Pratama menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan kasar, ia menahan umpatan yang hendak terlontar dari mulutnya. “Jadilah lelaki dewasa yang bisa bertanggung jawab dan jangan bertingkah konyol!”Rahang Sandoro mengeras kedua tangan mengepal di samping tubuh, ia membuang puntung rokok yang masih tersisa separuh ke lantai lalu diinjak menggunakan sol sepatu.“Apakah Ayah pikir aku ini bocah kemarin sore yang akan bersikap kekanakan? Ayah lihat kalau aku akan menyelamatkan perusahaan dari wanita mata duitan itu! Ayah dibutakan dengan sikap lugu dan kecantikan wajah Natasya hingga tidak bisa berpikir dengan jernih,” tegas Sandoro.Natasya yang berjalan menuju pintu keluar menjadi tertegun, langkahnya terhenti. Ia mengepalkan kedua tangan hingga kuku-kuku jemari terasa menusuk ke daging.Dengan suara yang tercekat ia berkata, “Maaf, mengganggu kalian! Akan tetapi, aku tidak mau kehadiranku menjadi hubungan antara ayah dan anak retak. Mungkin lebih baik kami pergi dari sini.”Sand
Read more