Semua Bab Suamiku, Mari Kita Bercerai: Bab 71 - Bab 80

135 Bab

71. When the Boss Is Mad

Setelah meninggalkan Katrina di ruangannya, Nicholas berjalan cepat menuju meja Clarissa. Wajahnya kembali ke ekspresi dingin dan tanpa kompromi, seperti topeng baja yang tidak menunjukkan tanda-tanda emosi. Clarissa baru saja kembali dari pantry saat Nicholas tiba di mejanya. Melihat bosnya yang mendekat, dia tersenyum ramah. Namun, senyumnya segera memudar saat dia menangkap tatapan tajam dari Nicholas. Dia tahu sesuatu telah terjadi."Pak Nicholas, ada yang bisa saya bantu?" tanya Clarissa dengan suara sedikit gemetar, mencoba mempertahankan profesionalismenya meski dia bisa merasakan kemarahan yang tak kasat mata dari bosnya. “Clarissa,” kata Nicholas, suaranya sedingin es, setiap kata terucap dengan kejam. "Kau tahu apa yang paling kubenci?"Clarissa menelan ludahnya dengan susah payah. "Tidak, Pak Nicholas," jawabnya pelan, suaranya bergetar.“Ketidakmampuan,” kata Nicholas, suaranya semakin rendah, namun semakin tajam. “Ketidakmampuan untuk melakukan pekerjaan yang sederhana,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-14
Baca selengkapnya

72. The Unexpected Rural Life

Ariana duduk dengan tenang di kursi penumpang mobil ambulan yang berguncang-guncang, sementara Maya, duduk di sebelahnya dengan ekspresi putus asa. “Aduh, rambutku jadi berantakan lagi,” keluh Maya sambil merapikan poni dan memasang wajah kesal. Ariana hanya tersenyum tipis. “Maya, kau sudah bilang itu sepuluh kali dalam satu jam,” ujarnya lembut, menahan tawa. “Ya ampun, Ariana! Kau sih sudah terbiasa hidup di pedalaman. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa tenang-tenang saja!” Maya terus merapikan rambutnya yang berantakan karena hembusan angin kencang yang masuk dari jendela mobil yang dibiarkan terbuka lebar. “Sebenarnya, ini juga pertama kalinya bagiku,” balas Ariana dengan sedikit frustasi. Mereka baru saja kembali dari pasar di kota yang sebenarnya juga tidak bisa disebut kota, perjalanan mingguan yang menjadi satu-satunya cara mereka untuk mendapatkan bahan kebutuhan sehari-hari, tentu dengan kenderaan ambulan yang selalu tersedia di sebelah rumah mereka. Jalanan tanah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-15
Baca selengkapnya

73. Game Over

Setelah mengetahui dirinya tengah mengandung anaknya Nicholas, Ariana duduk sendirian di sudut kamarnya. Ponselnya tergeletak di atas meja kayu sederhana di depannya. Jemarinya terus mengetuk- ngetuk layar ponsel itu, menelusuri kontak yang sudah dia simpan, Daniel. Nama itu terpampang di layar, seakan-akan menantangnya untuk segera membuat keputusan. "Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya pelan, hampir tidak terdengar. Dia menyesali dirinya yang bisa-bisanya terjebak dalam perangkap Katrina. Kenapa dia membiarkan perasaannya dikendalikan oleh rasa cemburu. Jika saja dia tidak peduli, jika saja dia bisa mengabaikan Katrina. Dia tidak akan diculik dengan mudah. Berbagai emosi bercampur di dalam diri Ariana—kemarahan, ketakutan, kerinduan, dan penyesalan. Jantungnya berdebar keras, seperti mencoba menolak ketakutan yang mencengkeramnya. Takut jika Nicholas sudah tidak menyukainya lagi. ‘Nick… apa yang kau pikirkan? Apa yang kau rasakan?’ Ariana merasa marah, tapi jauh di lubuk h
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-16
Baca selengkapnya

