Semua Bab Berawal Dimodali, Berakhir Dinikahi: Bab 21 - Bab 30

76 Bab

21. Ciuman Terpaksa yang Mendebarkan.

Happy Reading*****"Ehem," ucap Andini, sengaja berdeham supaya kehadirannya diketahui oleh dua orang beda generasi yang sedang duduk santai di tengah lapangan basket. "Kenapa memberikan harapan jika kamu nggak bisa menjawab pertanyaan Bisma tadi?" tanya Andini karena tak kunjung mendapat jawaban dari bibir lelaki yang ternyata masih menghiasi hatinya. "Sejak kapan kamu datang?" Rasya menatap curiga. Walau sedikit terkejut, tetapi dia berusaha menguasai diri dengan cepat."Apa pedulimu?" Raut muka Andini berubah marah. Entah apa yang membuatnya begitu kesal. Rasa itu makin menjadi ketika Rasya malah tersenyum. Tidak mengerti sama sekali isi hatinya. Andini pun mengutuk perbuatan lelaki itu yang tidak peka sama sekali. "Tentu aku peduli karena perkataanmu tadi secara nggak langsung menuduhku. Apa kamu memiliki kebiasaan menguping pembicaraan orang lain?" Lirikan Rasya sungguh sangat menjengkelkan. Apalagi gestur tubuh yang ditunjukkan begitu mencemooh sang mantan. Andini yang tid
Baca selengkapnya

22. Sosok Misteri

Happy Reading*****Bisma terbahak-bahak melihat wajah kedua orang yang disayanginya memerah karena malu. Padahal, Andini sedang marah padanya. Namun, si kecil tidak merasa takut sama sekali. "Dik, nggak boleh ngelakuin hal seperti tadi," peringat Rasya. Dia melihat kepolosan si kecil yang tidak mengetahui jika hal tersebut dilarang. Bibir Bisma maju, lalu memutar bola mata. "Memangnya kenapa nggak boleh? Orang tua teman-temanku juga sering melakukannya. Aku pernah melihat papanya Hanif nyium pipi mamanya pas mau berangkat kerja. Lalu, kenapa Papa nggak boleh melakukan hal sama?"Andini mengembuskan napas. Seketika, kemarahannya mereda. Bukan salah putra semata wayangnya jika sampai melakukan kenakalan seperti tadi. Namun, dia yang tidak memberikan pengertian bahwa hal semacam itu tidak diperbolehkan oleh agama.Menunduk sambil mengusap rambut si kecil. Andini berkata, "Mama sama Papa belum diperbolehkan bahkan dilarang melakukannya.""Masalahnya apa? Kenapa yang lain bisa, tapi Mam
Baca selengkapnya

23. Hutang Piutang

Happy Reading****Lelaki yang mengenakan kemeja abu-abu itu berniat keluar terlebih dahulu, tetapi Andini segera mencegah dengan memegang pergelangan tangannya. "Aku turun dulu. Kamu sama Bisma sebaiknya di sini saja," ucap Rasya seolah dia mengetahui isi pikiran sang pujaan. "Tapi?" Ucapan Andini mendapat respon gelengan kepala. "Aku nggak akan kenapa-kenapa. Mereka nggak bisa menyentuhku. Justru yang aku khawatirkan adalah keadaanmu dan Bisma," sahut Rasya. Mengusap punggung tangan sang pujaan, Rasya menatap Andini, meyakinkan. Tak lupa, lelaki beralis tebal itu memberikan senyuman termanisnya. "Hati-hati. Aku nggak mau kamu sampai terluka oleh mereka. Sepertinya, dua orang itu bukanlah orang baik-baik. Mereka terlihat seperti preman," nasihat Andini."Bener kata Mama, Pa. Mereka preman yang bisa saja mau menculik salah satu dari kita bertiga. Seperti film-film yang pernah aku tonton," tambah Bisma. "Khayalanmu terlalu, Dik," ucap Rasya disertai senyuman. "Adik sama Mama tena
Baca selengkapnya

