Home / CEO / Tolong Ceraikan Aku, Suamiku! / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!: Chapter 41 - Chapter 50

189 Chapters

Ketidakpastian Yang Melingkupin.

Pagi itu, ada perasaan bersalah yang menyelinap di benak Kevin. Entah mengapa, rasa itu begitu kuat hingga mendorongnya untuk pulang lebih awal sebelum menuju kantor. Setibanya di rumah, suasana masih sunyi, seakan menandakan bahwa Alexa masih berada di atas, di kamarnya. Belum ada suara tanda-tanda bahwa Alexa sudah turun ke bawah. "Pagi Tuan," sapa seorang pelayan yang tiba-tiba muncul dari arah dapur."Iya, Bibi? Nyonya di mana?" Kevin menoleh, sedikit terkejut karena tidak menyadari kehadiran pelayan itu."Nyonya belum turun untuk sarapan, Tuan," ujar Bibi dengan nada sopan."Oh, begitu. Sarapannya sudah siap?" tanya Kevin."Sudah, Tuan. Kalau Tuan ingin makan sekarang atau nanti, sarapan bisa disajikan kapan saja," jawab Bibi sambil tersenyum kecil.Kevin hanya mengangguk pelan. "Nanti saja, saya mau naik dulu menemui Nyonya."Kevin pun berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka. Saat membuka pintu kamar, ia melihat Alexa sedang memoles make up di wajahnya. Tanpa menoleh, Alex
Read more

Simbol Kekuasaan Kevin.

Kevin merasa bersalah kepada Alexa setelah kejadian yang menimpa mereka, namun rasa bersalah itu bukan karena cinta, melainkan karena gengsi dan keinginan untuk menjaga citra dirinya di mata Alexa. Dalam hatinya, Kevin tidak pernah benar-benar mencintai Alexa, tetapi dia tahu bahwa sebagai istrinya, Alexa harus tampil sempurna di mata dunia, sebagai simbol kekuasaannya.Tanpa memberitahu siapa pun, Kevin pergi ke sebuah toko perhiasan ternama di kota itu, tempat yang hanya diketahui oleh orang-orang dengan kekayaan melimpah. Saat tiba di toko tersebut, dia disambut oleh seorang pegawai perempuan yang tampak terkejut dengan kehadirannya. Pegawai itu siapa Kevin, pria kaya yang selalu menjadi perbincangan karena kesuksesannya."Saya ingin melihat beberapa koleksi terbaru," kata Kevin dengan suara penuh wibawa, tidak menyiratkan sedikit pun kelembutan.Pegawai itu dengan cepat mengantar Kevin ke etalase yang memajang perhiasan mewah. Kevin menatap deretan kalung, cincin, dan gelang yang
Read more

Kalung Mewah Kevin.

Alexa tersenyum saat melihat Mamah Miranda, ibu tirinya, yang tiba-tiba muncul di kantor ayahnya. Ini adalah pemandangan yang tidak biasa."Mama, kok tiba-tiba datang ke kantor Papa?" tanya Alexa dengan nada ingin tahu."Oh, Mama mau minta uang sama Papa buat belanja skincare. Mama juga mau beli tas branded, teman-teman sosialita Mama pada beli model baru. Masa Mama masih pakai model dua bulan lalu? Malu dong!" jawab Mamah Miranda, wajahnya tampak bersemangat.Alexa hanya bisa menghela napas dalam hati. *Inilah salah satu alasan perusahaan Papa tidak berkembang pesat, karena Papa terlalu banyak mengeluarkan uang untuk memanjakan Mama*, batinnya."Loh, Alexa! Papa kira hari ini kamu tidak datang ke kantor. Kamu dari mana dengan penampilan seperti ini?" suara tegas ayah Alexa tiba-tiba memecah pikirannya."Oh, aku tadi belum sempat berganti pakaian. Aku baru saja selesai pemotretan. Aku kan sudah janji sama Papa kalau aku akan datang siang setelah kerjaanku selesai. Ternyata pemotretann
Read more

Simbol Kekuasaan Kevin.

