mama juga jadi dekat dengan sukarelawan di yayasan dan kadang membantu pekerjaan di sana.”“Bagus kalau Mama punya kegiatan sosial sekarang.”Saat mereka berbincang, Sarah masuk ke ruang keluarga. Ia baru saja selesai bekerja online.“Mama.” Dengan santun, Sarah menyapa mertuanya.“Hai, Sarah.” Lucy bangkit dari kursinya dan mencium pipi Sarah.“Mama sudah makan?”“Sudah.”“Yaa ... aku mau makan. Mama ikut, ya.”Mendengar penawaran Sarah, tentu saja Lucy mengangguk penuh suka cita. Baru kali ini Sarah mengajaknya
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

133. Belajar Mengabaikan

Baru saja berpikir untuk reschedule meeting, Kyra meneleponnya.“Ya?” Marc membalas singkat.“Bos, pagi ini meeting penting. Seperti sudah saya laporkan manager operasional telah terlambat satu hari dari timeline kita.”Marc mengembuskan napas berat. Ia hanya membalas singkat lalu menutup teleponnya, kemudian masuk ke dalam mobil.Suasana hatinya bertambah tak baik saat perjalanannya terhalang kemacetan. Berkali-kali, Marc mendengus kasar membuat supirnya jadi merasa bertanggung jawab.“Apa saya boleh mengambil jalan lain yang lebih cepat, Tuan?” Supir menawarkan.“Silahkan.”Supir segera memutar balik arah. Jujur, Marc belum pernah melewati jalan yang kini dilalui. Tetapi saat ini ia hanya bisa percaya pada supir kepercayaannya.“Berapa lama lagi, Pak?” tanya Marc sambil mengamati jalanan sempit di depan mereka.“Paling lama tiga puluh menit, Tuan.”Melalui siaran radio, mereka akhirnya tau bahwa ada kecelakaan di ruas jalan utama. Kemacetan tidak terhindari apalagi banyak kendaraan
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

134. Kasihan Mereka

Dengan cepat, Marc menjelaskan bahwa meetingnya berlangsung cepat hingga ia bisa menyusul istrinya. Dari wajah Marc, Sarah sebenarnya dapat menyimpulkan bahwa rapat itu berjalan tidak lancar.“Apa kamu tadi tidak dikerubuti wartawan yang sedang hadir untuk acara donasi?” Sarah bertanya pada Marc.“Pintu yayasan hanya satu. Aku menunggu mereka fokus pada saat donasi diberikan dan langsung menyelinap masuk.”Lucy mengangguk mengerti. “Itu sebabnya kami menunggu di sini.”“Mama masih belum nyaman di antara wartawan, ya? Bukankah nama Mama ada sebagai donatur paling besar?”“Iya. Para wartawan itu masih saja mencari-cari celah untuk bertanya masalah pribadi. Mama jadi malas, jadi Mama minta teman saja yang mewakilkan pemberian donasi tersebut.”Sambil menunggu acara selesai, Sarah mengajak Marc berjalan-jalan. Mereka mengamati anak-anak di yayasan dan berbincang dengan pengurus yang merawat anak-anak.“Marc, bagaimana jika kita mengadopsi beberapa anak dari yayasan ini?” bisik Sarah.Spon
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

135. Perlu Pertimbangan Masak

“Apa? Kalian mau adopsi Arzan?” Lucy membelalakkan matanya.“Memang kenapa, Ma?” Sarah tak menduga respon Lucy pada permintaannya.Lucy mengembuskan napas panjang sebelum menjawab. Setelah acara donasi yayasan selesai, Lucy ikut Marc dan Sarah pulang ke rumah putranya tersebut. Saat makan malam, Sarah mengungkapkan keinginan mereka untuk mengadopsi anak dari yayasan yang sering Lucy danai tersebut.“Kalian tidak tau asal-usul Arzan. Itu sangat riskan.”“Memangnya, bagaimana ceritanya Arzan bisa ada di yayasan tersebut, Ma?” Marc ikut penasaran.“Arzan diletakkan di depan pintu yayasan. Malam itu hujan deras, tetapi suara tangisnya mampu menyaingi suara hujan hingga penjaga yayasan menemukan anak tersebut.”“Yayasan tidak punya CCTV?”Kepala Lucy menggeleng menjawab pertanyaan putranya. Sembilan tahun yang lalu, yayasan itu belum berkembang seperti saat ini. Mereka belum merasa perlu memiliki CCTV.“Tidak ada tanda pengenal sama sekali?”“Tidak. Bahkan yang memberi nama Arzan pun teman
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

136. Sepertinya Perempuan

“Sepertinya bayi kalian perempuan.” Dokter berkata sambil mengamati layar monitor yang dihubungkan dengan alat USG.“Benarkah?” Lucy yang ikut dalam pemeriksaan kandungan Sarah terdengar senang. “Pasti akan cantik seperti Mamanya.”Sarah terkekeh dan mengucapkan terima kasih. Frank menepuk bahu Marc dan tersenyum bangga.Marc membalas senyum tersebut. Seperti selalu ia katakan bahwa dirinya tak masalah dengan jenis kelamin bayinya, namun melihat Sarah dan Lucy tampak senang membuatnya ikut merasa bahagia.Setelah pemeriksaan selesai. Lucy dan Frank keluar dari ruang pemeriksaan agar Marc dan Sarah dapat berkonsultasi dengan dokter. Keduanya duduk bersisian di ruang menunggu.“Tumben, Irma tidak ikut?” Lucy membuka pembicaraan.“Irma sedang sibuk pindahan toko kue.”Lucy mengangguk mengerti. “Aku juga dengar dari Sarah, renovasi toko kuenya telah selesai.”“Iya. Sekarang sedang proses memindahkan barang-barang ke toko.”“Aku senang semuanya berjalan lancar.”Kini, Frank yang mengangguk
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

