Home / Pernikahan / Suamiku, Mari Kita Bercerai / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Suamiku, Mari Kita Bercerai: Chapter 91 - Chapter 100

135 Chapters

90. Jangan Dek ya, Jangan

Ariana memandang dirinya di depan cermin, jemarinya lembut menyusuri gaun rancangan desainer kenamaan, kainnya meluncur sempurna di tubuh hamilnya. Setiap jahitan gaun itu seolah didesain untuk memancarkan kecantikan dan kemewahannya. Tiba-tiba, lengan Nicholas melingkari pinggangnya dari belakang, erat, penuh dengan rasa kepemilikan. “Mengapa kau begitu cantik?” bisik Nicholas di telinganya, suaranya rendah dan penuh intensitas. “Aku ingin menyimpanmu untuk diriku sendiri.” Ariana tersenyum, melihat pantulan mata tajam suaminya di cermin. “Kau memujiku begitu agar aku tidak lama berdandan, ya?” Nicholas terkekeh pelan, tangannya tak lepas dari pinggang Ariana. “Iya. Aku tidak suka menunggu.” “Dasar,” balas Ariana. Mereka keluar kamar bersama, di depan mobil, Jhon sudah berdiri tegap menunggu. Pintu mobil hitam mengkilat itu terbuka, dan mereka masuk dengan tenang. Saat mobil melaju, Ariana duduk diam di samping Nicholas. Ada pertanyaan yang terus berputar di kepalanya, tak ku
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

91. Gawat Darurat

Nicholas keluar dari mobil hitamnya dengan cepat, mendekap tubuh Ariana yang terkulai lemah. Di depan pintu IGD, tim medis sudah siap dengan tandu dan peralatan lengkap—sebuah persiapan yang tak terlepas dari pemberitahuan Daniel. Dia memastikan rumah sakit itu sudah siap menyambut kedatangan tuannya.Di dalam ruangan IGD, berbagai spesialis telah menunggu: dokter spesialis bedah, spesialis kandungan, hingga spesialis anestesi, semuanya sudah siap.Lampu-lampu ruang gawat darurat memantul di wajah Nicholas yang tegang. Wajahnya yang biasanya tenang dan penuh kendali kini dipenuhi kecemasan yang sulit disembunyikan. Ketakutan menyelimuti tatapannya, namun dia berusaha tetap kokoh. Dua perawat sigap mengambil alih Ariana, memindahkannya ke tandu dengan gerakan terlatih. Tanpa membuang waktu, mereka membawa Ariana ke dalam ruangan yang telah dipenuhi alat-alat monitor, di mana para spesialis sudah siap.Dokter Radit, seorang ahli bedah vaskular, segera mendekati Ariana. Di sebelahnya, do
last updateLast Updated : 2024-09-10
Read more

92. Richard yang Tantrum

Nicholas melepaskan genggaman tangan Ariana dengan lembut dan berdiri. Matanya menatap ayahnya dengan dingin, seolah-olah kehadiran Richard hanyalah gangguan yang tak diinginkan.“Aku tahu tujuan Papi datang ke sini,” ucap Nicholas. Richard mengerutkan kening, membuka mulut untuk membalas, tapi Nicholas tak memberi kesempatan. Dia melangkah maju, mendekati ayahnya. “Pergilah, Pih. Istriku butuh ketenangan, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun—termasuk Papi—mengganggu istirahatnya.”Richard tersentak. Amarah mulai tampak di matanya, rahangnya mengeras. “Kau berani mengusirku?” suaranya nyaris berbisik namun mengandung ancaman.Nicholas, dengan tenang menjawab singkat. “Iya.”Richard berdiri mematung. Rasa marah yang membara di dadanya hampir tak terbendung, namun gengsinya lebih besar. Perlahan dia menegakkan tubuhnya, mencoba mempertahankan martabat yang tersisa. “Kita belum selesai, Nicholas,” katanya menahan amarah.Nicholas tetap diam, tidak bergerak sedikit pun ketika ayahnya
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more

