Semua Bab Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!: Bab 11 - Bab 20

102 Bab

Di ambang perpisahan

Alexa menarik napas dalam-dalam, merasa kelegaan sekaligus kecemasan saat mobil berhenti di depan rumah. Setelah berminggu-minggu di rumah sakit, akhirnya dia diperbolehkan pulang. Rumah ini kian terasa semakin asing baginya. Alexa membuka pintu dan melangkah masuk. Namun, suara pembicaraan dari ruang kerja menarik perhatiannya. Dengan hati-hati, Alexa berjalan mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan antara Kevin dan Papanya di dalam telephone. "Apa yang kamu pikirkan, Kevin? Alexa baru saja mengalami keguguran. Kamu seharusnya lebih memperhatikannya, bukan malah bersikap dingin seperti ini," suara Papa Kevin terdengar tegas. Papanya melanjutkan, "Kamu harus bersikap baik padanya. Dia butuh dukunganmu sekarang lebih dari sebelumnya." "Baiklah," sahut Kevin dengan nada lelah. Begitu panggilan diakhiri, Kevin berbalik dan akhirnya menyadari keberadaan Alexa yang sudah pulang. Alexa menatap Kevin, hatinya dipenuhi oleh campuran emosi. "Kenapa kamu tidak bilang ke Papa kamu b
Baca selengkapnya

kepahitan dan perpisahan

Kevin kembali mengunjungi Nora di apartemennya. Seperti biasa, Nora tersenyum dan merasa senang melihat Kevin masih peduli padanya. Kevin meletakkan buah-buahan yang dia beli di meja dapur. "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Kevin sambil melihat beberapa bagian tubuh Nora yang terluka akibat kecelakaan itu. Ternyata lukanya sudah kering. Nora mengerutkan kening begitu dia menyadari bahwa Kevin tidak begitu bersemangat. Dia tampak murung, namun di satu sisi juga terlihat marah. "Ada sesuatu yang sudah kulewatkan?" Kevin mengangkat kepalanya kemudian menggeleng lemah. Pikirannya tidak bisa jauh dari Alexa di saat seperti ini. "Alexa keguguran." Nora yang mendengar hal itu hanya bisa terpaku. Ada sesuatu dalam hati kecilnya yang merasa senang. Kalau keadaannya sudah begini, maka semakin mudah baginya untuk merebut Kevin dari Alexa. Lagi pula Kevin sepertinya juga sudah tidak punya alasan untuk mempertahankan perempuan itu dalam hidupnya. "Astaga, aku turut prihatin." Nora
Baca selengkapnya

Langkah menuju kebebasan

Alexa menunduk, menghapus air mata yang mengalir di pipinya saat Kevin mengemudi dengan penuh amarah. Keputusan yang diambilnya memang berat, namun reaksi Kevin jauh lebih kejam dari yang dibayangkannya. Alexa mencoba berpikir jernih, mencari cara untuk lepas dari Kevin tanpa menimbulkan keributan lebih lanjut. Setibanya di rumah, Kevin menarik Alexa keluar dari mobil dengan kasar. “Masuk!” perintahnya dengan nada penuh kemarahan. Alexa mengikuti dengan tubuh gemetar, berusaha menahan rasa takut yang semakin mendalam. “Dengar, Kevin. Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi. Kau harus melepaskanku. Kita berdua akan lebih bahagia jika berpisah,” Alexa berusaha bersuara tegas meski suaranya bergetar. “Diam! Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja!” teriak Kevin. “Kau pikir setelah semua yang kau lakukan, aku akan membiarkanmu hidup dengan tenang?” Alexa merasa jantungnya berdegup kencang. Ia tahu Kevin bisa sangat berbahaya saat marah. Namun, tekadnya untuk hidup bebas dari Kevin
Baca selengkapnya

Tekad Alexa.

