Share

146. Mana Marsha?

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-20 22:39:07

“Bagaimana keadaan Papa hari ini?”

Setelah memanjakan Sarah dan tiba di rumah, Marc langsung menjenguk Frank. Lelaki itu sedang memegang remote kontrol LCD dan menonton tayangan berita.

“Bosan.” Frank mencebik dengan mata tetap pada layar LCD di depannya.

Marc tersenyum penuh pengertian. Sejak ia masih kecil, Frank emmang pekerja keras dan selalu aktif. Keadaan yang membuatnya harus berbaring pasti menyiksa.

“Maksudku, tubuh Papa bagaimana? Masih demam?”

Kepala Frank menggeleng. “Setelah minum antibiotik sudah membaik.”

“Bagus. Dokter bilang hasil tes darah Papa juga baik-baik saja. Jadi, sakit Papa murni hanya influenza.”

“Sudah Papa bilang bahwa Papa baik-baik saja.”

Marc mengangguk-angguk. Ia lalu mengamati jarum infus yang tertancap di pergelangan tangan Frank.

“Tadi Mama menelepon dan aku menceritakan keadaan Papa. Mama bilang semoga Papa lekas sembuh.”

“Terima kasih.” Frank tampak tak terlalu perduli.

“Sarah juga bilang bahwa Ibu Irma besok akan mampir untuk menjenguk Papa. Ibu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yiming
waduhh Marsha beneran dibawa kabur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   147. Marsha Menghilang

    Tinna yang sedang membawa baki untuk gelas-gelas yang telah digunakan menatap perawat yang menanyakan Marsha. Meski jantungnya berdebar kencang, Tinna berusaha tenang.“Tadi sedang makan.”“Di mana?” Perawat itu kembali bertanya sambil mengamati sekeliling.“Aku lihat Marsha di pojok ruangan.”Perawat tersebut protes karena Tinna tidak menjaga Marsha. Lalu, ia segera berjalan melewati kerumunan orang. Tinna menghitung dalam hati dan menebak dalam hitungan kelima, staff rumah sakit akan kelimpungan karena Marsha telah pergi.Tinna berpura-pura sibuk beberes. Meski begitu, sudut matanya mengamati perawat yang terlihat mulai panik mencari Marsha. Lalu, tiba-tiba tangannya ditarik seseorang. Mereka masuk ke salah satu ruangan. Orang tersebut melepaskan Tinna dan menatap tajam.“Di mana Marsha?”Tinna menggeleng. “Sudah kubilang tadi Marsha sedang makan. Ada apa? Kalian tidak menemukan putriku?”Ekspresi wajah Tinna dibuat panik. Ia mengulangi pertanyaannya dengan nada khawatir membuat per

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   148. Mau Aku Pecat?

    Sungguh Marc tidak memiliki jawaban atas pertanyaan polisi. Tanpa pikir panjanng, ia menggeleng. Akhirnya polisi mengundurkan diri.Marc masuk ke dalam kamar. Sarah sedang bekerja di atas ranjang. Lelaki itu menghampiri istrinya dan mencium kening Sarah.“Kenapa masih bekerja? Mau aku pecat?”“Pecat saja.” Sarah terkekeh sambil tetap bekerja.Kepala Marc menggeleng. Ia berbaring di samping sang istri dan menatap langit-langit kamar.Sebenarnya, ia tidak ingin memikirkan Marsha, tetapi entah kenapa hatinya resah. Ia takut hilangnya Marsha berarti bahaya mengintai sang istri. Mana Sarah sedang hamil besar pula.Marc mengembuskan napas berat. Lelaki itu tak sadar, Sarah telah menutup laptop dan sedang memperhatikannya. Lelaki itu menoleh saat merasakan rambutnya dielus.“Ada masalah?” Sarah bertanya sambil bersandar pada punggung tempat tidur.Posisi tidur Marc berganti. Ia tidur miring menghadap Sarah dan menikmati belaian tangan istrinya.“Aku harus memberitahumu sesuatu. Jangan panik,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   149. Merasa Tidak Dibutuhkan