24. Kekasih yang Tak Dianggap

Happy Reading*****Membuka lemari yang biasa digunakan untuk menyimpan berkas-berkas penting, Andini mulai mencari sertifikat rumah yang diminta oleh Rasya tadi. Berkali-kali dia membalik dan membaca satu per satu semua berkas yang ada di sana. Namun, surat yang dicari tak ada sama sekali. Keringat mulai bermunculan di dahi si perempuan. "Kapan dia membawa surat itu? Kenapa aku sama sekali nggak sadar," gumam Andini.Berjalan gontai ke teras di mana Rasya dan dua penagih hutang tadi berada, Andini menatap Rasya sedih."Gimana? Apa surat itu masih kamu simpan?" tanya Rasya pada Andini.Si perempuan menggelengkan kepala. "Aku nggak sadar, kapan Mas Radit membawa sertifikat rumah ini," ucapnya."Bajingan," umpat Rasya, "bawa Bisma masuk. Biar aku yang menghadapi mereka.""Tapi," ucap Andini sedikit keberatan."Jangan membantah, Din. Kumohon, kali ini saja, kamu percaya," pinta Rasya dengan tatapan memohon."Kalian berdua cuma membuang-buang waktu kami. Cepat bayar atau kami akan membaw
Baca selengkapnya

25. Kecewa Berat

Happy Reading****Mengendarai kendaraan roda empat tanpa tujuan, pikiran Rasya dipenuhi dengan Andini. Walau masih banyak pekerjaan di kantor, lelaki itu memilih tidak kembali. Dia berniat menenangkan diri di rumah tepi pantai miliknya. Perkataan Andini benar-benar menyakiti hati lelaki tersebut.Suara deburan ombak di teras rumah membuat hati Rasya sedikit terhibur. Tak lupa, lelaki itu menghubungi salah satu sahabat sekaligus rekan kerjanya yang memiliki rumah tak jauh dari tempat tinggalnya kini.Duduk merenung di teras rumah sambi menikmati suasana dan pemandangan di saat senja hadir, Rasya kembali teringat kata-kata sang pujaan yang begitu menyakitkan."Sudah sejauh ini aku membantunya. Apa masih belum mengerti juga jika aku sangat mencintainya. Kenapa masih terus membela om-om edan itu. Apa cintanya terlalu besar?" "Sialan kamu!!" Rasya berteriak kencang di teras rumah tepi pantainya. Meluapkan segala kekesalan hati. "Apa hebatnya lelaki itu sampai kamu tetap memaafkan bahkan
Baca selengkapnya

26. Tak Direstui

Happy Reading****Mahesa berdiri, sedikit terkejut dengan tindakan sahabatnya yang terlihat sangat terburu-buru."Jangan gegabah, Sya. Tenanglah, nggak perlu terburu-buru. Ceritakan, ada apa sebenarnya?" pinta Mahesa. Mulai khawatir dengan sikap lelaki di depannya. Terkadang, seseorang itu bisa saja bertindak bodoh karena cinta. Tidak mengejek Rasya karena Mahesa sendiri pernah mengalaminya. Demi orang yang dicintai, dia rela berbuat apa saja bahkan sampai membahayakan nyawanya. Oleh karena itulah, bapak satu anak itu tidak ingin sahabatnya mengalami apa yang pernah terjadi padanya. Walau belum tahu hal apa yang membuat Rasya sedemikian panik.Bukannya menjawab, lelaki itu malah menggerakkan jemarinya di atas layar ponsel. Keningnya berkerut dengan mata menyipit. Mahesa makin curiga melihat semua perubahan sikap Rasya di depannya.Setelah beberapa detik wajah Rasya terlihat tegang, sebuah senyuman muncul menghiasi wajahnya. Seperti mendapat air di tengah padang pasir yang tandus. Ra
Baca selengkapnya

27. Paksaan Cinta

Happy Reading*****Tak peduli apa yang dikatakan Hawa selanjutnya, Rasya memutuskan panggilan mereka. Lalu, segera melajukan kendaraan ke arah rumah Andini. Dia harus menyelesaikan konflik sebelumnya dengan perempuan itu. Sebelum sampai di halaman rumah sang kekasih, lelaki itu menyempatkan mampir ke mini market dan toko bunga untuk memberi oleh-oleh pada sang pujaan. Hatinya kembali berbunga-bunga sejak mendapat kiriman foto dari seseorang. Melirik jam tangannya, lelaki itu bergumam, "Masih ada waktu sebelum dia tidur. Jika kebiasaannya nggak berubah, dia belum tidur jam segini. Semoga nggak telat.""Ada yang bisa dibantu, Pak?" tanya salah satu pelayan toko bunga. Senyumnya merekah ketika menyambut kedatangan Rasya."Beri saya beberapa tangkai mawar merah. Lalu, rangkai menjadi buket yang indah," pinta Rasya pada pelayan toko bunga. Di mobil, dia sudah menyiapkan sekotak cokelat favorit mamanya Bisma. Semua kebiasaan serta makanan kesukaan Andini, masih terekam indah pada memori
Baca selengkapnya

