Share

Rencana Honeymoon

Penulis: Dinary
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suara dering ponsel, memecah konsentrasi Kevin. Ia mengalihkan pandangan sejenak dari tumpukan dokumen di meja kerjanya dan menatap layar ponsel.

Melihat nama Mamanya, Kevin kemudian mengangkat telepon.

"Ada apa, Ma?" jawab Kevin dengan suara datar.

"Kevin, bagaimana kabarmu? Kalian sudah bersiap, bukan?" Suara lembut ibunya terdengar di seberang telepon, penuh perhatian seperti biasa.

Kevin menegakkan tubuhnya, merasakan bingung dengan pertanyaan itu.

"Bersiap?" tanyanya penuh kebingungan.

"Apa kamu sudah mempersiapkan semuanya untuk honeymoon?" tanya ibunya dengan nada ceria, seolah mengharapkan kabar baik.

Honeymoon? Pikiran Kevin berputar cepat. Seingatnya belum ada lagi percakapan lanjutan mengenai hal itu antara dirinya dan Alexa.

"Honeymoon? Sejak kapan?" ucapnya kepada sang Ibu.

Ibunya terdiam sejenak, seolah terkejut dengan ketidaktahuannya.

"Mama dan Papa sudah memberikan tiketnya kepada Alexa. Kamu tidak tahu?" tanya sang Ibu dengan rasa penasaran.

Kevin menghela napas panjang. Dalam hati merasa kesal pada Alexa. Bagaimana bisa wanita itu tidak memberikan informasi seperti ini kepadanya.

"Aku masih sibuk. Nanti akan ku tanyakan lagi pada Alexa," ujar Kevin tidak ingin memperpanjang percakapan mengenai honeymoon.

"Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu. Perdulikan juga Alexa yang sedang mengandung dan gunakan kesempatan bulan madu untuk semakin dekat satu sama lain."

"Ya," jawab Kevin sebelum menutup telepon.

Kevin menghela napas berat. Melihat sudah pukul 9 malam, dirinya memutuskan untuk pulang dan bertanya pada Alexa.

"Berani sekali dia menyetujui bulan madu ini tanpa persetujuanku?" gumam Kevin dengan kesal.

***

Alexa mendengar suara mobil melintas di halaman rumah, disusul dengan suara pintu yang kemudian terbuka. Alexa bergegas turun untuk menyambut Kevin.

Namun, sebelum dirinya mengucapkan sepatah kata pun. Kevin sudah lebih dulu membungkamnya dengan tatapan dingin dan tajam.

Alexa begitu bingung, mengapa Kevin menatapnya seakan dirinya telah melakukan kesalahan besar. Bukankah seharusnya Alexa yang bersikap seperti itu setelah menyaksikan suaminya berpelukan dengan mantan kekasihnya sendiri di perusahaan? Namun, Alexa sadar bahwa dirinya tidak berhak untuk melakukan hal itu.

"Kau! Berani sekali menyetujui bulan madu tanpa persetujuanku," seru Kevin membuat Alexa tersentak kaget. Secara spontan, Alexa memegang perutnya seakan mencoba menenangkan bayinya agar tidak ikut kaget.

"Bukan seperti itu..Mama.." jawabnya terbata-bata, namun kembali di sela oleh Kevin.

"Jangan berpikir bahwa dengan bulan madu ini, hubungan kita bisa semakin dekat. Meskipun kita akan pergi bersama, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi,"

Mata Alexa terasa nanar mendengar ucapan itu dari Kevin.

"Dan jangan coba memanfaatkan orangtua ku untuk menuruti keinginanmu," tanpa menunggu penjelasan dari Alexa. Kevin melewati dirinya yang masih berdiri terpaku di pinggir tangga dan naik meninggalkannya untuk masuk ke kamarnya.

