Home / CEO / Tolong Ceraikan Aku, Suamiku! / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!: Chapter 1 - Chapter 10

189 Chapters

Cinta di Bawah Paksaan.

"Aku hamil dan ini adalah anakmu." Alexa tampak gugup, tangannya gemetar memegang testpack yang menunjukan garis dua menandakan dirinya positif. Di depannya, tampak seorang pria dengan tubuh tegap menunjukkan raut wajah kesal setelah mendengar ucapan Alexa. Pria itu adalah Kevin, seorang CEO perusahaan raksasa di kota Jakarta yang juga adalah anak dari rekan bisnis ayah Alexa. Selain itu, Kevin adalah cinta pertama Alexa. Kevin menggeleng dengan keras. Merasa muak dengan jebakan yang dimainkan oleh perempuan licik di hadapannya ini. "Tidak! Kamu hanya mencari cara untuk masuk ke dalam keluargaku!" Alexa tidak kuasa menahan air mata yang mulai menetes sambil meremas perutnya. Alexa mengakui dirinya begitu bodoh, karena terlena dengan rayuan Kevin saat pria itu sedang dikuasai oleh obat perangsang sehingga menyerahkan tubuhnya begitu saja. Alexa tidak menyangka bahwa hubungan satu malam itu, akan langsung membuahkan. Dirinya juga berusaha untuk menyembunyikan kehamilan
Read more

Kepalsuan Dalam Ikatan.

Seharusnya malam pengantin akan menjadi malam romantis. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi Alexa. Sesampainya mereka di kamar pengantin, Kevin justru segera mengganti pakaiannya dan bergegas untuk keluar dari sana. "Kamu mau pergi ke mana?"Alexa yang masih berdiri di tengah kamar dengan gaun pengantin mencoba untuk menghentikan Kevin. Kevin menatapnya dengan pandangan dingin, "Itu bukan urusanmu," jawabnya singkat. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Kevin membuka pintu kamar dan pergi begitu saja, meninggalkan Alexa yang berdiri terpaku. Alexa terduduk di tepi ranjang, perasaan hancur dan kesepian melanda hatinya. Ia memeluk dirinya sendiri, menangis tanpa henti, merasakan kehampaan yang menyakitkan di malam yang seharusnya menjadi momen terindah dalam hidupnya. Malam itu, setelah membersihkan diri. Alexa nyaris tidak bisa tidur. Ia terjaga, menantikan kepulangan Kevin. Jam telah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Alexa terbangun ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuk
Read more

Rasa Manis di Balik kepahitan.

Hari Minggu tanpa terasa tiba dengan begitu cepat. Sudah seminggu ini pula, Alexa dan Kevin tidur dengan pisah kamar. Selain itu, Alexa bahkan sulit untuk merasakan kehadiran Kevin di rumah ini semenjak pernikahan mereka. Kevin selalu pulang larut malam dan berangkat pagi sekali. Alexa merasa bahwa Kevin selalu menghindarinya. Padahal Alexa hanya berharap setidaknya mereka bisa mengobrol sesekali. Bekal yang selalu disiapkan oleh Alexa untuk Kevin pun selalu tidak pernah dibawa dan dibiarkan bertengger di meja makan. “Ingat, jangan beritahu mereka bahwa kita pisah kamar,” bisik Kevin membuat Alexa mengangguk pelan. Keduanya kini menyambut kedatangan orang tua mereka yang baru saja tiba. Alexa memaksakan diri untuk tersenyum, menunjukan bahwa semuanya baik-baik saja. Setelah berpelukan dan saling menanyakan kabar satu sama lain. Alexa mempersilahkan para orangtua untuk sarapan. Pagi tadi Alexa sudah memasak untuk menyambut kedatangan mereka. Di meja makan nampak beberapa hid
Read more

Di Balik Sikap Dingin Kevin.

