Home / Pernikahan / Suamiku, Mari Kita Bercerai / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Suamiku, Mari Kita Bercerai: Chapter 61 - Chapter 70

135 Chapters

61. Penculikan yang Dilakukan Katrina

Setelah dua hari istirahat yang cukup, Ariana menatap pantulan wajahnya di cermin. Wajahnya tersenyum bahagia. Dia menyentuh perutnya, bertanya-tanya apakah calon bayinya akan tumbuh sehat di dalam rahimnya. Nicholas benar-benar memperlakukannya dengan baik, meskipun suaminya itu masih tidak mempunyai waktu untuk menemaninya berbelanja, menghadiri acara keluarganya, atau menghadiri acara sosialnya. Ariana menghela napas sambil merapikan kembali riasan tipisnya. Sementara dirinya selalu menyediakan waktu untuk menemani Nicholas di setiap acara keluarga dan sosial, Ariana bertanya-tanya apakah dia terlalu naif jika bahagia cukup dengan perhatian Nicholas kepadanya. Selesai merapikan penampilannya, Ariana keluar dari kamar. Di luar, Lesie sudah berdiri di depan mobil baru yang dibelikan Nicholas. “Saya akan mengantar Nona,” ucap Lesie dengan sopan. “Itu tidak perlu, aku bisa menyetir sendiri,” balas Ariana dengan senyum tipis. “Nona, biarkan saya melayani Anda.” Ariana meliha
last updateLast Updated : 2024-08-06
Read more

62. Meringkus Penculik

Di dalam kamar hotel, Ariana terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur yang besar dan mewah. Tirai tebal menutupi jendela, hanya membiarkan sedikit cahaya menyelinap masuk. Suara dengungan AC yang lembut memenuhi ruangan, memberikan nuansa tenang namun penuh ketegangan. Andrian berdiri di sudut ruangan, memandang Ariana dengan ekspresi yang sulit diartikan. Katrina, yang sudah lebih dulu berada di sana, mendekati tempat tidur dengan langkah ringan, hampir seperti menari. Katrina mendekati Ariana, tangannya dengan perlahan merapikan rambut Ariana yang terurai di atas bantal. Andrian akhirnya bergerak, mendekati tempat tidur. "Jangan buka seluruh pakaiannya," ucapnya tegas, suaranya rendah namun jelas. "Aku tidak ingin dia merasa terlalu terhina ketika dia sadar nanti." "Apa kau menyukai wanita ini?" tanya Katrina, suaranya penuh dengan sindiran. Andrian tetap diam, tatapannya tidak beralih dari wajah Ariana yang tertidur. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

63. Kemarahan Rachel

Rachel menghempaskan pintu ruang kerja suaminya, wajahnya memerah karena marah. "Bagaimana bisa kau menutupi ini dariku?" serunya, suaranya bergetar oleh emosi. Richard, yang sedang duduk di kursinya, mengangkat pandangannya dari berkas-berkas di meja, menatap istrinya dengan tenang. "Rachel, tenanglah," kata Richard dengan suara lembut, mencoba menenangkan istrinya. "Duduklah dulu." Rachel menolak untuk duduk. "Tidak, aku tidak akan tenang! Kau menyembunyikan sesuatu sebesar ini dariku!" Richard menghela napas panjang. "Rachel. Aku tidak ingin membuatmu khawatir lebih dari yang diperlukan, pelakunya sudah kubereskan. Nicholas selamat, dan itu yang terpenting." "Selamat?" Rachel tertawa sinis, matanya berkaca-kaca. "Kau tahu apa yang dia katakan padaku di rumah sakit? Dia bilang ingatannya mulai kembali. Dia ingat bagaimana dia terjebak di dalam gudang yang terbakar itu. Dan kau... kau menutupi semuanya!" Richard berdiri, mendekati Rachel. "Berita kita memiliki persaingan bis
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