137. Sama-Sama Kesepian

Sarah dan Marc tersentak kaget mendengar penuturan Frank. Apalagi saat Frank berkata ia memiliki teman yang salah mengadopsi anak karena ternyata keturunan penjahat.“Memang anaknya jadi jahat juga? Bukannya kalau kita rawat dengan kasih sayang, anak itu akan memiliki hati yang baik?” Sarah memberikan pendapatnya.Menurut cerita, teman Frank tidak sadar anak angkat mereka memiliki kleptomania. Gangguan mental yang penderitanya sulit mengendalikan keinginan untuk memiliki suatu benda tanpa izin baru diketahui setelah guru sekolah mengamati prilaku si anak.Saat kamarnya diperiksa, terbukti banyak barang-barang milik sekolah yang ia ambil. Setelah diusut ternyata anak tersebut memiliki orang tua yang dihukum mati karrna kasus korupsi.“Saat diadopsi memangnya teman Papa tidak tau latar belakang anak tersebut?”Kepala Frank menggeleng. “Sama seperti Arzan, anak itu juga diletakkan di depan pintu sebuah rumah lalu penghuninya menyerahkan ke yayasan yatim piatu.”“Kasihan. Nasib anak itu s
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

138. Lelaki yang Mencarimu

Marsha menatap tablet yang diperlihatkan dokter. Di layarnya terpampang foto dirinya dan Tinna. Namun pada foto tersebut, Tinna masih terlihat cantik dengan make up dan pakaian bagus.“Ini Ibumu. Kamu ingat?” tanya Dokter.Mata Marsha hanya menatap layar tanpa berkedip. “Ini siapa?” Marsha menunjuk fotonya sendiri.“Kamu.” Dokter menjawab singkat.Tangan Marsha mengucap wajahnya sendiri seolah tak percaya pada wajah cantiknya. Selama di rumah sakit jiwa ia memang tidak pernah bercermin atau tepatnya, memang tidak ada cermin di kamar perawatan.Lalu, dengan sengaja, Dokter menggeser layar dan memperlihatkan foto Tinna saat ditahan juga foto Marsha saat ini. Marsha terlihat mengerutkan kening dalam-dalam.“Kehidupan kalian memang jauh berbeda setelah kalian dinyatakan bersalah karena tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Sarah Carrington.”Ucapan Dokter membuat Marsha menoleh dan menatap tajam dokter. Lalu dengan gerakan tak terduga, kedua tangannya mencekik leher dokter.“Sarah.” Marsh
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

139. Membuat Candu

Spontan, Marc melirik Sarah. Istrinya itu masih berbincang dengan Kyra. Marc memberi kode agar Adrian masuk ke ruang kerjanya.“Silahkan duduk, Om.”Adrian mengangguk dan duduk di depan meja kerja Marc. Putra satu-satunya keluarga Carrington itu sedang melepas jas dan menyampirkannya di punggung kursi.“Bagaimana lelaki itu bisa menemui Om Adrian?” Setelah duduk, Marc bertanya.“Awalnya ia menelepon perusahaan meminta nomer teleponmu. Lalu, resepsionis menanyakan padaku.”“Om bicara langsung dengan lelaki itu? Jadi, belum pernah bertemu?”“Iya.”“Kita abaikan saja.”Adrian menggeleng. Asisten pribadi Frank itu berkata bahwa lelaki itu mengancam akan mendatangi Sarah.Marc mendengus kasar. Ia menjawab bahwa istrinya tidak akan mudah didekati orang karena ia selalu menjaga Sarah di mana pun berada.“Kamu tidak bisa menjaganya dua puluh empat jam, Marc. Contohnya sekarang, Sarah di luar tanpa pengawasanmu.”Segera, setelah mendengar ucapan Adrian, Marc berdiri lalu melongok keluar di man
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

140. Sudah Tercemar

Marc mengangguk singkat. Kyra melirik Sarah lalu menundukkan kepala dan keluar. Setelahnya, lelaki itu mengetik pesan pada Kyra agar mengabaikan permintaan dokter ahli jiwa tersebut.Dengusan pelan terdengar dari hidung Marc. Baru saja Adrian bilang ada lelaki yang mengaku mantan suami Tinna datang mencarinya, kini dokter jiwa Marsha juga ingin Sarah bicara dengan Ibu Tinna.Beraninya mereka itu! Memangnya kami siapa? Marc mendesah dalam hati.“Aku sudah selesai.” Sarah bangkit dari kursi lalu melakukan sedikit peregangan.Marc mengamati Sarah yang lalu duduk di kursi dan menaikkan kedua kakinya ke meja. Kaki-kaki Sarah tampak agak bengkak. Marc segera mengetik pesan pada sekretarisnya.Tak berselang lama, Kyra masuk bersama seorang office girl yang membawa baskom berisi air hangat. Marc berdiri dan menghampiri Sarah yang duduk bersandar di sofa. Lelaki itu membuka sepatu Sarah dan merendam kedua kaki istrinya ke dalam baskom.Sarah bersandar sambil tersenyum. Bibirnya mengucapkan ter
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
DMCA.com Protection Status