74. Tukang Cuci Tangan Selalu Ada

Minggu ke 3. Di lantai dua belas gedung pencakar langit Silverline, ketegangan terasa begitu kuat. Di ruang rapat, para eksekutif senior duduk dalam diam. Di luar, langit diselimuti awan mendung, menambah suasana muram di dalam. Oliver, wajahnya kusut dengan kerutan yang semakin dalam, memecah keheningan. "Investor mulai menarik diri. Harga saham kita jatuh bebas. Jika kita tidak bertindak cepat, kita akan hancur." CFO Silverline, dengan tangan gemetar, menyerahkan laporan keuangan terbaru. "Ini adalah laporan terbaru dari bursa saham," katanya dengan suara serak. "Investor institusional sudah mulai menjual saham mereka secara massal. Kreditur kita juga semakin resah." Katrina, yang duduk di samping ayahnya, menatap layar ponsel yang penuh notifikasi dari para pemegang saham. Pesan-pesan yang masuk adalah permintaan penjelasan yang tidak bisa dia berikan. "Apa yang bisa kita lakukan?" suara Katrina gemetar, seolah berharap masih ada jalan keluar. Andrian, yang duduk dengan tata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-17
Baca selengkapnya

75. Kebahagiaan Semu Itu Ada

Ariana memutuskan untuk pergi ke kota terdekat dan menetap di sana untuk sementara waktu. Bagaimana pun juga bayinya adalah prioritas utamanya. Dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan bayinya.Setelah Ariana kembali dari rumah sakit untuk pemeriksaan kandungannya, dia memutuskan untuk pergi ke minimarket di lantai dasar apartemen yang disewanya, untuk membeli beberapa barang keperluan. Andrian tiba-tiba muncul dari arah yang berlawanan. Mereka sama-sama berhenti. Ariana tertegun, tapi berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Andrian terdiam beberapa detik, tidak menyangka di saat dia menghilang untuk sementara malah bertemu dengan seseorang yang dikenalnya di provinsi kecil yang jauh dari tempat asal mereka."Bu Ariana?" suara Andrian terdengar sangat terkejut.Ariana berusaha tetap tenang, meski dalam hatinya dia merasa panik. "Ya... Pak Andrian? Apa yang Bapak lakukan di sini?" jawab Ariana dengan nada tenang, meskipun dia tidak benar-benar ingin tahu jawabannya.Andrian tampak bing
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-17
Baca selengkapnya

76. Planning for the New Heir's Wife

Setelah Nicholas pergi meninggalkan ruangan keluarga, mata Rachel terus mengarah ke pintu tempat Nicholas menghilang. “Sayang, tidakkah kau merasakan putra kita berbeda?” tanya Rachel dengan suara pelan kepada Richard yang duduk di sebelahnya. Richard mencoba menenangkan istrinya. “Sayang, dia hanya sibuk dengan pekerjaannya. Kau tahu, dia selalu serius menjalankan tanggung jawabnya. Ini sementara, dia akan kembali seperti biasa.” Namun, Rachel menggeleng, tampak tidak yakin. “Tidak, Richard. Sejak dia ingat semuanya ada yang berubah dengannya. Dia terlalu tenang, dan mendengarkan kita dengan patuh. Bukan kah itu terlalu aneh?” Richard menepuk tangan Rachel dengan lembut. "Nicholas telah melalui banyak hal—amnesia, ingatan yang kembali, semua pasti membingungkan. Tapi dia tetap putra kita." “Jangankan Clarissa sekretarisnya, Aku yang ibunya juga jadi takut dengannya,” gerutu Rachel. Sementara Richard berusaha menenangkan istrinya, kakek Henry mendengarkan percakapan mereka deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

77. Chasing Joy

Nicholas berjalan melewati koridor rumah sakit dengan langkah tenang. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, fokus pada tujuannya: menemui petugas kebersihan yang dikatakan menyelamatkannya saat insiden di gudang yang hampir merenggut nyawanya. Dia sudah memastikan bapak itu dipindahkan ke kamar perawatan terbaik di rumah sakit setelah mendengar bahwa kondisinya memburuk. Dia menderita gagal ginjal kronis.Nicholas melangkah masuk ke dalam kamar perawatan dengan wajah datar. Ruangan itu tenang, hanya suara alat medis yang memonitor kondisi petugas kebersihan tua yang terbaring di ranjang. Bapak itu sudah tampak lemah, tubuhnya menua, dengan sisa-sisa kesehatan yang perlahan menghilang. Petugas kebersihan itu membuka matanya perlahan saat mendengar pintu berderit. Pandangannya menatap Nicholas dengan kerutan di dahi, seolah mencoba mengingat sesuatu dari wajah pemuda di depannya."Siapa Anda?" tanyanya dengan suara serak, dipenuhi rasa penasaran dan kebingungan.Nicholas tanpa basa-basi, men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya

77. Strike Back

Ariana melangkah keluar dari jet pribadi dengan anggun. Di landasan, Daniel sudah menunggu dengan tenang di samping mobil hitam. Begitu melihat Ariana mendekat, dia membuka pintu mobil dan tersenyum tipis.“Terima kasih, Nyonya, telah membuat keputusan yang tepat dengan menghubungi saya,” ucap Daniel sopan, matanya memancarkan rasa hormat.Ariana hanya mengangguk singkat, lalu masuk ke dalam mobil. Begitu duduk, dia langsung sibuk dengan ponselnya. Daniel masuk ke kursi pengemudi, dan sesaat kemudian mobil itu mulai bergerak meninggalkan bandara. “Pak Daniel,” kata Ariana memecah keheningan, “Aku menghubungi Bapak karena ingin bertemu Nicholas, dan berbicara langsung dengannya.”Daniel yang entah sudah berapa kali mendengar permintaan Ariana tetap menjaga fokusnya pada jalan di depannya. Dia tidak mengatakan apa-apa. Sesaat hening, hanya suara lembut mesin mobil yang terdengar.“Di mana keluargaku?” tanya Ariana kemudian dengan nada mendesak. “Pak Daniel pasti mengetahuinya.”Daniel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya

78. Words Unspoken

beberapa menit sebelumnya…, Daniel merasakan jantungnya berdebar kencang saat melihat Ariana meringis kesakitan di kursi belakang. Dia tidak menyangka, pengereman mendadak itu ternyata membuat wanita tuannya terluka. Melihat Ariana yang terus memegangi hidungnya, tingkat kepanikannya semakin besar. Ariana menyadari kepanikan yang perlahan muncul di wajah Daniel. Sebuah ide langsung terlintas di benaknya. Sambil mengerang seolah rasa sakitnya semakin parah, dia berkata, “Pak Daniel... aku tidak bisa merasakan hidungku lagi.” Nadanya terdengar lemah dan penuh penderitaan. Seakan itu adalah bencana nasional. "Kita harus ke rumah sakit sekarang juga, Nyonya," kata Daniel, segera mengubah arah mobil menuju rumah sakit terdekat. Namun, Ariana segera menyela dengan suara lemah. “Aku tidak akan pergi ke rumah sakit. Kalau Bapak tetap memaksa, aku akan bilang kepada mereka bahwa Pak Daniel menculikku.” Daniel hampir tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ancaman Ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya

79. Skandal Besar Yang Terbongkar

Nicholas tersenyum tipis. “Kau milikku, Claire. Aku sudah pernah mengatakannya padamu, ‘aku tidak suka jika milikku disentuh oleh orang lain’." Ariana tersentak, dan mundur beberapa langkah, merasa seakan tubuhnya membeku. Ekspresi Nicholas sulit dibaca, matanya dingin tidak seperti sebelumnya, membuat Ariana bergidik. “Kau mengambil pekerjaanku, menyita rekeningku… kau ingin memaksaku kembali padamu, begitu kan?” Nicholas mengangkat alisnya, senyum kecil tersungging di bibirnya. “Melihatmu kembali dengan sendirinya, bukankah cara itu efektif?” Ariana menelan ludah, tangan memeluk perutnya yang masih rata. ‘Aku kembali karena anak ini,’ pikirnya. Nicholas mendekatinya dengan langkah lambat. Ketika dia sudah cukup dekat, ada kilatan tajam di matanya, campuran antara frustrasi, keinginan, dan kemarahan yang tak lagi bisa dia sembunyikan. Tanpa peringatan, Nicholas meraih wajah Ariana dengan kedua tangannya, ibu jarinya menekan tulang pipinya dengan tegas. "Kenapa kau selalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status