    Seharian itu Marsha tantrum. Ia melempar makanan yang dibawakan Widya. Tetapi, kemudian siang harinya, ia makan makanan yang berhamburan di lantai sambil menangis.“Akhirnya dia merasa lapar juga dan makan.” Widya berkata saat mengintip di lubang kunci pintu.“Iya, pasti begitu.” Hans dengan santai menjawab sambil membaca koran.“Tapi, kasihan. Ia makan seperti hewan kelaparan.” Widya mengembuskan napas berat lalu menghampiri suaminya.“Namanya juga tidak waras.”Mendengar ucapan sang suami, Widya hanya mengangguk pelan. Wanita setengah baya yang selalu mengenakan celemek itu melanjutkan membereskan makanan dan memasak.Hans mengamati istrinya. Bagaimana ia bisa tertarik lagi dengan wanita itu? Tidak pernah merawat tubuh dan wajah hingga selalu terlihat lusuh. Ia bertahan di rumah ini hanya karena tidak memiliki tempat lain.Lagipula, bersama Widya ia masih bisa makan tanpa susah-susah bekerja. Lelaki itu bangkit dan berjalan ke kamar Marsha. Ia mengintip dan melihat keadaan wanita mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   150. Anakmu Tidak Waras

    Lucy keluar dari rumah Marc tanpa pamit pada putranya. Hatinya pedih mengetahui kepulangannya menjadi sia-sia. Padahal dalam bayangannya, ia bisa merawat Frank yang sedang sakit saat Marc dan Sarah bekerja.Saking kalutnya, Lucy hanya minta supir berputar-putar tanpa tujuan. Wanita itu mencoba mengendalikan diri dan berpikir apa yang akan ia lakukan sekarang. Ponsel di tangannya bergetar.Satu notifikasi pesan masuk. Nomer tidak dikenal. Lucy ingin mengabaikan, namun pesan itu terbaca olehnya.Tinna meminta bertemu di rumah sakit jiwa. Karena tidak memiliki tujuan dan sangat ingin menyalurkan amarah, akhirnya Lucy bersedia bertemu dengan Tinna.Dalam perjalanan, Lucy menyusun strategi. Ia ingin menyelidiki tentang hilangnya Marsha. Berpura-pura baik pada Tinna mungkin akan ada gunanya.“Lucy.” Tinna menghampiri dan duduk di depan kursi Lucy.Lucy meneguk ludahnya sendiri saat melihat penampilan Tinna. Wanita yang biasanya bermake up tebal, memakai pakaian dan aksesoris keluaran brand

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   151. Hukuman Langsung

    “BRAKK!”“Apa-apaan .... “Hans yang sedang menindih tubuh Marsha menoleh saat suara kencang di belakangnya terdengar. Polisi mendobrak kamar tersebut dan langsung menarik Hans menjauhi Marsha yang telentang tanpa busana.Salah satu polisi wanita menutupi tubuh Marsha dengan selimut tipis. Sementara Hans langsung diringkus dan dibawa ke kantor polisi. Setelah semua pergi, polisi wanita membantu Marsha berpakaian.“Keadaannya tidak baik. Lengannya diikat ke tiang ranjang dan pipinya lebam. Sepertinya Marsha juga mendapat penganiayaan dari Hans.” Polisi wanita mengabarkan melalui walkie talkie.Marsha hanya termangu saat ditanya apa ada yang sakit pada wajah dan tubuhnya. Ia menatap ke bawah tanpa bicara apa pun. Lalu, setelah itu menangis sambil menutupi wajah dengan kedua tangan.Dalam waktu dua jam, Marsha sudah dikembalikan di rumah sakit jiwa. Hasil visum menyatakan Marsha dirudapaksa dan mendapat pukul

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   152. Tentu Saja Aku Ingat

    “Kita sudah pernah membahas ini, Sayang. Pendapatku sama. Biar Papa saja yang memutuskan.”Sarah terdiam sejenak. Ia setuju dengan pendapat tersebut. Namun mengingat ia pernah memiliki pengalaman sang ayah yang salah menikahi wanita, rasanya ia jadi khawatir.”“Kadang aku bertanya-tanya, kenapa dulu Tuhan membiarkan ayah menikah dengan Ibu Tinna. Padahal ayah adalah lelaki yang baik hati.”Mendengar pernyataan Sarah, Marc mengembuskan napas panjang. Ternyata ini arah pembicaraan sang istri. Sarah pasti berpikir, ia tidak ingin Frank menikah lagi dengan wanita yang salah.“Tuhan itu memberikan pilihan, Sayang. Jangan salahkan siapa-siapa. Segala sesuatunya ada baik dan buruk.”Sarah menoleh ke belakang dengan senyum manis. “Ternyata kamu bijaksana sekali.”Marc terkekeh dan mengecup pipi Sarah. “Aku banyak belajar tentang cinta dan hidup setelah menikah denganmu.”“Jadi, bagimu aku adalah sebuah pelajaran.”“Bisa dibilang begitu.”“Kalau begitu, kamu harus siap dengan ujiannya. Setiap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   153. Berkurang Satu