Alexa sudah terjaga sejak dini hari, pikirannya berputar-putar memikirkan satu keputusan besar yang sudah diambilnya semalam. Ia memutuskan untuk mencari pekerjaan, pekerjaan yang bisa membantunya mengembalikan semua uang Kevin yang sudah diinvestasikan ke perusahaan ayahnya. Setelah itu, ia akan mengajukan gugatan cerai. Ia tidak ingin terus hidup dalam kebohongan, berpura-pura bahagia sementara hatinya penuh luka.Kali ini, Alexa tidak akan menyerah begitu saja. Ia bangkit dari tempat tidurnya, menarik napas dalam-dalam, dan melangkah menuju meja rias di kamar tidurnya. Wajahnya yang cantik terlihat tegas di cermin. Mata cokelatnya yang biasanya lembut kini tampak penuh tekad. Ia berbisik pada bayangannya sendiri, "Aku bisa melakukan ini. Aku harus melakukan ini."Pagi itu, saat sang Papa menikmati sarapan paginya, Alexa yang baru turun dari kamar langsung mencarinya. Di sana, dia akan mengutarakan keinginannya."Pagi, Papa! Aku ingin kembali bekerja di perusahaan, Papa. Aku merasa
Baca selengkapnya

Kehangatan tanpa Cinta

Kevin tahu bahwa cengkraman tangannya membuat perempuan itu merasa sakit. Tanpa belas kasihan sama sekali, dia menghempaskan tubuh perempuan itu di atas ranjang begitu mereka sampai di rumah. Alexa meringis sakit dan menatap pergelangan tangannya yang kini sudah memerah. Ia tak bisa menahan air matanya begitu menyadari betapa kasarnya lelaki itu, sikap yang tidak pernah diharapkan sama sekali. Mata Kevin sudah memerah. Rasanya sudah seperti satu abad dia menahan amarah hanya karena permintaan cerai dari perempuan itu. Jika perceraian itu sampai terjadi, maka hidupnya benar-benar akan semakin tidak karuan. Karena sejak awal dia sendiri sudah merasa bahwa perempuan ini sudah menghancurkan seluruh hidupnya. Mungkin memang sudah saatnya dia mengambil kendali atau bahkan balas dendam atas apa yang dilakukan Alexa. "Jangan pernah berpikir bahwa aku melakukan ini karena cinta seperti yang kau harapkan. Kau tidak akan pernah mendapatkan hal itu dariku." Kevin mendekat dengan wajah paling me
Baca selengkapnya

Tidak Ada Jalan Keluar

"Aku tidak peduli dengan pendapatmu, pokoknya aku ingin bekerja lagi di perusahaan papa!" Kevin menggertakan giginya. Pagi-pagi sekali istrinya sudah membuat emosinya memuncak setelah meminta izin untuk bekerja. Yang jelas bukan sekedar bekerja, melainkan dengan tujuan ingin mengganti seluruh uang yang diinvestasikan Kevin ke perusahaan papanya. Jika semua uang itu sudah berhasil dikembalikan, maka semakin mudah bagi Alexa untuk bercerai. Kevin membiarkan hal ini terjadi? Tentu saja tidak! Dia tidak akan pernah membebaskan perempuan itu dari hidupnya. Karena itu dia menolak Alexa untuk bekerja apa pun alasannya. Dia berpikir Alexa adalah wanita lemah yang hanya bisa bergantung kepada dirinya. Dia tidak akan membiarkan wanita itu berdaya sehingga bisa melepaskan diri dari kehidupannya. Kevin belum cukup puas untuk menyiksa Alexa. "Jangan coba-coba melakukan sesuatu yang membahayakan dirimu sendiri. Kau pikir aku akan membiarkannya?!" Baru saja membuka mulut untuk kembali merespon,
Baca selengkapnya

Strategi Dan Pengorbanan.

"Bukankah sudah kukatakan bahwa aku akan menemukan pekerjaan bagaimanapun caranya?!" Hari ini Alexa kembali memaksa. Tak puas berdebat dengan suaminya sampai dia mendapatkan pekerjaan. Dia juga sudah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan informasi lowongan kerja dari tempat apa pun. Bahkan dia pernah tidur dalam semalam hanya karena ingin mendapatkan lowongan pekerjaan itu secepat mungkin, setidaknya sampai pada tahap interview. Kevin sama keras kepalanya, dia juga melakukan berbagai upaya untuk mengurung Alexa di rumah agar tidak mendapatkan pekerjaan apa pun di luar sana. Sama seperti yang terjadi pagi ini ketika Kevin menarik Alexa secara paksa untuk tetap berada di dalam kamar. Ini upaya yang kesekian kalinya, upaya yang sama dari beberapa hari yang lalu. "Kau tidak akan pernah keluar dari kamar ini. Dan kau tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan apa pun." Alexa memberanikan diri menatap Kevin dalam jarak dekat, walaupun hari itu kembali mengingatkannya pada sesuatu yang
Baca selengkapnya

Jarak Yang Semakin Jauh.

