Share

148. Mau Aku Pecat?

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sungguh Marc tidak memiliki jawaban atas pertanyaan polisi. Tanpa pikir panjanng, ia menggeleng. Akhirnya polisi mengundurkan diri.

Marc masuk ke dalam kamar. Sarah sedang bekerja di atas ranjang. Lelaki itu menghampiri istrinya dan mencium kening Sarah.

“Kenapa masih bekerja? Mau aku pecat?”

“Pecat saja.” Sarah terkekeh sambil tetap bekerja.

Kepala Marc menggeleng. Ia berbaring di samping sang istri dan menatap langit-langit kamar.

Sebenarnya, ia tidak ingin memikirkan Marsha, tetapi entah kenapa hatinya resah. Ia takut hilangnya Marsha berarti bahaya mengintai sang istri. Mana Sarah sedang hamil besar pula.

Marc mengembuskan napas berat. Lelaki itu tak sadar, Sarah telah menutup laptop dan sedang memperhatikannya. Lelaki itu menoleh saat merasakan rambutnya dielus.

“Ada masalah?” Sarah bertanya sambil bersandar pada punggung tempat tidur.

Posisi tidur Marc berganti. Ia tidur miring menghadap Sarah dan menikmati belaian tangan istrinya.

“Aku harus memberitahumu sesuatu. Jangan panik,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   149. Merasa Tidak Dibutuhkan

    Seharian itu Marsha tantrum. Ia melempar makanan yang dibawakan Widya. Tetapi, kemudian siang harinya, ia makan makanan yang berhamburan di lantai sambil menangis.“Akhirnya dia merasa lapar juga dan makan.” Widya berkata saat mengintip di lubang kunci pintu.“Iya, pasti begitu.” Hans dengan santai menjawab sambil membaca koran.“Tapi, kasihan. Ia makan seperti hewan kelaparan.” Widya mengembuskan napas berat lalu menghampiri suaminya.“Namanya juga tidak waras.”Mendengar ucapan sang suami, Widya hanya mengangguk pelan. Wanita setengah baya yang selalu mengenakan celemek itu melanjutkan membereskan makanan dan memasak.Hans mengamati istrinya. Bagaimana ia bisa tertarik lagi dengan wanita itu? Tidak pernah merawat tubuh dan wajah hingga selalu terlihat lusuh. Ia bertahan di rumah ini hanya karena tidak memiliki tempat lain.Lagipula, bersama Widya ia masih bisa makan tanpa susah-susah bekerja. Lelaki itu bangkit dan berjalan ke kamar Marsha. Ia mengintip dan melihat keadaan wanita mu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   150. Anakmu Tidak Waras

    Lucy keluar dari rumah Marc tanpa pamit pada putranya. Hatinya pedih mengetahui kepulangannya menjadi sia-sia. Padahal dalam bayangannya, ia bisa merawat Frank yang sedang sakit saat Marc dan Sarah bekerja.Saking kalutnya, Lucy hanya minta supir berputar-putar tanpa tujuan. Wanita itu mencoba mengendalikan diri dan berpikir apa yang akan ia lakukan sekarang. Ponsel di tangannya bergetar.Satu notifikasi pesan masuk. Nomer tidak dikenal. Lucy ingin mengabaikan, namun pesan itu terbaca olehnya.Tinna meminta bertemu di rumah sakit jiwa. Karena tidak memiliki tujuan dan sangat ingin menyalurkan amarah, akhirnya Lucy bersedia bertemu dengan Tinna.Dalam perjalanan, Lucy menyusun strategi. Ia ingin menyelidiki tentang hilangnya Marsha. Berpura-pura baik pada Tinna mungkin akan ada gunanya.“Lucy.” Tinna menghampiri dan duduk di depan kursi Lucy.Lucy meneguk ludahnya sendiri saat melihat penampilan Tinna. Wanita yang biasanya bermake up tebal, memakai pakaian dan aksesoris keluaran brand