28. Cemburu tanpa Alasan.

Happy Reading***Tanpa menoleh ke belakang, Rasya tersenyum mendengar umpatan sang pujaan. Kali ini, dia pulang dengan senyum penuh kemenangan. Yakin jika Andini akan ikut bersamanya besok. Menghubungi asisten pribadinya, Rasya menuliskan pesan supaya Adipati melaksanakan perintahnya. "Besok, kirimkan gamis pesta terbaik ke alamat rumah Andini. Pagi-pagi sekali, baju itu harus sudah ada di sana, sebelum aku berangkat memancing.""Duh, Bos. Gamis pesta yang bagus itu gimana? Aku belum pernah memesan. Lagian aku juga nggak ngerti masalah gamis dan sejenisnya," balas Adipati."Tugasmu untuk mendapatkan apa yang aku inginkan." Setelah menuliskan balasan, Rasya tersenyum puas. Dia merasakan kebahagiaan ketika bisa mengerjai Adipati. Kekesalannya pada Andini tadi, terlampiaskan sudah.Sampai di rumah, Rasya memutuskan menghubungi Bisma. Si kecil, besok harus datang ke pesta ulang tahun Hawa. "Assalamualaikum, Papa," sapa Bisma terdengar oleh indera Rasya. "Kok, belum tidur?""Nggak bisa
Baca selengkapnya

29. Piknik Pemersatu Hati

Happy Reading*****Bisma tertawa keras. "Makanya, jangan berdebat terus. Kalau Mama sama Papa terus kayak gini. Kapan mau berangkat ke Watu Dodol?""Adik sudah siap?" tanya Rasya memutus perdebatan dengan sang pujaan."Sudah." Memutar tubuhnya di hadapan Rasya, Bisma menjawab dengan senyuman. "Papa tuh yang belum siap. Adik sama Mama tinggal nunggu Papa ganti baju.""Papa nggak usah ganti. Gini saja, nanti sampai pantai baru ganti.""Ribet," sahut Andini sewot. "Mana kunci mobilmu.""Untuk apa?" Rasya mengerutkan kening."Ngambil baju. Kamu ganti di kamar Adik saja. Kalau di toilet umum, takutnya kotor." Rasya mengeluarkan kunci dari saku baju kokonya. Lalu, menyerahkan pada Andini. Dalam hati, dia sempat berkata bahwa perhatian Andini tidak pernah berkurang sama sekali kepadanya. Menunggu beberapa detik, Andini membawa tas ransel. "Bajumu pasti ada di dalam sini. Aku sengaja membawa semuanya.""Iya nggak masalah." Rasya berdiri. Diikuti Bisma dia masuk rumah. Beberapa menit kemud
Baca selengkapnya

30. Resmi

Happy Reading*****"Kenapa nggak boleh dibuang? Aku nggak mau kamu salah paham lagi kayak kemarin. Tiba-tiba pergi tanpa ngasih penjelasan." Andini memutar bola mata, malas.Susah payah dia meneguhkan hati supaya Rasya bisa kembali mempercayai. Namun, semua berbalik saat ada kado di meja teras rumah Andini."Bawa masuk dulu," pinta Rasya, "aku tidurkan Bisma di kamar. Setelahnya, kita bicara, ya.""Nggak jelas banget sih, Bi," sahut Andini. Akan tetapi, dia tetap menuruti permintaan sang kekasih.Ketika Rasya menidurkan Bisma di kamar, Andini sedang berada di dapur. Bertemu dengan si Mbak yang tengah menyiapkan makan siang, Andini pun bertanya mengenai kotak kado di terasnya."Saya nggak tahu dari siapa, Mbak. Waktu saya tanya, katanya Mbak sudah pasti tahu pengirimnya," jelas si pembantu.Kening Andini berkerut. "Siapa, ya, Mbak? Nggak ada nama pengirimnya.""Mungkin salah satu penggemarnya Mbak." Si Mbak yang sudah lama bekerja membersihkan dan membantu tugas rumah tangga itu meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status