Ruangan rapat yang besar, dengan jendela-jendela lebar yang menampilkan pemandangan kota yang sibuk, telah dipersiapkan dengan sempurna. Semua kursi di sekitar meja oval panjang telah terisi oleh para eksekutif dan perwakilan dari dua perusahaan besar—perusahaan Kevin dan perusahaan milik keluarga Alexa. Alexa tiba lebih awal dari yang lain. Ia mengambil tempat di ujung meja, berusaha seprofesional mungkin dalam menghadapi pertemuan ini. Matanya yang teduh mengamati dokumen di depannya, namun pikirannya melayang. Ia sudah terbiasa dengan peranannya di perusahaan milik keluarganya, tetapi pertemuan ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang tak ia duga.Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka, dan Kevin masuk bersama Nora. Wajah Kevin tetap tenang, namun ada kilatan tajam di matanya yang dengan cepat disembunyikannya. Nora, seperti biasa, tampil memukau dengan pakaian yang rapi namun mencolok. Ia menggantungkan lengan di bahu Kevin, memaksa dirinya tampak akrab dan manja."Selamat pagi," s
Baca selengkapnya

Bermain Api.

Ruang pertemuan di lantai tiga gedung megah milik Bryan terasa sejuk oleh pendingin ruangan yang berhembus lembut. Di salah satu sisi meja pertemuan, Alexa tengah berdiskusi dengan Bryan. Mereka terlibat dalam obrolan yang tampaknya lebih dari sekadar urusan bisnis. Senyum Alexa yang biasanya profesional kini tampak lebih hangat, seakan menggambarkan kedekatan yang melampaui hubungan rekan kerja biasa.Bryan, putra seorang pengusaha sukses dengan kekayaan yang hampir setara dengan keluarga Kevin, adalah sosok yang tidak asing bagi Alexa. Mereka pernah berkuliah di universitas yang sama, dan meski waktu telah memisahkan mereka selama beberapa tahun, pertemuan ini seolah menghidupkan kembali kenangan masa lalu. Alexa, yang saat itu tengah mengajukan tender besar ke perusahaan Bryan, terlihat sangat akrab dengannya. Mereka tertawa bersama, berbagi cerita-cerita lama, dan sesekali Bryan melemparkan pujian yang membuat Alexa tersipu.Kevin yang baru saja keluar dari ruangan milik Stevani s
Baca selengkapnya

Emosi, di Tengah Hujan.

Hujan turun deras di kota, menyelimuti jalanan dengan tirai air yang tak henti-hentinya. Kevin merasakan denyut kemarahan di dadanya ketika menunggu di depan kantor tempat Alexa bekerja. Mobilnya berhenti dengan mesin yang berdengung rendah, nyala lampu depan membias di permukaan jalan yang basah. Matanya tajam, seolah menunggu sesuatu yang tidak pernah datang, namun kedamaian malam itu tersapu oleh gelombang emosi yang menggerogoti hatinya.Saat Alexa akhirnya keluar dari gedung, dia tampak basah kuyup, rambutnya lengket di dahi dan gaunnya menempel lembab di tubuhnya. Kevin berusaha menahan amarahnya, tapi semakin dia melihatnya, semakin membara perasaan di dalam dirinya. Alexa membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang tanpa sepatah kata pun. Kevin menatapnya dengan tatapan tajam, sebelum akhirnya dia memutar kunci kontak dan mobil meluncur di tengah hujan yang semakin deras.Sejak awal perjalanan, suasana di dalam mobil terasa hambar. Kevin menyesap setiap suara raungan ban
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status