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   151. Hukuman Langsung

    “BRAKK!”“Apa-apaan .... “Hans yang sedang menindih tubuh Marsha menoleh saat suara kencang di belakangnya terdengar. Polisi mendobrak kamar tersebut dan langsung menarik Hans menjauhi Marsha yang telentang tanpa busana.Salah satu polisi wanita menutupi tubuh Marsha dengan selimut tipis. Sementara Hans langsung diringkus dan dibawa ke kantor polisi. Setelah semua pergi, polisi wanita membantu Marsha berpakaian.“Keadaannya tidak baik. Lengannya diikat ke tiang ranjang dan pipinya lebam. Sepertinya Marsha juga mendapat penganiayaan dari Hans.” Polisi wanita mengabarkan melalui walkie talkie.Marsha hanya termangu saat ditanya apa ada yang sakit pada wajah dan tubuhnya. Ia menatap ke bawah tanpa bicara apa pun. Lalu, setelah itu menangis sambil menutupi wajah dengan kedua tangan.Dalam waktu dua jam, Marsha sudah dikembalikan di rumah sakit jiwa. Hasil visum menyatakan Marsha dirudapaksa dan mendapat pukul

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   152. Tentu Saja Aku Ingat

    “Kita sudah pernah membahas ini, Sayang. Pendapatku sama. Biar Papa saja yang memutuskan.”Sarah terdiam sejenak. Ia setuju dengan pendapat tersebut. Namun mengingat ia pernah memiliki pengalaman sang ayah yang salah menikahi wanita, rasanya ia jadi khawatir.”“Kadang aku bertanya-tanya, kenapa dulu Tuhan membiarkan ayah menikah dengan Ibu Tinna. Padahal ayah adalah lelaki yang baik hati.”Mendengar pernyataan Sarah, Marc mengembuskan napas panjang. Ternyata ini arah pembicaraan sang istri. Sarah pasti berpikir, ia tidak ingin Frank menikah lagi dengan wanita yang salah.“Tuhan itu memberikan pilihan, Sayang. Jangan salahkan siapa-siapa. Segala sesuatunya ada baik dan buruk.”Sarah menoleh ke belakang dengan senyum manis. “Ternyata kamu bijaksana sekali.”Marc terkekeh dan mengecup pipi Sarah. “Aku banyak belajar tentang cinta dan hidup setelah menikah denganmu.”“Jadi, bagimu aku adalah sebuah pelajaran.”“Bisa dibilang begitu.”“Kalau begitu, kamu harus siap dengan ujiannya. Setiap

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   153. Berkurang Satu

    Tinna dinyatakan meninggal karena menyayat dirinya sendiri. Saat dijemput polisi, Tinna memang sedang membantu di bagian dapur. Wanita ternyata menyelipkan pisau kecil di bajunya.Di kursi belakang van, diam-diam Tinna menyayat pergelangan tangannya. Polisi baru menyadari saat Tinna tergolek lemas dan sudah kehabisan darah.Hanya Marc dan Adrian yang menghadiri pemakaman tersebut. Marc datang hanya ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Ibu Tinna benar-benar dikuburkan.“Sarah melakukan video call, Marc.” Adrian memperlihatkan ponselnya.Sarah tau, Marc pasti tidak mau menceritakan proses pemakaman. Jadi, ia lebih memilih menelepon Adrian. Marc mengangguk memberi kode pada Adrian untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sarah?”“Om. Sarah mau lihat pemakaman Ibu.”“Sebentar saja, ya.” Adrian melirik Marc yang hanya mengangguk pelan.Kamera Adrian dihadapkan pada pelaksanaan pemakaman. Saat ini para penggali kubur sedang menimbun lubang dengan tanah merah. Hanya satu meni

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   154. Mantan Istri dan Mantan Kekasih

    Sarah baru akan membuka mulut untuk mengalihkan percakapan tentang kue, pelayan lain datang dan berkata bahwa Ibu Irma ingin pamit pada Sarah.Lucy meletakkan piring kurnya yang telah kosong. “Kalau begitu, Mama pamit juga ya, Sarah.”“Eh, Mama tidak makan malam di sini saja?”Senyum terukir di wajah Lucy. “Masih beberapa jam lagi untuk makan malam. Dan sepertinya, Marc sebentar lagi juga selesai bekerja. Kamu harus menemaninya, bukan?”Tidak bisa lagi menahan Mama mertuanya, Sarah mengangguk pelan. Keduanya keluar dari kamar dan menuju foyer di mana Ibu Irma sudah menunggu.“Ibu Irma.” Sarah menyapa dan memberikan senyumnya.Sarah dan Ibu Irma berpelukan. Setelah mencium kedua pipu masing-masing, Ibu Irma berpamitan akan ke toko kue.“Maaf, Sarah belum bisa ke sana ya, Bu.”“Lho, memang belum boleh. Santai saja. Banyak bantuan, kok.” Ibu Irma berkata dengan anda menenangkan.Kepala Sarah mengangguk dan melihat ke sekitar. “Ibu pulang dengan siapa?”“Supir Papa yang akan mengantar Irm