93. Antara Kerjaan dan Masalah Pribadi

"Apakah ada instruksi lain?" tanya August.Nicholas menatap Ariana yang masih terbaring di ranjang dengan napas pelan. "Jangan sampai ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Saya akan pastikan," jawab August sebelum panggilan berakhir.Nicholas menurunkan ponselnya, tatapannya kembali tertuju pada Ariana. Dia berjalan mendekat, duduk di tepi ranjang, dan menghela napas panjang. Dalam ruangan yang hening itu, hanya suara mesin monitor yang memecah keheningan. Tatapannya tidak beranjak dari wajah Ariana yang pucat. Tangannya yang besar dan kuat menyentuh lembut tangan Ariana, menggenggamnya seolah takut kehilangannya.“Kau tidak boleh pergi dariku,” gumamnya pelan.Waktu seolah melambat di dalam kamar itu. Matanya yang lelah mulai terasa berat, dan tanpa sadar, Nicholas tertidur di kursi di samping Ariana, masih memegang erat tangannya.Keesokan paginya, sinar matahari yang hangat menyelinap melalui tirai jendela, mengisi kamar dengan cahaya lembut. Nicholas terbangun, tubuhnya ter
last updateLast Updated : 2024-09-12
Read more

95. ironis

Nicholas keluar dari ruang rapat dengan langkah yang tampak tenang meski di dalam dirinya perasaan frustrasi. Setiap detik yang dia habiskan di kantor pusat terasa seperti pengkhianatan terhadap istrinya. Namun, dia tidak punya pilihan. Ada perusahaan yang harus dipimpin, dan hari ini, ayahnya menekannya sampai batas yang sulit ditoleransi.Begitu pintu lift tertutup, Nicholas menekan tombol menuju lantai kantornya dengan sedikit lebih keras dari yang diperlukan. Di dalam lift yang sunyi, dia mendongak ke atas, menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Ruang rapat masih terbayang jelas di benaknya—tatapan dingin Richard, kata-kata licin yang penuh agenda tersembunyi, dan dewan yang tak henti-hentinya mengamati setiap gerakannya.Saat lift berbunyi dan pintunya terbuka, Nicholas melangkah keluar. Clarissa yang menyusul dari lift sebelah segera mendekat dengan laporan rapat yang baru saja selesai. Dia berbicara, tapi Nicholas hanya menangkap separuh dari ucapannya. "Pak Nic
last updateLast Updated : 2024-09-13
Read more

96. Tangled in Lies

Sementara itu, di sudut lain kota, Richard duduk di belakang meja kerjanya, memandang jendela besar yang menampikan kegelapan yang dihiasi cahaya lampu gedung gedung pencakar langit tetangga. Dia tidak pernah menyangka akan tiba saat di mana dia harus memikirkan kemungkinan anaknya sendiri menjadi ancaman. Namun, semakin hari, semakin jelas bahwa Nicholas bukan lagi anak patuh yang mengikuti setiap jejaknya dan kakeknya. Pintu ruangannya terbuka setelah terdengar suara ketukan. Seorang pria bertubuh tinggi, berpakaian formal yang rapi, melangkah masuk. Wajahnya kaku, tanpa ekspresi, seperti sudah terbiasa membawa kabar buruk. Namanya, Roy, orang kepercayaan Richard selama bertahun-tahun. Tangan kanannya terulur, menyerahkan sebuah berkas tipis. Richard mengambilnya tanpa melihat, hanya sekilas mengangguk sebagai tanda agar Roy berbicara."Seperti yang Anda minta, Tuan," suara Roy terdengar datar. Richard tidak segera membuka berkas itu. Dia meletakkannya di meja, pandangannya teta
last updateLast Updated : 2024-09-14
Read more

97. Anak yang Lain

Rachel duduk nyaman di sofa, matanya terpaku pada layar berukuran besar hampir menutupi dinding, menayangkan drama Korea yang sedang memuncak konfliknya. . Dia tersenyum kecil dan sesekali tertawa, larut dalam alur cerita yang penuh emosi. "Linda, aku tidak percaya dia benar-benar meninggalkan pria itu! Aduh, tidakkah lebih baik dengan Ki Yong, menurutku dia lebih tampan. Kau setuju, kan?" ucap Rachel dengan antusias berbicara dengan ponselnya.Namun, suasana santai itu segera berubah ketika Richard, baru saja pulang, melangkah masuk ke ruang keluarga. Wajahnya terlihat tegang, garis-garis kelelahan menghiasi dahinya. Jasnya sedikit berantakan, dan dasinya longgar, seolah sudah melewati hari yang sangat berat. Dia langsung menuju ke sofa, menghampiri Rachel yang masih asyik dengan ponselnya."Rachel, kita perlu bicara," kata Richard dengan nada datar tapi serius, berdiri di belakang sofa.Rachel, tanpa menoleh, hanya melambaikan tangan seolah meminta waktu. "Nanti, Sayang, aku sedang
last updateLast Updated : 2024-09-15
Read more