Alexa mencoba menahan air matanya agar tidak keluar. Dirinya sudah cukup menangis hari ini, terutama setelah melihat Kevin dan Nora. Alexa tidak ingin kesedihan ini mempengaruhi bayinya, karena dokter kandungan pun mengatakan bahwa ibu bayi harus merasa bahagia agar bayi yang dikandungnya juga ikut merasa bahagia dan tumbuh dengan sehat.

Oleh sebab itu, Alexa memaksakan sebuah senyuman. Sekali lagi menguatkan dirinya demi kandungannya. Alexa masih teringat betapa Kevin dulu adalah pria baik sehingga mampu membuatnya jatuh cinta, namun entah sejak kapan pria itu justru berubah. Kevin kini selalu menuduhnya dan tidak pernah memberikannya kesempatan untuk menjelaskan.

Alexa menghela nafas berat.

"Bisakah aku berharap Kevin akan kembali seperti dulu lagi?"

***

Pagi harinya, Alexa bangun lebih awal dari biasanya. Ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan lengkap, berharap bisa membuka percakapan dengan Kevin tentang honeymoon yang telah disetujui oleh orangtuanya. Dengan hati-hati, ia menyiapkan nasi goreng kesukaan Kevin dan menata meja makan dengan rapi.

Ketika Kevin turun ke ruang makan, Alexa sudah siap dengan senyuman meskipun hatinya masih terasa berat. Kevin duduk di meja makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Alexa bisa merasakan dinginnya sikap suaminya itu.

"Kevin, aku ingin bicara soal honeymoon," ucap Alexa dengan hati-hati. Ia menatap Kevin yang hanya mengangguk tanpa mengangkat pandangannya dari piring.

"Tiket sudah disiapkan oleh Mama dan Papa, kita akan berangkat minggu depan," lanjutnya.

Kevin mengunyah makanannya perlahan sebelum akhirnya menjawab dengan nada datar, "Aku masih sibuk. Kita lihat nanti."

Kevin menghela napas panjang, menatap Alexa dengan pandangan yang sulit diartikan. "Jangan berharap terlalu banyak, Alexa. Aku setuju untuk pergi, tapi jangan berharap semuanya akan berubah."

Alexa merasakan dadanya sesak, namun ia mencoba tersenyum. "Terima kasih, Kevin."

Setelah sarapan, Kevin segera beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Alexa menatap punggung suaminya yang menjauh, merasa ada jarak yang semakin lebar di antara mereka. Namun, ia tidak ingin menyerah. Alexa percaya bahwa di dalam hatinya, Kevin masih pria yang penuh cinta untuk Keluarga.

Dengan semangat yang baru, Alexa mulai merencanakan persiapan honeymoon mereka, berharap perjalanan itu akan menjadi awal yang baru bagi hubungan mereka.

Bab terkait

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Runtuhnya Harapan.

    l Tak terasa, seminggu telah berlalu. Alexa sibuk mengepak barang-barang terakhir ke dalam koper, hatinya berdebar. Dia tetap berharap bahwa honeymoon ini bisa menjadi titik balik bagi mereka berdua. Kevin berdiri di dekat pintu, ponsel di tangannya, matanya terpaku pada layar. Beberapa saat lalu, Nora mengirimkan pesan bahwa dirinya mengalami kecelakaan. "Kevin?" Kevin menoleh pada Alexa yang telah selesai memasukan semua barang ke dalam koper. Tak lama kemudian, dering ponsel Kevin berbunyi. Alexa dapat melihat layar ponsel Kevin dari sudut matanya dan menyadari bahwa Nora yang menghubungi suaminya itu. Tanpa banyak bicara, Kevin mengangkat telepon itu tanpa memperdulikan Alexa. "Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan segera kesana," mendengar ucapan Kevin, tentu saja Alexa merasa cemas. Mereka akan segera berangkat ke bandara sebentar lagi, namun Kevin justru mau menghampiri Nora. Senyum yang sebelumnya menghiasi wajah Alexa langsung memudar. Kevin menghela napas setelah meng