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   155. Bayi Perempuan

    Sarah berpamitan pada orang-orang yang mengantarnya. Ia memeluk Ibu Irma, Mama Lucy, dan Papa Frank. Setelah itu megangguk santun pada Adrian dan Irwan.Semua orang-orang yang menyayanginya hadir di rumah sakit. Hari ini adalah jadwal Sarah akan melahirkan melalui operasi caesar.“Maafkan Sarah, ya, semua. Mohon doanya.” Sarah melirih di depan semua orang yang mengantarnya ke depan pintu ruang operasi.Setelahnya, Sarah melambai ketika Marc mendorong kursi rodanya ke dalam ruang operasi.“Kenapa Sarah sampai terus-menerus meminta maaf? Ya ampun, kok aku jadi deg-degan?” Lucy menekan dadanya yang berdebar kencang.Ibu Irma memeluk pinggang Lucy dan mengajaknya duduk di kursi. Sementara para lelaki mengobrol di depan pintu ruang operasi yang tertutup rapat.“Dulu kamu melahirkan normal atau caesar?” Lucy bertanya pada Ibu Irma.“Normal.” Ibu Irma menjawab singkat.Lucy mengangguk. “Aku juga. Ya Tuhan, semoga Sarah baik-baik saja.”“Kenapa kamu sangat khawatir?”“Dokter bilang Sarah akan

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   156. Sangat Cantik

    “Mmm.”Setelah beberapa jam, Sarah siuman. Ia mengerang pelan dan merasakan sebuah tangan mengelus kepalanya. Perlahan, wanita itu membuka mata.“Hai, Mama Sarah.” Marc menyapa istrinya.“Hai.”Lalu, netra Sarah berputar mengamati sekeliling. Ia masih berada di ruang bersalin dengan monitor yang mengawasi keadaannya.“Bagaimana bayi kita?”“Sehat. Perempuan. Sangat cantik.” Marc menjawab sambil mencium buku-buku jari istrinya.“Syukurlah.”Tak lama kemudian, dokter dan suster masuk. Mereka memeriksa keadaan Sarah lalu mengizinkan Sarah pindah ke ruang perawatan. Marc sangat senang karena artinya keadaan sang istri baik-baik saja.“Apa aku boleh melihat bayiku?” Sarah bertanya dengan mata memohon.Dokter mengangguk. “Tentu saja. Bayi anda nanti akan dibawa suster ke ruang perawatan untuk belajar menyusui.”Wajah Sarah tampak berbinar. Marc mengecup dahi Sarah.“Kamu akan takjub pada putri kita. Aku saja langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.”Sarah menatap Marc dengan wajah membe

Bab terbaru

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   200. Pendengar yang Baik

    Irwan menunggu. Vania mungkin sedang mengumpulkan kekuatan untuk memceritakan kisah kelamnya pada seseorang. Apalagi ia adalah orang baru yang pertama kali ditemui."Aku dan Bryan, ayah Arzan menikah tanpa restu. Kami lari dari keluarga karena memilih mempertahankan cinta."Vania mengembuskan napas kasar. Ia menyandarkan punggung pada dinding. Jari-jari tangannya saling bertautan."Di perkemahan seperti ini lah kami berbulan madu. Tiga bulan kemudian, aku hamil. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, beberapa bulan berikutnya, Bryan didiagnosis menderita kanker usus."Isakan Vania membuat Irwan memeluk erat Arzan. Ia tak ingin Arzan terbangun. Vania lalu sadar untuk segera menguasai diri.Sembari mengatur napas, Vania mengusap air matanya. Kini ia duduk sambil memeluk kaki-kakinya yang ditekuk.Dalam keadaan hamil, Vania merawat Bryan. Bryan cukup tegar dan berusaha menjalani pengobatan didampingi Vania.Pilihan itu datang saat Vania melahirkan. Kondisi Bryan bertambah lemah. Keuanga

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   199. Sudah Siap, Bukan?