    Tinna dinyatakan meninggal karena menyayat dirinya sendiri. Saat dijemput polisi, Tinna memang sedang membantu di bagian dapur. Wanita ternyata menyelipkan pisau kecil di bajunya.Di kursi belakang van, diam-diam Tinna menyayat pergelangan tangannya. Polisi baru menyadari saat Tinna tergolek lemas dan sudah kehabisan darah.Hanya Marc dan Adrian yang menghadiri pemakaman tersebut. Marc datang hanya ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Ibu Tinna benar-benar dikuburkan.“Sarah melakukan video call, Marc.” Adrian memperlihatkan ponselnya.Sarah tau, Marc pasti tidak mau menceritakan proses pemakaman. Jadi, ia lebih memilih menelepon Adrian. Marc mengangguk memberi kode pada Adrian untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sarah?”“Om. Sarah mau lihat pemakaman Ibu.”“Sebentar saja, ya.” Adrian melirik Marc yang hanya mengangguk pelan.Kamera Adrian dihadapkan pada pelaksanaan pemakaman. Saat ini para penggali kubur sedang menimbun lubang dengan tanah merah. Hanya satu meni

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   154. Mantan Istri dan Mantan Kekasih

    Sarah baru akan membuka mulut untuk mengalihkan percakapan tentang kue, pelayan lain datang dan berkata bahwa Ibu Irma ingin pamit pada Sarah.Lucy meletakkan piring kurnya yang telah kosong. “Kalau begitu, Mama pamit juga ya, Sarah.”“Eh, Mama tidak makan malam di sini saja?”Senyum terukir di wajah Lucy. “Masih beberapa jam lagi untuk makan malam. Dan sepertinya, Marc sebentar lagi juga selesai bekerja. Kamu harus menemaninya, bukan?”Tidak bisa lagi menahan Mama mertuanya, Sarah mengangguk pelan. Keduanya keluar dari kamar dan menuju foyer di mana Ibu Irma sudah menunggu.“Ibu Irma.” Sarah menyapa dan memberikan senyumnya.Sarah dan Ibu Irma berpelukan. Setelah mencium kedua pipu masing-masing, Ibu Irma berpamitan akan ke toko kue.“Maaf, Sarah belum bisa ke sana ya, Bu.”“Lho, memang belum boleh. Santai saja. Banyak bantuan, kok.” Ibu Irma berkata dengan anda menenangkan.Kepala Sarah mengangguk dan melihat ke sekitar. “Ibu pulang dengan siapa?”“Supir Papa yang akan mengantar Irm

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   205. Keluarga Besar

    Tiga tahun berlalu dengan cepat. Keluarga Carrington sedang berlibur di sebuah perkemahan mewah. Mereka juga mengajak keluarga Ibu Irma.Irwan dan Vania telah menikah dan memiliki satu orang anak perempuan yang dinamai Nirvana."Kenapa Kak Arzan jagain Vana terus?" Vivi memberengut kesal saat ia minta Arzan menemaninya main tetapi anak lelaki itu sedang sibuk menjaga adiknya."Vana masih kecil, Vivi. Sini, kita main sama-sama." Arzan menepuk sisinya yang kosong. Namun, Vivi malah melengos dan memilih bergelayut manja di kaki Papanya."Aku panggil Irwan dulu biar ia menjaga Vana." Vania yang sedang memasak dapur merasa tak enak hati mendengar pembicaraan Arzan dan Vivi."Sudah, biarkan saja. Gak papa, kok." Sarah yang sedang hamil besar menenangkan Vania."Aku gak enak, Sarah. Sepertinya Vivi cemburu karena Arzan menjaga Vana terus.""Lihat itu." Sarah mengendik pada Vivi yang kini asyik bermain bersama Marc. "Dia kesal cuma sebentar, kok."Vania tersenyum simpul dan mengangguk. Apalagi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   204. Peringatan Dini