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Di Ambang Keputusan

    Alexa berbaring di ranjang rumah sakit, tubuhnya terasa lemah dan nyeri. Selimut putih yang menutupi tubuhnya tampak kontras dengan wajah pucatnya. Matanya yang bengkak akibat menangis terus-menerus menatap kosong ke arah langit-langit kamar. Tangannya gemetar saat ia meraih ponsel di meja samping ranjangnya. Beberapa saat yang lalu, Alexa masih terus mencoba menghubungi Kevin. Namun, hingga kini, suaminya itu masih tidak dapat dihubungi. "Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silakan coba beberapa saat lagi," yang terdengar selalu hanyalah suara operator yang memberitahukan bahwa ponsel Kevin mati. Alexa bahkan telah mengirim pesan. 'Kevin, aku di rumah sakit. Aku kecelakaan dan kehilangan bayi kita. Aku butuh kamu di sini. Tolong segera datang.' Pesan itu terkirim, namun tidak ada tanda-tanda bahwa pesan tersebut dibaca. Pesan-pesan sebelumnya juga tetap tak terbaca, menumpuk seperti bukti bisu. Rasa takut dan kesepian semakin menyesakkan dada A

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Luka yang tak Terobati

    Setibanya di rumah sakit, Kevin bergegas keluar dari mobil dan berlari menuju ruang perawatan tempat Alexa dirawat. Napasnya terengah-engah saat dia memasuki bangunan, rasa cemas semakin memuncak. Dia akhirnya menemukan ruangan yang dimaksud dan membuka pintu. Di dalam, dia melihat Alexa terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat dan terlihat sangat letih. Mata Alexa yang biasanya ceria kini tampak kosong dan dingin. Rasa sakit dan kecewa terpancar jelas dari tatapannya. Kevin merasa seolah-olah ditikam langsung ke jantung melihat keadaan Alexa seperti itu. "Alexa" Kevin memanggilnya, namun Alexa hanya menatapnya dengan dingin, tanpa sepatah kata pun. Kevin menyadari perbedaan Alexa. "Aku minta maaf, Alexa. Aku tidak tahu..." Kevin mencoba menjelaskan. Dia merasa seperti kata-katanya tidak ada artinya dibandingkan dengan luka yang telah dia sebabkan. Namun, kata-katanya langsung dipotong oleh Alexa. "Kamu benar-benar tidak tahu? Atau sengaja tidak mau tahu?" Suaranya pen

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Jalan menuju kebebasan

    "Aku ingin bercerai, Kevin." Kata-kata itu terus berulang di kepala Kevin, menghantam hatinya seperti palu godam. Dia tidak bisa mempercayainya, tidak bisa menerima kenyataan bahwa istrinya ingin mengakhiri pernikahan mereka. "Kita tidak bisa bercerai begitu saja. Keluargamu menerima investasi besar dari keluargaku, dan kamu tahu betul itu," kata Kevin dengan nada tegas dan marah. Wajahnya berubah merah, matanya berapi-api saat dia melanjutkan, "Mengabaikan semua komitmen ini dan berharap bisa lepas dari tanggung jawab adalah hal yang mustahil. Tidak hanya reputasi keluargamu yang akan hancur, tetapi juga seluruh usaha yang sudah kami investasikan. Aku tidak akan membiarkan semua ini sia-sia begitu saja. Jadi, pikirkan baik-baik sebelum membuat keputusan bodoh yang bisa merusak segalanya." Alexa menatap Kevin dengan tajam. "Jadi, karena uang, aku harus terus berada dalam pernikahan yang membuatku menderita? Apakah itu yang kamu pikirkan?" Suaranya bergetar, menggambarkan betapa saki