    Alrzan langsung bersembunyi di balik tubuh Vania. Wanita itu menyorotkan lampu senter pada lelaki yang berdiri di kegelapan. Arzan mengintip lalu bersorak.“Om Irwan.” Arzan langsung berlari menghampiri dan memeluk Irwan. “Lampu kabin kami mati, Om.”Irwan mengusap kepala Arzan. “Iya, kabin Om juga. Tadinya Om mau mencari bantuan tapi mendengar teriakan. Kebetulan sekali kita ada di sini, ya."“Aku bersama Ibu Vania. Cuma berdua.” Arzan menunjuk Vania yang terpaku di tempat melihat kedekatan putranya dengan lelaki yang dipanggil Om Irwan tersebut.Irwan mengangguk. Setelah berada pada jarak cukup dekat, Irwan menjulurkan tangan. Vania menyambutnya dan tersenyum penuh kelegaan.“Irwan. Aku putra Ibu Irma.”Sejenak setelah balas menyebut namanya, Vania mengamati Irwan. Rasanya ia pernah bertemu dengan lelaki ini. Tetapi, ia tidak ingat meskipun ia sering berada di kafe.“Kita memang belum pernah bertemu sebelum ini.” Irwan menjawab pengamatan Vania pada dirinya. “Oh, mungkin sekali. Saa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   198. Orang Terdekat

    “Jadi Khanza, editor Vania yang menjadi otak gosip antara kamu dan Vania?” Sarah mengangkat alisnya. Tak menyangka bahwa ternyata orang terdekat Vania lah yang membuat kebohongan tersebut.“Iya. Itu dilakukan untuk mendongkrak penjualan buku Vania. Kamu ingat? Gosip itu beredar tak lama novel baru Vania terbit di pasaran.”Sarah mengangguk mengerti. “Vania tau?”“Itu sedang diselidiki Om Adrian.”“Perasaanku mengatakan Vania tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.”Pernyataan Sarah dikuatkan oleh dugaan bahwa Vania tidak mungkin mempertaruhkan nama baiknya. Jika ia memang terlibat dan keluarga Carrington tau, ia pasti tidak akan bertemu lagi dengan Arzan. Bahkan Sarah sendiri pun akan melarangnya.Marc mengangguk setuju. Ia berharap hari ini juga sudah mendapat kabar dari orang-orang Adrian yang bekerja untuk mengusut kasus pencemaran nama baik ini.“Jika Arzan sudah pulang, kemungkinan ia menemukan berita tersebut akan besar. Aku tidak ingin itu terjadi.”“Aku tau.” Sarah mencebi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   197. Tidak Mampu Bersaing

    Dua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   196. Jangan Mencegahku

    "Mana? Aku mau lihat." Sarah mencondongkan tubuhnya ke arah ponsel Marc.Pasangan suami istri itu sama-sama memperhatikan layar kecil ponsel Marc. Dengan kesal, Marc menyerahkan ponselnya pada sang istri. Ia malas membaca lanjutan berita tersebut."Pasti sebentar lagi Papa atau Mama akan menelepon dan marah-marah padaku." Marc kemudian bersungut. "Tadi saat kamu bilang tidak bisa ikut, aku sudah memiliki perasaan tak enak.""Nanti kalau Mama atau Papa menelepon, biar aku saja yang bicara pada mereka." Sarah menenangkan suaminya.Namun kali ini Marc tidak dapat mentoleransi berita tersebut. Portal gosip itu mengatakan ia mengadakan pertemuan rahasia dengan Vania untuk membahas putra mereka."Kamu jangan mencegahku lagi. Aku akan meminta pengacara menuntut pasal pencemaran nama baik."Tidak ada balasan dari Sarah. Ia sedang sibuk mengamati berita tersebut."Memangnya kamu sempat ngobrol berduaan dengan Vania, ya?""Tadinya aku sudah cerita ia minta maaf atas beredarnya gosip dan mengaku

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   195. Selalu Begitu

    Vania merasa bertambah senang karena setelah beberapa kali bertemu, akhirnya Arzan mulai banyak terbuka padanya. Meski anak itu masih kaku jika bersentuhan, Vania tetap memberikan perhatian melalui kontak fisik seperti mengelus, mengusap, memeluk dan mencium putranya.“Ok, nanti jangan lupa tanyakan pada Mama dan Papa kapan kita bisa kemping berdua, ya.” Vania berkata dengan penuh harap pada Arzan.Arzan mengangguk. Pada pertemuan itu, Arzan juga menunjukkan hasil tulisannya. Dengan bersemangat, Vania membaca dan mengangguk-angguk.“Sepertinya kamu memang berbakat.”“Apa aku bisa menjual buku dan mendapatkan uang seperti Ibu?”Kekehan kecil terdengar dari hidung Vania. “Tentu saja bisa. Tetapi, masih banyak yang mesti kamu pelajari karena menulis bukan hanya tentang menceritakan apa yang ada di kepalamu.”Vania berpesan bahwa Arzan harus banyak belajar tentang teori kepenulisan. Menurutnya, cerita Arzan menarik namun dari segi alur masih perlu diperbaiki. Arzan tampak serius melihat b