Malam itu, setelah Kevin pulang ke rumah, ia menemukan Alexa sedang duduk di ruang tamu, terlihat tenang sambil membaca sebuah majalah. Namun, ketenangan itu segera lenyap saat Kevin membuka pintu dan memasuki ruangan dengan wajah yang gelap dan penuh amarah.“Alexa, kita perlu bicara,” kata Kevin, suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya.Alexa menoleh, sedikit terkejut melihat ekspresi suaminya. “Ada apa, Kevin? Kenapa kamu terlihat marah?”Kevin mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. “Tadi siang, saat makan siang dengan Nora, aku melihat Mamah Miranda di restoran yang sama.”Alexa mengerutkan kening, bingung dengan arah pembicaraan ini. “Lalu, kenapa?”“Aku melihat Mamah Miranda mengenakan kalung yang baru saja aku berikan padamu kemarin. Dia memakainya di depan teman-teman sosialitanya, memamerkannya seperti miliknya sendiri,” ujar Kevin dengan nada tegas, hampir menggertak.Alexa terkejut, namun ia segera menyadari situasinya. Ia mencoba menjelaskan, “M
Read more

Bukan Hanya Sebuah Simbol.

Malam itu, Nora duduk di sebuah restoran mewah, menatap keluar jendela yang menghadap ke jalan kota yang ramai. Ia memegang segelas anggur merah, merenung tentang langkah berikutnya dalam rencananya. Nora telah menghabiskan berbulan-bulan mencoba merusak pernikahan Kevin dan Alexa, tetapi setiap kali, Alexa tampak berhasil memperbaiki hubungan mereka. Namun, malam ini, Nora memiliki firasat bahwa sesuatu yang besar akan terjadi, sesuatu yang bisa memberikan keuntungan besar baginya.Tidak lama kemudian, ponsel Nora bergetar di atas meja, mengganggu lamunannya. Ia melihat layar dan membaca pesan singkat dari salah satu informannya yang bekerja di toko perhiasan langganan Kevin. “Kevin baru saja menukar kalung yang dia berikan untuk Alexa dengan yang lebih mahal. Ini adalah perhiasan paling eksklusif yang kami miliki.”Nora tersenyum licik, meneguk anggur merahnya dengan penuh kepuasan. “Menarik,” gumamnya pelan. Sudah jelas bagi Nora bahwa Kevin masih berusaha untuk memperbaiki hubunga
Read more

Di Balik Ambisi Dan Rencana

Hari itu, Kevin sedang sibuk memeriksa dokumen penting di ruang kerjanya ketika teleponnya berdering. Nama Nora muncul di layar. Dengan sedikit rasa kesal, dia mengangkat telepon tersebut. "Halo, Kevin," suara Nora terdengar lembut namun penuh tuntutan."Ada apa, Nora?" Kevin bertanya tanpa basa-basi, suaranya terdengar dingin.Nora tersenyum tipis di seberang sana, meski Kevin tidak bisa melihatnya. "Aku ingin hari ini kamu menemaniku. Kita bisa pergi bersama, mungkin makan siang atau membeli sesuatu yang spesial."Kevin menghela napas panjang. "Maaf, Nora, aku tidak bisa hari ini. Aku benar-benar sibuk dan harus menghadiri rapat penting. Tapi aku akan memastikan kamu bisa membeli perhiasan yang kamu inginkan. Kuharap kamu bisa mengerti."Nora terdiam sejenak sebelum menutup teleponnya dengan kesal. Pikirannya penuh dengan kekecewaan. Sudah terlalu sering Kevin menomorduakannya, entah itu karena pekerjaan atau karena Alexa, istrinya. Setiap kali dia mencoba mendekat, Kevin selalu pun
Read more

Rencana Tersembunyi

Kevin duduk di kursinya, matanya menatap jauh ke arah pintu ruang kerjanya yang tertutup rapat. Dalam pikirannya, berbagai skenario dan rencana mulai terbentuk. Dia tahu bahwa posisinya bisa saja terguncang jika Alexa berhasil mengumpulkan cukup uang untuk melunasi hutang keluarganya. Jika itu terjadi, dia bisa kehilangan satu-satunya pegangan yang membuat Alexa tetap di sisinya. Oleh karena itu, dia harus memastikan bahwa hal itu tidak pernah terjadi. Salah satu caranya adalah dengan menemukan kelemahan Mamah Miranda, ibu tiri Alexa yang terkenal ambisius dan selalu mencari keuntungan.Kevin mengangkat teleponnya dan menghubungi Maya, asistennya yang andal. "Maya, bagaimana perkembangan tentang informasi Mamah Miranda?" tanyanya, suaranya terdengar dingin dan penuh tuntutan."Tuan Kevin, saya baru saja mendapatkan beberapa informasi menarik. Ternyata, Mamah Miranda memiliki kebiasaan berjudi yang cukup sering, dan tampaknya dia terlibat dalam beberapa hutang besar di salah satu kasin
Read more

Di Persimpangan Dilema.