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Di ambang perpisahan

    Alexa menarik napas dalam-dalam, merasa kelegaan sekaligus kecemasan saat mobil berhenti di depan rumah. Setelah berminggu-minggu di rumah sakit, akhirnya dia diperbolehkan pulang. Rumah ini kian terasa semakin asing baginya. Alexa membuka pintu dan melangkah masuk. Namun, suara pembicaraan dari ruang kerja menarik perhatiannya. Dengan hati-hati, Alexa berjalan mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan antara Kevin dan Papanya di dalam telephone. "Apa yang kamu pikirkan, Kevin? Alexa baru saja mengalami keguguran. Kamu seharusnya lebih memperhatikannya, bukan malah bersikap dingin seperti ini," suara Papa Kevin terdengar tegas. Papanya melanjutkan, "Kamu harus bersikap baik padanya. Dia butuh dukunganmu sekarang lebih dari sebelumnya." "Baiklah," sahut Kevin dengan nada lelah. Begitu panggilan diakhiri, Kevin berbalik dan akhirnya menyadari keberadaan Alexa yang sudah pulang. Alexa menatap Kevin, hatinya dipenuhi oleh campuran emosi. "Kenapa kamu tidak bilang ke Papa kamu b

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   kepahitan dan perpisahan

    Kevin kembali mengunjungi Nora di apartemennya. Seperti biasa, Nora tersenyum dan merasa senang melihat Kevin masih peduli padanya. Kevin meletakkan buah-buahan yang dia beli di meja dapur. "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Kevin sambil melihat beberapa bagian tubuh Nora yang terluka akibat kecelakaan itu. Ternyata lukanya sudah kering. Nora mengerutkan kening begitu dia menyadari bahwa Kevin tidak begitu bersemangat. Dia tampak murung, namun di satu sisi juga terlihat marah. "Ada sesuatu yang sudah kulewatkan?" Kevin mengangkat kepalanya kemudian menggeleng lemah. Pikirannya tidak bisa jauh dari Alexa di saat seperti ini. "Alexa keguguran." Nora yang mendengar hal itu hanya bisa terpaku. Ada sesuatu dalam hati kecilnya yang merasa senang. Kalau keadaannya sudah begini, maka semakin mudah baginya untuk merebut Kevin dari Alexa. Lagi pula Kevin sepertinya juga sudah tidak punya alasan untuk mempertahankan perempuan itu dalam hidupnya. "Astaga, aku turut prihatin." Nora

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Langkah menuju kebebasan

    Alexa menunduk, menghapus air mata yang mengalir di pipinya saat Kevin mengemudi dengan penuh amarah. Keputusan yang diambilnya memang berat, namun reaksi Kevin jauh lebih kejam dari yang dibayangkannya. Alexa mencoba berpikir jernih, mencari cara untuk lepas dari Kevin tanpa menimbulkan keributan lebih lanjut. Setibanya di rumah, Kevin menarik Alexa keluar dari mobil dengan kasar. “Masuk!” perintahnya dengan nada penuh kemarahan. Alexa mengikuti dengan tubuh gemetar, berusaha menahan rasa takut yang semakin mendalam. “Dengar, Kevin. Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi. Kau harus melepaskanku. Kita berdua akan lebih bahagia jika berpisah,” Alexa berusaha bersuara tegas meski suaranya bergetar. “Diam! Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja!” teriak Kevin. “Kau pikir setelah semua yang kau lakukan, aku akan membiarkanmu hidup dengan tenang?” Alexa merasa jantungnya berdegup kencang. Ia tahu Kevin bisa sangat berbahaya saat marah. Namun, tekadnya untuk hidup bebas dari Kevin

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Tekad Alexa.