98. The Secrets We Keep

Dua minggu kemudian, dokter akhirnya memberikan kabar baik—kondisi Ariana telah stabil, dan janinnya masih bisa dipantau dari rumah. Di perjalanan pulang, mobil bergerak perlahan, memberikan waktu bagi Ariana untuk memandang keluar jendela, mengingat kembali Nicholas yang tidak lepas dari laptop tetap bersamanya dalam dua minggu terakhir. Di dalam mobil mewah yang bergerak perlahan di jalan kota, Nicholas duduk di samping Ariana. Pemandangan luar begitu tenang. Jalan-jalan kota yang penuh dengan hiruk pikuk, pepohonan yang bergerak seiring angin sore.Nicholas, yang baru selesai membalas pesan di ponselnya segera menyandarkan dirinya lebih dekat dan berbisik lembut di telinga Ariana, "Apakah pemandangan di luar lebih menarik daripada suamimu?" suaranya terdengar dalam. Matanya tak lepas dari wajah Ariana yang menatap keluar jendela.Ariana tersenyum tipis, masih memandang ke luar, seolah tak terpengaruh oleh bisikan Nicholas. “Iya,” jawabnya singkat, sengaja membuat pria itu penasar
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

99. Rasa Penasaran Seperti

Ariana duduk di dalam mobil dengan pandangan kosong menatap jalan yang berkelok-kelok menuju rumah tahanan. Daniel, duduk di balik kemudi, wajahnya kaku, tenang seperti biasa. Ariana tahu, Nicholas tidak akan pernah membiarkannya pergi tanpa pengawasan. Setibanya di bagian depan gedung penjara, Ariana melirik sekilas ke arah Daniel yang sedang berbicara dengan petugas. Setelahnya, mereka diantar menuju ruang kunjungan yang steril dan sederhana. Petugas sipir, seorang pria bertubuh kekar dengan seragam resmi, menuntun mereka melewati koridor sempit hingga tiba di depan ruangan kunjungan. "Tahanan akan dibawa ke sini dalam beberapa menit," ujar sipir tersebut dengan nada tegas. Ariana mengangguk tanpa berkata-kata, menyadari bahwa ruangan itu jauh dari kenyamanan dunia luar. Daniel berdiri di dekat pintu, menjaga jarak dengan tenang. Tidak lama kemudian, pintu berdecit, dan Katrina dibawa masuk oleh seorang sipir lainnya. Tangan Katrina diborgol di depan, dan wajahnya terlihat
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

100. Suspicion, the kitchen, and a kiss

Setelah kunjungan yang membuat emosinya bergejolak, Ariana duduk di ruang baca, berusaha fokus pada halaman buku yang ada di tangannya, namun pikirannya terus melayang. Tangannya perlahan mengusap perutnya yang mulai membesar, bayinya kini memasuki bulan keenam. Di dalam benaknya, suara dokter Lina seolah berulang, memperingatkannya untuk berhati-hati dan menghindari stres Namun, bagaimana mungkin bisa sepenuhnya tenang ketika firasat aneh semakin menguat? segala hal yang seperti disembunyikan Nicholas semakin membuat Ariana curiga. Nicholas, dengan sikap manis dan protektifnya, tidak lantas menghilangkan kecurigaan Ariana. Penasaran adalah api yang membakar batasan ketidaktahuan. Jika ingin membuat seseorang lengah, makan berpura-puralah menjadi sesuatu yang jinak. Mungkin itulah yang akan dia coba lakukan. Ariana menarik napas panjang, meletakkan buku di pangkuannya. Hari semakin sore. Setelah merasa sangat cukup duduk berleha-leha, Ariana pergi ke dapur, berkutat dengan wajan
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status