64. Perang Batin Nicholas

Ariana terbangun dengan perasaan tak berdaya. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi kelemahan masih menguasainya saat dokter Lina memeriksa kondisinya. Dr. Lina memeriksa Ariana dengan teliti, memeriksa tekanan darah dan denyut nadi. "Kondisi Bu Ariana cukup stabil, tapi perlu banyak istirahat. Jangan terlalu banyak bergerak dulu." Setelah pemeriksaan selesai, dr. Lina memberikan beberapa instruksi kepada Lesie sebelum pamit. "Pastikan istirahat cukup dan tidak terlalu banyak stres." Setelah dr. Lina pergi, Ariana menatap Lesie dengan mata penuh pertanyaan. "Apa yang sebenarnya terjadi?” Lesie terlihat ragu-ragu sejenak, namun akhirnya berkata, "maaf, Nona. Belum ada instruksi apapun apakah saya boleh memberitahu Nona atau tidak." Ariana menghela napas, frustrasi. "Kalau begitu, berikan ponselku. Aku akan menghubungi suamiku." Lesie berkata, "maafkan saya, Nona. Saya harus memastikan Nona benar-benar beristirahat dengan tenang." Ariana menatap Lesie dengan tegas. "Apa
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

65. Evacuate Right Away

Ariana menatap keluar jendela kamarnya dengan tatapan kosong. Sudah hampir sepuluh hari dia terkurung di ruangan itu, terisolasi dari dunia luar tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ponselnya disita, membuatnya merasa semakin terasing. Hanya ada Bibi Helen dan Lesie yang masuk dan keluar, memastikan kondisi kesehatannya. Mereka menjaga Ariana dengan ketat, terutama mengingat proses program hamilnya yang masih berjalan. Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda. "Nona Ariana, kita harus pergi. Kita akan pergi ke luar negeri," kata Lesie tegas. Ariana yang tidak ingin berpikir terlalu banyak karena takut stres akan mempengaruhi proses program hamilnya, hanya mengangguk dan mengikuti Lesie tanpa banyak pertanyaan. Setelah melewati proses check-in yang membosankan, mereka berjalan menuju pemeriksaan imigrasi. Di tengah perjalanan, Ariana meminta izin untuk pergi ke toilet. Lesie, yang selama ini melihat Ariana sangat kooperatif, tidak mencurigainya sama sekali dan mengizinkannya p
last updateLast Updated : 2024-08-09
Read more

66. Pemain vs Pemain

Bersamaan dengan itu, di gedung yang menjulang tinggi tak jauh dari coffee shop, di dalam ruang rapat yang tenang namun penuh ketegangan, Nicholas duduk di ujung meja dengan mata berfokus pada laptop di depannya. Clarissa duduk di sampingnya, rasa gugupnya semakin memuncak, takut membuat kesalahan di hadapan bos yang sedang tidak stabil. Dia merasa seolah berjalan di atas tali tipis di tepi jurang emosi bosnya yang bisa meledak kapan saja. Bosnya memimpin rapat dengan suara tenang namun tajam, membahas ancaman siber dan proyek terbaru dengan ketegasan yang menegaskan bahwa kesalahan tidak akan ditoleransi. Para eksekutif yang hadir saling bertukar pandang, terkejut dengan sikap Nicholas yang lebih dingin dan tajam dari biasanya. Mereka melonggarkan kerah leher sambil menghindari kontak mata langsung dengan Nicholas. Setiap kalimat yang keluar dari mulut Nicholas bagaikan pisau yang mengukir tekanan pada para eksekutif Rapat yang menyeramkan itu akhirnya berakhir. Clarissa mengik
last updateLast Updated : 2024-08-10
Read more

67. Akal Akalan Zeyn

Di sudut lain, Zeyn bergegas meninggalkan kampusnya menuju sebuah kantin yang tak jauh dari rumah sakit tempat dia sudah membuat janji dengan seniornya, dr. Maya yang akan melaksanakan program internship di daerah pedalaman yang terisolir setelah mendapatkan gelar dokter. Matanya sesekali melirik jam tangan, memastikan dia tidak terlambat. Saat tiba di kantin, dia segera mencari meja yang tenang di sudut ruangan, menghindari keramaian dan kebisingan. Tidak lama kemudian, Maya masuk dengan wajah sedikit lelah tetapi tetap menyunggingkan senyum hangat. Rambutnya yang panjang terikat rapi, dan tas selempang menggantung di bahunya. "Zeyn! Apa kabar?" sapanya sambil duduk di hadapan Zeyn, juniornya yang agak-agak diluar nalar. "Aku butuh bantuan, Kak Maya," kata Zeyn, mencoba mengatur napasnya. "Ini soal bibiku." Maya memandang Zeyn dengan penuh perhatian. "Apa yang terjadi pada bibimu?" tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran. Zeyn menghela napas panjang dan mulai menjelaskan, "Bib
last updateLast Updated : 2024-08-10
Read more