    Alexa sudah terjaga sejak dini hari, pikirannya berputar-putar memikirkan satu keputusan besar yang sudah diambilnya semalam. Ia memutuskan untuk mencari pekerjaan, pekerjaan yang bisa membantunya mengembalikan semua uang Kevin yang sudah diinvestasikan ke perusahaan ayahnya. Setelah itu, ia akan mengajukan gugatan cerai. Ia tidak ingin terus hidup dalam kebohongan, berpura-pura bahagia sementara hatinya penuh luka.Kali ini, Alexa tidak akan menyerah begitu saja. Ia bangkit dari tempat tidurnya, menarik napas dalam-dalam, dan melangkah menuju meja rias di kamar tidurnya. Wajahnya yang cantik terlihat tegas di cermin. Mata cokelatnya yang biasanya lembut kini tampak penuh tekad. Ia berbisik pada bayangannya sendiri, "Aku bisa melakukan ini. Aku harus melakukan ini."Pagi itu, saat sang Papa menikmati sarapan paginya, Alexa yang baru turun dari kamar langsung mencarinya. Di sana, dia akan mengutarakan keinginannya."Pagi, Papa! Aku ingin kembali bekerja di perusahaan, Papa. Aku merasa

Bab terbaru

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Ahkir Ending

    Setelah kejadian malam itu, Gina dan Kevin merasa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Bukan dalam bentuk jarak, tetapi sebaliknya—perasaan saling pengertian dan kedekatan yang lebih mendalam. Gina, yang semula dibelenggu oleh kecurigaan dan rasa cemburu, kini merasa lega. Kevin, di sisi lain, merasakan beban yang terangkat karena tidak lagi harus menyembunyikan rencana kejutan untuk ulang tahun istrinya.Beberapa hari kemudian, ulang tahun Gina tiba. Kevin sudah merencanakan acara kejutan kecil di rumah mereka. Sejak insiden di mana Gina mengetahui tentang kalung berlian itu, Kevin berusaha memberikan lebih banyak perhatian. Ia pulang lebih awal, membantu di rumah, dan sering kali memastikan mereka memiliki waktu berkualitas bersama, meski hanya sekadar menonton film atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka. Gina pun mulai merasa lebih tenang dan percaya pada Kevin, berusaha membuang jauh-jauh rasa cemburu yang sempat mengganggunya.Malam ulang tahun Gina dimulai d

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Di Balik Keraguan Gina

    Beberapa hari kemudian, Gina merencanakan untuk mengikuti Kevin. Ia telah mengumpulkan cukup keberanian, dan perasaan curiga yang membebani pikirannya semakin sulit diabaikan. Malam itu, Gina mengatur alarm di ponselnya dengan pelan, lalu menunggu saat Kevin pulang terlambat seperti biasanya. Ketika Kevin akhirnya tiba di rumah, ia tampak lelah seperti biasa, menjelaskan bahwa rapat berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.Gina berusaha menahan diri, pura-pura tersenyum dan memberikan pelukan hangat. Namun, pikirannya sudah penuh dengan rencana. Ia bertekad untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar "proyek kerja" antara Kevin dan Karla.Keesokan harinya, Gina mengamati Kevin dengan cermat saat ia bersiap-siap pergi ke kantor. Sesaat setelah Kevin keluar dari rumah, Gina segera menyusul, memastikan jaraknya cukup jauh sehingga Kevin tidak akan menyadari bahwa ia sedang diikuti. Jantungnya berdebar kencang sepanjang perjalanan. Gina mencoba menenangkan diri, me

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Kedekatan Yang Berlebihan

    Malam itu, meski Kevin sudah berusaha meyakinkannya, Gina masih tak bisa sepenuhnya mengusir rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Setelah Kevin tertidur di sampingnya, Gina terjaga dalam kegelapan, pikirannya terus memutar ulang percakapan mereka. Hatinya gelisah. Sesuatu di balik senyum ramah Karla dan reaksi Kevin yang canggung saat melihatnya di kafe tidak bisa ia abaikan.Beberapa hari berlalu, dan Gina mulai memperhatikan perubahan kecil dalam perilaku Kevin. Ia menjadi lebih sering pulang terlambat, selalu dengan alasan pekerjaan atau rapat mendadak. Setiap kali Gina mencoba mengajak Kevin berbicara tentang perasaannya, Kevin akan menjawabnya dengan nada lembut namun penuh penjelasan logis, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, semakin banyak Kevin beralasan, semakin Gina merasa dirinya diabaikan.Suatu malam, ketika Kevin kembali terlambat lagi, Gina memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tidak bisa lagi duduk diam dan menunggu sesuatu terjadi. Setelah anak-anak ti