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   194. Tidak Mau Membahas

    “Semua gagal.” Irwan berkata datar saat Marc bertanya tentang kencannya.Pagi ini, kantor Irwan kedatangan Marc. Lelaki itu mendapat laporan bahwa Irwan telah beberapa kali melakukan kencan buta dengan bantuan aplikasi jodoh.“Memang berapa kali sih kamu berkencan?”“Tiga kali.”“Artinya aplikasi itu tidak bagus. Mungkin kamu bisa coba cara konvesional saja.”“Maksudmu, amati sekeliling, jika ada yang menarik langsung ajak kencan?”“Iya seperti itu.”Dengan cepat, kepala Irwan menggeleng. Menurutnya kehidupannya sekarang hanya kantor dan rumah. Sementara ia tidak ingin berkencan dengan teman atau pegawai kantor.Marc menawarkan bantuan. Ia berkata Larry mungkin memiliki teman wanita yang juga sedang mencari jodoh. Mereka sama-sama tau, Larry memiliki pergaulan yang luas.Pasrah, Irwan mengangguk. Mereka melanjutkan membahas pekerjaan. Hingga akhirnya diskusi itu selesai.“Sepertinya hari ini kamu dan timmu harus lembut.” Marc berkata seraya bersiap akn pergi.“Iya. Aku juga berpikiran

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   193. Capek Marah-Marah

    “Jadi, kamu tidak berfoto sama Vania?” Sarah mengulangi pernyataan Marc yang menyangkal ia berada satu frane bersama Arzan dan Vania.“Tidak.” Marc menggeleng tegas. “Aku lebih dulu yang berfoto berdua dengan Arzan. Setelah itu Vania dan Arzan.”Tetapi, Marc berkata saat itu memang banyak kamera yang mengarah pada mereka. Marc tidak menaruh curiga karena mereka sedang berada di sekolah.“Jadi, kamu jangan berprasangka buruk padaku.”“Siapa yang berprasangka buruk?”“Aku takut kamu cemburu.”Sarah mencebik. “Tidak. Lagipula kalau kamu mau sama Vania, ya silahkan saja.”Marc terperanjat mendengar pernyataan istrinya. “Kok gitu?”“Yaa ... kamu suka nggak sama Vania?”“Enggak lah. Pertanyaanmu aneh sekali, Sayang.”“Ya, sudah. Kalau begitu, aku tidak curiga, cemburu, kesal atau marah padamu.”Marc mengembuskan napas lega. Meski ia jadi merasa aneh karena Sarah seperti cuek saja. Rasanya ia lebih suka Sarah cemburu.Bukankah cemburu tanda cinta? Tanda bahwa seorang istri tidak ingin suamin

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   192. Foto Editan

    Berita peluncuran buku Vania diiringi pemberitaan yang cukup menghebohkan. Beredar gosip bahwa Marc adalah ayah kandung dari anak Vania. Berita mengguncang itu dilengkapi foto Arzan saat kemping di mana anak itu berdiri di antara Marc dan Vania.Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia.“Kenapa kamu tidak ikut berfoto, Sarah?” Frank terlihat protes pada menantunya.“Saat akan foto, Vivi rewel, Pa. Jadi aku membawa Vivi ke suster dulu.” Sarah mengembuskan napas berat mendapat berita tersebut. Ia juga tidak tau ternyata Marc berfoto bertiga dengan Arzan dan Vania.“Mama akan marahi suster. Sudah tau Vivi sakit, kenapa ia tidak siaga di dekatmu.” Lucy dengan kesal juga ikut protes.“Aku yang suruh suster menunggu di luar, Ma. Itu kan area khusus pengantar anak-anak yang kemping.”“Lalu, kenapa Vania ikut-ikutan?” Lucy masih tidak terima.Sarah mengaku bahwa ia mengizinkan Vania ikut. Bahkan ia sendiri yang meminta izin pada sekolah agar ibu kandung Arzan itu bisa mengikuti upaca

DMCA.com Protection Status