"Nora, kamu benar-benar gila! Apa sepicik itu keinginanmu untuk mendapatkan Kevin?!" bentak Alex dengan nada tak percaya. Nora, dengan tenang namun penuh keyakinan, menjawab, "Aku hanya ingin Kevin, tidak yang lain. Ayolah, Lex, bantu aku. Jika kamu benar-benar mencintaiku, tolong bantu aku."Alex menggelengkan kepalanya. "Tidak, Nora. Ini tidak masuk akal. Kamu benar-benar di luar nalar," jawabnya sambil berusaha mengendalikan emosinya.Nora menatap Alex dengan pandangan yang tajam. "Alex, jika kamu tidak mau membantuku, aku akan mengakhiri hidupku. Aku tidak bercanda. Kalau kamu tak percaya, kamu bisa melihatku besok pagi di apartemenku—dalam keadaan tak bernyawa," ancamnya sambil beranjak pergi, meninggalkan Alex dengan perasaan campur aduk. Di dalam hatinya, Nora yakin bahwa Alex tak akan tega melihat dirinya binasa.Namun, Alex tetap diam, membiarkan Nora melangkah pergi. Ia berdiri kaku, terjebak dalam pergulatan batinnya sendiri. Namun, sebelum Nora benar-benar pergi, Alex akhi
Read more

Jeratan Kehampaan.

Malam itu, Alexa mendapatkan kabar dari Brian bahwa Papanya terlibat dalam transaksi saham yang sangat berisiko. Brian merasa khawatir jika Papanya Alexa salah langkah, hal itu akan membuat perusahaan keluarga mereka mengalami kerugian besar."Alexa, Papamu sedang bermain saham," kata Brian dengan nada cemas saat mereka berbicara lewat telepon. "Aku punya informasi yang sangat lengkap mengenai ini. Aku cuma takut kalau Papamu salah langkah, investasi perusahaan bisa anjlok dan perusahaan kalian mengalami kerugian besar. Sebaiknya kau tanyakan langsung pada Papamu."Alexa terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja disampaikan Brian. Setelah mengucapkan terima kasih, dia memutuskan untuk menghubungi Papanya malam itu juga."Papa, apakah kau sedang sibuk?" tanya Alexa saat panggilannya diangkat. "Apakah aku mengganggumu?""Tidak, Sayang. Ada apa? Tiba-tiba kau menghubungi Papa malam-malam begini," jawab Papanya dengan nada sedikit heran."Pah, aku ingin mentransfer sejuml
Read more

Badai di Tengah Kesibukan.

Nora duduk di ruang tamu apartemen Kevin, wajahnya memerah karena kesal. Sudah berkali-kali dia mencoba menarik perhatian Kevin, tapi pria itu tetap saja sibuk dengan laptopnya, tak sedikit pun menoleh ke arah Nora."Kevin!" seru Nora dengan nada merajuk, mencoba menarik perhatian kekasihnya yang terlihat asyik dengan tumpukan pekerjaan. "Kamu dengar aku, kan? Aku di sini, Kevin. Aku butuh perhatianmu."Kevin menghela napas, lalu menutup laptopnya dengan kesal. Dia tahu Nora sudah mulai marah, tapi ada hal-hal yang lebih penting di kepalanya sekarang. "Nora, aku sibuk. Aku harus menyelesaikan ini sebelum terbang ke London malam ini.""Kenapa kamu selalu sibuk dengan pekerjaanmu?" Nora bangkit dari sofa dan mendekat ke meja kerja Kevin. "Aku butuh kamu, Kevin. Setidaknya sebelum kamu pergi, kita bisa menghabiskan waktu bersama."Kevin meremas batang hidungnya, berusaha meredam kekesalannya. “Nora, aku benar-benar tidak punya waktu sekarang. Kamu tahu aku harus ke London untuk urusan pe
Read more
PREV
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status