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Diantara Bayangan Masa Lalu

    Gina tidak langsung mendekati Kevin dan Karla. Ia berdiri dari kejauhan, memperhatikan suaminya tertawa lepas dengan wanita lain—wanita dari masa lalunya. Hati Gina berdebar keras, sementara pikirannya dipenuhi berbagai pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, sebagai seorang istri, Kevin selalu jujur padanya, dan Gina berusaha untuk mempercayai suaminya. Tapi melihat kedekatan Kevin dengan Karla membuat hatinya tak tenang. Gina menggenggam erat tasnya, mencoba meredam emosi yang mulai naik.Saat Gina akan berbalik pergi, tanpa disadari, tatapan Kevin tertuju padanya. Wajahnya berubah seketika—senyum yang tadi mengembang kini tergantikan oleh keterkejutan. Karla, yang menyadari perubahan ekspresi Kevin, mengikuti arah pandangannya dan juga melihat Gina."Hei, Gina?" sapa Kevin dengan nada ragu. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gina berusaha tersenyum meski hatinya tak menentu. "Aku hanya mampir sebentar untuk mengejutkanmu, mungkin kita bisa makan siang bersama," katanya pelan, mencoba terde

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Kecemasan Gina

    Kehidupan Kevin dan Gina setelah liburan di desa berjalan kembali ke ritme kota besar. Kevin tenggelam dalam pekerjaannya sebagai eksekutif di perusahaan besar, sementara Gina sibuk mengurus Keiva dan Keanu serta menjalankan bisnis kecil yang ia mulai dari rumah. Mereka masih sering mengenang momen indah di desa, dan meski topik tentang anak ketiga jarang dibicarakan lagi, Kevin tidak pernah benar-benar melupakannya.Suatu sore, saat Gina sedang menyiapkan makan malam, Kevin tiba-tiba menerima telepon dari perusahaannya. Ada proyek besar yang memerlukan perhatiannya, dan rapat mendadak dijadwalkan. "Gina, aku harus ke kantor sebentar, ada rapat penting yang harus kuhadiri," katanya sambil mengambil jasnya."Rapat lagi?" tanya Gina sedikit kecewa, tapi ia tahu pekerjaan Kevin memang selalu menuntut. "Baiklah, tapi jangan pulang terlalu larut ya."Kevin tersenyum dan mencium keningnya sebelum berangkat. "Aku akan segera pulang. Aku janji."Di kantor, Kevin disambut dengan atmosfer yang

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Keinginan Kevin Kepada Gina

    Kevin dan Gina memutuskan untuk menghabiskan liburan mereka bersama kedua anak mereka, Keiva dan Keanu, di sebuah desa kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Desa itu terletak di kaki gunung, dengan pemandangan yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk melepas penat, bersantai, dan menikmati kebersamaan sebagai keluarga. Hari pertama di desa dimulai dengan sarapan yang sederhana namun lezat. Gina memasak roti panggang dengan selai buatan sendiri, sementara Kevin sibuk membantu Keiva dan Keanu bersiap-siap untuk berjalan-jalan. Keiva, yang kini berusia lima tahun, sangat antusias untuk menjelajahi desa dan melihat hewan-hewan di peternakan terdekat. Keanu, yang baru berusia satu tahun, juga tampak senang meskipun ia belum mengerti banyak tentang petualangan yang menunggu. Pagi itu, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga liar. Kevin menggandeng tangan Keiva, sementara Gina menggendong Keanu yang terus tertawa melihat ku