"Selamat pagi.Bagaimana kabarmu hari ini?" Alexa tersenyum tipis merespon sapaan dokter kandungan yang menyapa dengan penuh keramahan begitu dirinya masuk ke dalam ruangan. Pagi ini, adalah jadwal pemeriksaan kandungan Alexa. Meskipun wajah Kevin nampak enggan untuk mengantarnya, namun pria itu kini tetap ikut masuk ke dalam ruangan bersama Alexa tanpa sepatah kata pun. Dokter mulai memeriksa perut Alexa. Dengan lembut, dokter menggerakkan alat USG di atas perutnya, hingga menampilkan gambar janin di layar. "Usia kandunganmu, saat ini sudah berusia 7 minggu. Lihat, ini dia bayi kalian, semua terlihat normal dan sehat. Jantungnya berdetak kuat." Alexa menatap layar dengan mata berkaca-kaca, perasaan bahagia dan lega memenuhi hatinya. Ia menoleh ke arah Kevin, berharap melihat kilasan kebahagiaan di wajahnya. Namun, Kevin hanya duduk dengan ekspresi datar, matanya tidak tertuju pada layar melainkan pada ponselnya. "Alexa, pastikan kamu tetap minum vitamin yang sudah saya resepkan
Read more

Kemunculan Nora.

Nora kembali ke kantor setelah beberapa minggu cuti. Dirinya sengaja melarikan diri karena tidak sanggup untuk melihat pernikahan Kevin bersama wanita lain. Terutama karena wanita itu adalah Alexa. Nora berjalan melewati lorong-lorong dengan langkah percaya diri, matanya memindai setiap sudut ruangan, mencari sosok yang sudah lama dirindukannya. Akhirnya, ia melihat Kevin di sudut ruang kerjanya, sibuk dengan dokumen-dokumen di mejanya. Dengan senyum tipis, Nora masuk ke dalam ruangan dan mendekati meja Kevin. "Kevin, lama tak bertemu," sapa Nora dengan suara lembut. Kevin mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil begitu melihat Nora. "Bagaimana kabarmu?" Kevin menjawab dengan anggukan singkat, sebelum kembali bertanya balik kepada Nora. "Bagaimana liburanmu?" "Liburannya tentu saja tidak menyenangkan. Bagaimana aku bisa bahagia ketika kekasihku sendiri menikah dengan wanita lain?" jawab Nora dengan mata berkaca-kaca. Nora menarik napas dalam-dalam, seolah-olah sedang mengumpul
Read more

Rencana Honeymoon

Suara dering ponsel, memecah konsentrasi Kevin. Ia mengalihkan pandangan sejenak dari tumpukan dokumen di meja kerjanya dan menatap layar ponsel. Melihat nama Mamanya, Kevin kemudian mengangkat telepon. "Ada apa, Ma?" jawab Kevin dengan suara datar. "Kevin, bagaimana kabarmu? Kalian sudah bersiap, bukan?" Suara lembut ibunya terdengar di seberang telepon, penuh perhatian seperti biasa. Kevin menegakkan tubuhnya, merasakan bingung dengan pertanyaan itu. "Bersiap?" tanyanya penuh kebingungan. "Apa kamu sudah mempersiapkan semuanya untuk honeymoon?" tanya ibunya dengan nada ceria, seolah mengharapkan kabar baik. Honeymoon? Pikiran Kevin berputar cepat. Seingatnya belum ada lagi percakapan lanjutan mengenai hal itu antara dirinya dan Alexa. "Honeymoon? Sejak kapan?" ucapnya kepada sang Ibu. Ibunya terdiam sejenak, seolah terkejut dengan ketidaktahuannya. "Mama dan Papa sudah memberikan tiketnya kepada Alexa. Kamu tidak tahu?" tanya sang Ibu dengan rasa penasaran. Kevin menghe
Read more

Runtuhnya Harapan.

l Tak terasa, seminggu telah berlalu. Alexa sibuk mengepak barang-barang terakhir ke dalam koper, hatinya berdebar. Dia tetap berharap bahwa honeymoon ini bisa menjadi titik balik bagi mereka berdua. Kevin berdiri di dekat pintu, ponsel di tangannya, matanya terpaku pada layar. Beberapa saat lalu, Nora mengirimkan pesan bahwa dirinya mengalami kecelakaan. "Kevin?" Kevin menoleh pada Alexa yang telah selesai memasukan semua barang ke dalam koper. Tak lama kemudian, dering ponsel Kevin berbunyi. Alexa dapat melihat layar ponsel Kevin dari sudut matanya dan menyadari bahwa Nora yang menghubungi suaminya itu. Tanpa banyak bicara, Kevin mengangkat telepon itu tanpa memperdulikan Alexa. "Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan segera kesana," mendengar ucapan Kevin, tentu saja Alexa merasa cemas. Mereka akan segera berangkat ke bandara sebentar lagi, namun Kevin justru mau menghampiri Nora. Senyum yang sebelumnya menghiasi wajah Alexa langsung memudar. Kevin menghela napas setelah meng
Read more