    Ulang tahun pertama Vivi sangat meriah. Meski anak perempuan itu belum memiliki banyak teman, tetapi tamu-tamu undangan mulai dari balita hingga kakek nenek banyak yang hadir.Marc menyulap taman belakang menjadi taman bermain yang nyaman dengan tenda dan AC portable di mana-mana. Berbagai makanan sehat tersebar di penjuru taman.Sebagian tamu adalah teman-teman Arzan yang membawa adik-adik mereka. Vivi jadi memiliki teman sebaya."Sepertinya, prediksi Arzan tepat. Akhir-akhir ini mereka jadi dekat, bukan?" Sarah melirik pada Irwan dan Vania yang tampak asyik berbincang dengan ibu Irma.Tanpa melihat objek pembicaraan mereka, Marc mengangguk. Lelaki itu melingkari tangan di pinggang sang istri dan membawanya ke meja makan."Masih lapar?" Sarah mengamati suaminya yang mengambil makanan cukup banyak."Apa kamu tidak lihat? Aku tadi lari-larian mengikuti Vivi?" Marc memotong steak ayam lalu menyuapi dirinya. "Lagipula, steak ini lezat sekali."Bahkan Sarah akhirnya ikut makan karena Mrac

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   203. Bisa Berjalan

    Sesuai rencana, berita tentang Marc dan Vania menghilang. Tentu saja itu tidak lepas dari tim yang dibuat Adrian untuk menghapus semua postingan tersebut.“Sayang.” Marc menyapa istrinya yang sedang menyusui Vivi.“Ya?”“Jam berapa Arzan datang?”“Vania bilang, mereka sudah dalam perjalanan.”“Hmm ... aku ada rapat. Sengaja kubuat online. Tapi kalau Arzan datang dan aku belum selesai, minta ia ke ruang kerjaku saja, ya.”“Oke. Selamat rapat.”Marc mengangguk. Lalu, membungkuk sedikit untuk mencium pipi istri dan putrinya. Setelah itu, ia keluar dari ruang bayi.Setelah Marc keluar, seorang pelayan masuk membawa paket untuk Sarah.“Tolong dibuka,” pinta Sarah pada pelayan yang langsung mengangguk.Sarah tau isi paket itu adalah buku-buku Vania yang ia pesan secara online. Pelayan memberikan buku -buku yang masih berplastik itu pada Sarah lalu keluar.Vivi melepas puncak dada Mamanya karena tertarik dengan buku yang dipegang Sarah. Ia merebut buku tersebut lalu ikut membolak-balik halam

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   202. Mengaku Salah

    “Maafkan aku. Aku mengaku salah.” Khanza menunduk dalam-dalam.Adrian dan pengacara mendatangi kantor penerbit buku Vania. Mereka memberikan data bahwa Khanza membuat berita kebohongan agar publik tertarik pada cerita Vania dan membeli buku terbarunya.Direktur penerbitan menggeleng samar melihat data-data tersebut. Ia tidak menyangka Khanza berbuat seperti itu.“Aku melakukannya untuk Vania.” Khanza berkilah, membela diri.“Aku yakin Vania pun tak setuju kamu membantu dengan cara ini.” Adrian mengecam.“Vania sedang tidak fokus. Banyak pikiran. Jadi, aku pikir, aku perlu membantunya sedikit.”Direktur menggeleng. Ia juga tampak tidak setuju. Apalagi sampai ada pengacara yang menuntut mereka.“Masalahnya, Nona.” Pengacara menatap wajah Khanza dengan pandangan tajam. “Yang anda cemarkan adalah keluarga Carrington, terutama Tuan Marc.”“Lelaki yang selama ini terkenal dingin dan tidak bersosialisasi dengan media.” Adrian menambahkan.Direktur menengahi. Mereka akan membuat pengumuman pe

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   201. Terima Kasih

    Pagi di bumi perkemahan cukup cerah setelah semalaman hujan. Pengelola bahkan tidak mengizinkan peserta kemping untuk melakukan trekking.“Terus kita ngapain, Om?” Arzan mengguncang-guncang tangan Irwan.“Masih ada pilihan untuk memancing. Kamu mau?”“Om bisa memancing?”“Bisa, dong.”“Mauuu.” Arzan menjerit senang.Vania menatap kebersamaan Irwan dan Arzan. Seandainya Bryan masih hidup, mungkin yang berdiri di depannya sekarang ada sosok Bryan dan Arzan. Vania menggeleng membuyarkan lamunannya.Telah lima tahun berlalu, tetapi rasanya masih sama. Kehilangan dan kedukaan itu masih sangat jelas di mata Vania.“Ibu, ayo ikut memancing,” ajak Arzan.Vania tau, Arzan pasti disuruh Irwan. Ia sebenarnya tidak tau apa-apa tentang memancing, tetapi demi menemani Arzan, Vania mengangguk.Perahu disiapkan pengelola perkemahan. Vania melihat Irwan berbincang dengan penjaga Arzan. Seperti setiap kegiatan Arzan, harus dilaporkan pada keluarga Carrington.Akhirnya mereka bertiga di atas perahu. Mer