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Awal Kebahagiaan

    Pernikahan kedua Kevin dan Gina yang sederhana namun penuh makna benar-benar menjadi awal baru bagi mereka. Setelah bertahun-tahun menghadapi berbagai ujian, mereka akhirnya bisa hidup bersama, kali ini dengan hati yang lebih terbuka dan ikatan yang lebih kuat. Mereka tak hanya memulai kembali kehidupan sebagai pasangan, tetapi juga sebagai orang tua dari dua anak, Keiva dan Keanu.Minggu-minggu setelah pernikahan mereka dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada tara. Keiva, putri pertama mereka yang kini berusia lima tahun, sangat gembira dengan kehadiran adik laki-lakinya. Setiap hari, dia selalu ingin membantu Gina merawat Keanu, mulai dari menghiburnya saat menangis hingga ikut mengganti popok. Keiva tampak sangat menyayangi adiknya, dan ini membuat Kevin serta Gina semakin bahagia melihat kasih sayang yang tumbuh di antara anak-anak mereka.Suatu pagi yang cerah, Kevin dan Gina duduk di teras rumah mereka yang nyaman, mengamati Keiva bermain dengan Keanu yang masih berbaring di kere

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Cinta Gina & Kevin

    Hari itu adalah salah satu hari paling membahagiakan dalam hidup Gina dan Kevin. Setelah bertahun-tahun terpisah oleh berbagai masalah, mereka akhirnya bisa bersama lagi. Gina sudah berjuang keras menghadapi masa-masa sulit, dan kini dia bisa merasakan kebahagiaan sejati. Kevin, yang selama ini dipenuhi dengan penyesalan dan rasa bersalah, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menebus semua kesalahan dan memulai kembali hubungan mereka dari awal. Mereka berdua sedang duduk di ruang tamu rumah mereka, berbicara tentang masa depan, tentang rencana-rencana yang akan mereka jalani bersama sebagai sebuah keluarga. Gina tersenyum hangat sambil memegang perutnya yang sudah besar. Dia tengah hamil, dan hanya tinggal beberapa minggu lagi sampai kehamilan itu mencapai puncaknya. Kevin, yang duduk di sampingnya, menggenggam tangan Gina dengan penuh kasih sayang, membayangkan masa depan mereka bersama dengan anak yang akan segera lahir. "Rasanya seperti mimpi, Kev," kata Gina dengan mata yang

  • Tolong Ceraikan Aku, Suamiku!   Kejutan Ungkapan Rahasia Kevin

    Kevin duduk di meja kerjanya dengan senyum tipis, menatap layar ponsel yang menampilkan pesan terbaru dari Gina. Sudah beberapa hari ini dia berpura-pura menjadi "Alex," sosok yang dia ciptakan untuk membuat kejutan kepada Gina. Hubungan mereka yang baru saja kembali pulih membuat Kevin ingin melakukan sesuatu yang istimewa untuk menunjukkan bahwa dia benar-benar berkomitmen. Namun, dia tahu Gina tidak akan menyangka bahwa Alex dan Kevin adalah orang yang sama. Itu adalah bagian dari kejutan yang dia rencanakan.Gina, di sisi lain, mulai merasa aneh dengan perhatian yang diberikan Alex kepadanya. Alex, yang tiba-tiba muncul di hidupnya, selalu mengirim pesan yang hangat dan penuh perhatian, sesuatu yang sebenarnya mengingatkannya pada Kevin. Meski hatinya masih terfokus pada Kevin, kedekatan dengan Alex membuat Gina sedikit bingung dan gelisah. Dia tidak ingin memberi kesan kepada Kevin bahwa dia tertarik pada pria lain, tetapi semakin lama, perhatian dari Alex semakin sulit diabaikan

DMCA.com Protection Status