Di Ambang Keputusan

Alexa berbaring di ranjang rumah sakit, tubuhnya terasa lemah dan nyeri. Selimut putih yang menutupi tubuhnya tampak kontras dengan wajah pucatnya. Matanya yang bengkak akibat menangis terus-menerus menatap kosong ke arah langit-langit kamar. Tangannya gemetar saat ia meraih ponsel di meja samping ranjangnya. Beberapa saat yang lalu, Alexa masih terus mencoba menghubungi Kevin. Namun, hingga kini, suaminya itu masih tidak dapat dihubungi. "Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silakan coba beberapa saat lagi," yang terdengar selalu hanyalah suara operator yang memberitahukan bahwa ponsel Kevin mati. Alexa bahkan telah mengirim pesan. 'Kevin, aku di rumah sakit. Aku kecelakaan dan kehilangan bayi kita. Aku butuh kamu di sini. Tolong segera datang.' Pesan itu terkirim, namun tidak ada tanda-tanda bahwa pesan tersebut dibaca. Pesan-pesan sebelumnya juga tetap tak terbaca, menumpuk seperti bukti bisu. Rasa takut dan kesepian semakin menyesakkan dada A
Read more

Luka yang tak Terobati

Setibanya di rumah sakit, Kevin bergegas keluar dari mobil dan berlari menuju ruang perawatan tempat Alexa dirawat. Napasnya terengah-engah saat dia memasuki bangunan, rasa cemas semakin memuncak. Dia akhirnya menemukan ruangan yang dimaksud dan membuka pintu. Di dalam, dia melihat Alexa terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat dan terlihat sangat letih. Mata Alexa yang biasanya ceria kini tampak kosong dan dingin. Rasa sakit dan kecewa terpancar jelas dari tatapannya. Kevin merasa seolah-olah ditikam langsung ke jantung melihat keadaan Alexa seperti itu. "Alexa" Kevin memanggilnya, namun Alexa hanya menatapnya dengan dingin, tanpa sepatah kata pun. Kevin menyadari perbedaan Alexa. "Aku minta maaf, Alexa. Aku tidak tahu..." Kevin mencoba menjelaskan. Dia merasa seperti kata-katanya tidak ada artinya dibandingkan dengan luka yang telah dia sebabkan. Namun, kata-katanya langsung dipotong oleh Alexa. "Kamu benar-benar tidak tahu? Atau sengaja tidak mau tahu?" Suaranya pen
Read more

Jalan menuju kebebasan

"Aku ingin bercerai, Kevin." Kata-kata itu terus berulang di kepala Kevin, menghantam hatinya seperti palu godam. Dia tidak bisa mempercayainya, tidak bisa menerima kenyataan bahwa istrinya ingin mengakhiri pernikahan mereka. "Kita tidak bisa bercerai begitu saja. Keluargamu menerima investasi besar dari keluargaku, dan kamu tahu betul itu," kata Kevin dengan nada tegas dan marah. Wajahnya berubah merah, matanya berapi-api saat dia melanjutkan, "Mengabaikan semua komitmen ini dan berharap bisa lepas dari tanggung jawab adalah hal yang mustahil. Tidak hanya reputasi keluargamu yang akan hancur, tetapi juga seluruh usaha yang sudah kami investasikan. Aku tidak akan membiarkan semua ini sia-sia begitu saja. Jadi, pikirkan baik-baik sebelum membuat keputusan bodoh yang bisa merusak segalanya." Alexa menatap Kevin dengan tajam. "Jadi, karena uang, aku harus terus berada dalam pernikahan yang membuatku menderita? Apakah itu yang kamu pikirkan?" Suaranya bergetar, menggambarkan betapa saki
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status