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   200. Pendengar yang Baik

    Irwan menunggu. Vania mungkin sedang mengumpulkan kekuatan untuk memceritakan kisah kelamnya pada seseorang. Apalagi ia adalah orang baru yang pertama kali ditemui."Aku dan Bryan, ayah Arzan menikah tanpa restu. Kami lari dari keluarga karena memilih mempertahankan cinta."Vania mengembuskan napas kasar. Ia menyandarkan punggung pada dinding. Jari-jari tangannya saling bertautan."Di perkemahan seperti ini lah kami berbulan madu. Tiga bulan kemudian, aku hamil. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, beberapa bulan berikutnya, Bryan didiagnosis menderita kanker usus."Isakan Vania membuat Irwan memeluk erat Arzan. Ia tak ingin Arzan terbangun. Vania lalu sadar untuk segera menguasai diri.Sembari mengatur napas, Vania mengusap air matanya. Kini ia duduk sambil memeluk kaki-kakinya yang ditekuk.Dalam keadaan hamil, Vania merawat Bryan. Bryan cukup tegar dan berusaha menjalani pengobatan didampingi Vania.Pilihan itu datang saat Vania melahirkan. Kondisi Bryan bertambah lemah. Keuanga

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   199. Sudah Siap, Bukan?

    Alrzan langsung bersembunyi di balik tubuh Vania. Wanita itu menyorotkan lampu senter pada lelaki yang berdiri di kegelapan. Arzan mengintip lalu bersorak.“Om Irwan.” Arzan langsung berlari menghampiri dan memeluk Irwan. “Lampu kabin kami mati, Om.”Irwan mengusap kepala Arzan. “Iya, kabin Om juga. Tadinya Om mau mencari bantuan tapi mendengar teriakan. Kebetulan sekali kita ada di sini, ya."“Aku bersama Ibu Vania. Cuma berdua.” Arzan menunjuk Vania yang terpaku di tempat melihat kedekatan putranya dengan lelaki yang dipanggil Om Irwan tersebut.Irwan mengangguk. Setelah berada pada jarak cukup dekat, Irwan menjulurkan tangan. Vania menyambutnya dan tersenyum penuh kelegaan.“Irwan. Aku putra Ibu Irma.”Sejenak setelah balas menyebut namanya, Vania mengamati Irwan. Rasanya ia pernah bertemu dengan lelaki ini. Tetapi, ia tidak ingat meskipun ia sering berada di kafe.“Kita memang belum pernah bertemu sebelum ini.” Irwan menjawab pengamatan Vania pada dirinya. “Oh, mungkin sekali. Saa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   198. Orang Terdekat

    “Jadi Khanza, editor Vania yang menjadi otak gosip antara kamu dan Vania?” Sarah mengangkat alisnya. Tak menyangka bahwa ternyata orang terdekat Vania lah yang membuat kebohongan tersebut.“Iya. Itu dilakukan untuk mendongkrak penjualan buku Vania. Kamu ingat? Gosip itu beredar tak lama novel baru Vania terbit di pasaran.”Sarah mengangguk mengerti. “Vania tau?”“Itu sedang diselidiki Om Adrian.”“Perasaanku mengatakan Vania tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.”Pernyataan Sarah dikuatkan oleh dugaan bahwa Vania tidak mungkin mempertaruhkan nama baiknya. Jika ia memang terlibat dan keluarga Carrington tau, ia pasti tidak akan bertemu lagi dengan Arzan. Bahkan Sarah sendiri pun akan melarangnya.Marc mengangguk setuju. Ia berharap hari ini juga sudah mendapat kabar dari orang-orang Adrian yang bekerja untuk mengusut kasus pencemaran nama baik ini.“Jika Arzan sudah pulang, kemungkinan ia menemukan berita tersebut akan besar. Aku tidak ingin itu terjadi.”“Aku tau.” Sarah mencebi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   197. Tidak Mampu Bersaing

    Dua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu

DMCA.com Protection Status