68. Air cucuran atap tidak jauh jauh

Sudah sebulan sejak Daniel melaporkan kepada Nicholas bahwa Zeyn bersama Ariana. Pertanyaan yang terus menghantui pikirannya, apakah program kehamilan mereka berhasil? Apakah anaknya tumbuh dengan baik di rahim Ariana? Kecemasan itu selalu ada di sudut pikirannya, meskipun dia tak pernah menunjukkannya. “Tuan, kami masih belum menemukan lokasi Nyonya,” lapor Daniel dengan suara tegas namun tenang. Nicholas tidak mengalihkan pandangannya dari layar tabletnya, matanya tetap fokus pada data yang di depannya. “Atur pertemuanku dengan anak itu nanti sore,” jawabnya dingin, tanpa ada emosi yang tersirat dari nada suaranya. Daniel mengangguk tanpa sepatah kata, meskipun Nicholas tidak menoleh ke arahnya. Dia tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya lebih jauh. “Apakah semuanya sudah siap?” tanya Nicholas, suaranya terdengar datar. “Sudah, Tuan. Tuan Oliver Bahri sudah menunggu Anda di ruang rapat,” jawab Daniel singkat, Pagi itu, Nicholas bersiap untuk pertemuan penting denga
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more

69. Kejutan untuk Andrian

Oliver, dengan senyum kemenangan, kembali ke kantornya setelah berhasil menipu Nicholas untuk mengakuisisi perusahaannya yang terbelit utang. Setibanya di kantor, dia disambut oleh tim hukumnya, termasuk Andrian, otak di balik rencana jahat itu. Andrian bertekad menggunakan kesempatan ini untuk menghancurkan Nicholas, sebagai bagian dari dendamnya terhadap Henry Nathan. Dia menargetkan Nicholas karena dia tahu bahwa pria itu adalah cucu satu-satunya yang dimiliki oleh Henry Nathan. Oliver duduk di kursi utama dan menyerahkan kontrak yang sudah ditandatangani kepada Andrian. "Sudah selesai," katanya penuh percaya diri. "Nicholas telah termakan umpan." Andrian, yang juga merasa puas, mengangguk dengan senyum dingin. "Bagus. Ini adalah langkah awal. Dengan Nicholas terganggu oleh perusahaan yang akan bangkrut ini, kita bisa menyerang inti bisnisnya dan menghancurkan semuanya." Namun, ketika Andrian mulai membaca kontrak tersebut dengan lebih teliti, senyumnya perlahan menghilang.
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

70. Almost Crossed the Line

Oliver berdiri di hadapan putrinya, tangannya terkepal erat, menahan amarah yang sudah lama tertahan. "Katrina, apa yang sebenarnya kau lakukan? Sudah berapa lama kau mencoba merayu Nicholas, dan hasilnya? Bukannya dia jatuh ke dalam perangkap kita, dia malah semakin sulit dipahami!" Katrina duduk di kursi, bibirnya menyunggingkan senyum tipis meskipun jelas terlihat ada kegelisahan di matanya. Dia mencoba mengalihkan perhatian ayahnya dengan nada suaranya yang lembut, "Pah, tenanglah. Aku sudah melakukan semua yang aku bisa. Butuh waktu untuk membuatnya tunduk." Oliver tidak mau mendengar alasan. Dengan cepat, dia melangkah maju, menatap Katrina dengan kemarahan yang terpancar jelas di wajahnya. "Waktu? Berapa banyak lagi waktu yang harus kita buang, Katrina? Kita sudah kehilangan banyak kesempatan karena kelemahanmu! Dia seharusnya sudah menjadi milik kita, mengendalikan semua yang kita inginkan, tapi kau malah membiarkan dia bermain-main dengan kita!" Katrina merasakan kepanikan
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status